"Siap?"
"Siap!"
June memberikan dua jempol dan bonus kecupan kepala padamu. Saat ini, kalian tengah berada di salah satu restoran di gangnam. Restoran ini sepi, hanya ada dua koki dan dua pelayan. Karena memang June sudah membooking seluruh tempat.
"Kau yakin mereka akan menyukai ini?" Tanya June merangkul bahumu dan melihat sebuah meja makan yang sudah di hias untuk dinner yang romantis dipinggir kolam renang.
"Tentu. Ini indah" ucapmu tersenyum senang.
"Baiklah. Jinhwan hyung akan segera datang. Ayo bersembunyi"
June menyeretmu ke lantai dua. Agar bisa mengamati rencana mereka yang akan berjalan dengan mulus. Mungkin.
Tak lama, Jinhwan datang menggunakan kemeja hitam dengan lengan digulung sampai siku, celana jeans dan juga kacamata modis yang membuatnya terlihat cerdas.
"Astaga, Jinhwan hyung benar-benar norak jika berpakaian" gumam June
"Sst! Dia bahkan lebih baik darimu yang hanya mengandalkan celana training garis tiga!" Bisikmu membuat June cemberut.
Jinhwan melihat-lihat ke sekitar. Saat dia melihat ke atas, kau dan June cepat-cepat menunduk bersembunyi di balik tembok pembatas.
"Hais. Kenapa tidak langsung duduk saja sih" bisik June.
Setelah beberapa saat, kau dan June mengintip. Jinhwan sudah duduk dengan tenang. Pelayan membawakannya wine.
Ponselmu bergetar, temanmu menelpon."Woi. Cepetan" bisikmu menjawab telpon temanmu.
"Iya iya, gue udah sampe nih. Bentar lagi gue masuk. Mau benerin make up dulu"
"Yaudah. Buruan"
"Oke"
PIP
"Siapa?" Ucap June curiga, kalau-kalau kau berbicara dengan seorang pria
"Astrid. Dia sudah sampai" Jawabmu
"Baguslah. Ku kira kau menelpon mantan kekasihmu"
"Hei. Kau pikir aku masih berhubungan dengannya?"
"Bisa saja kan"
"Kenapa selalu menuduh sih!"
"Siapa yang- AKH!"
Kau dengan reflek membungkam bibir June. Sementara June kesakitan akibat pinggangnya yang kau cubit.
Jinhwan yang mendengar kegaduhan itu menoleh kesana kemari mencari sumber suara. Namun tak dapat menemukan siapapun.
"Sakiiiit" lirih June memelas
"Diam!"
Tak berapa lama, temanmu datang. Itu membuatmu kembali fokus dan menyeret June untuk kembali mengintip
"Dia sudah sampai?"
"Hm. Diamlah" June cemberut kesal lalu melihat dengan jeli.
Jinhwan menyadari ada seseorang yang datang. Dia berdiri, hendak menyambut orang yang beberapa minggu ini dekat dengannya namun baru pertama kali bertemu. Semakin orang itu mendekat, semakin dia mengenalinya.
Astrid tampil cantik dengan gray dress selutut dan rambut yang terjuntai menutupi bahu. Dia tersenyum menyapa Jinhwan yang mendelik setelah menyadari bahwa itu dirinya.
"Dia tahu! Dia tahu!" Seru June menonton adegan pertemuan itu
"Diam!" Bisikmu menepuk lengan June
Jinhwan belum juga bereaksi selain keterkejutannya, bahkan sampai astrid memanggil namanya.
"Duduklah" ucap Jinhwan akhirnya. Astrid tersenyum kikuk lalu menuruti Jinhwan untuk duduk.
"Jadi, Ji eun itu, kau?" Tanya Jinhwan
"Oh? Em.. ya"
"Kenapa tidak memberitahuku?"
"Kau.. tidak pernah bertanya" jawab Astrid menundukkan kepalanya.
Setelah itu, Jinhwan menghembuskan nafasnya sambil menutup mata.
"Maaf tidak memberitahumu, tapi aku menyukaimu, Jinhwan oppa" ucap Astrid sembari tersenyum manis.
"Astrid, dengar. Aku pikir, aku sudah menganggapmu sebagai adikku. Maksudku, aku tidak bisa menjalin hubungan yang lebiu dari itu denganmu. Aku.. aku.. ah~" ucap Jinhwan putus asa.
Senyum astrid luntur. Dia tahu situasi macam apa ini.
"Oppa-"
"Maaf astrid, aku tidak bisa" ucap Jinhwan lalu beranjak pergi meninggalkan astrid yang mematung
"Astrid.." gumammu lalu akan turun menghampiri sahabatmu, namun tanganmu ditahan oleh June.
Kau menoleh pada June hendak protes pada June, namun June memandang lurus ke bawah.
"Oh? Jihwan hyung? Bagaimana-" suara seorang pemuda yang berpapasan dengan Jinhwan. Ucapannya terhenti saat Jinhwan menghiraukannya dan memilih pergi dengan cepat.
"Oh?! Nuna!" Sambungnya.
"Bang Yedam!" Serumu bersamaan dengan June
"Kau mengenalnya?" Tanya June mengerutkan dahinya.
"Dia tinggal di samping rumah astrid"
"Oooh, pantas saja kau sering kesana"
"Ini bukan saatnya cemburu, bodoh" ucapmu membuat June cemberut.
"Astrid Nuna? Kau di.. Nuna menangis?" Ucap Yedam mendekati Astrid yang mengusap air matanya
"Nuna kenapa menangis?" Sambungnya yang langsung membuat Astrid kembali menangis dengan keras.
Yedam yang bingung harus bagaimana langsung berlutut dan memeluk astrid dan menepuk punggungnya.
"Hah!" Serumu dan June
"Astaga bocah kecil itu" ucap June tak percaya
"Yedam hiks kenapa dunia kejam padaku hiks" tangis astrid di pelukan Yedam
Yedam hanya diam dan tetap menepuk punggung astrid dengan pelan.
"Aku tak pernah menyakiti orang lain, tapi kenapa orang lain menyakitiku semudah itu, Yedam" tangis Astrid pilu
Kau menatap Astrid dengan air mata menggenang. Baru kali ini sahabatnya terlihat serapuh ini. Karena biasanya, dia berjiwa preman seperti kekasihnya
"Kenapa dunia kejam padaku hiks. Kenapa dunia pergi dariku huhu"
"Aku akan menjadi duniamu, nuna" ucap Yedam menenangkan
"Hiks hiks huh?"
"APA?!" Seru June, kau segera menyeret June untuk menunduk
"Apa sih?! Kenapa kau berteriak seperti itu? Memangnya kau dengar yang mereka bicarakan?" Tanyamu
"Hehe, tidak. Makanya aku berseru, APA?! Karena aku tidak dengar" Jawab June
"Dasar bodoh"
"Aku akan menjadi duniamu. Karena seharusnya dunia tidak pergi kemanapun. Aku akan disini bersamamu, nuna. Berhentilah menangis" ucap Yedam melepas pelukannya lalu menghapus air mata astrid.
Astrid menatap kedua mata Yedam. Dengan masih sesegukan dia menatap Yedam yang terus tersenyum. Tiba-tiba Yedam mendekatkan wajahnya. Dan-
"YA!! BOCAH!!!"
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine Junhoe (15+) [DISCONTINUE FOR ALONG WEEK(S)]
Fiksi PenggemarNgehalu yuk:)