Ketika sore, langit akan terlihat ramah dan hangat. Suasana yang menyenangkan untuk merencakan hari esok. Langit akan selalu seperti itu. Angkuh saat pagi. Hangat ketika sore. Seakan langit memiliki dua anak kembar.
Berbagai kenangan tentang sore bermunculan. Dimulai dari menghina sampai merindukan seseorang. Berawal dari pulang bersama hingga hanya menatapnya dari kejauhan. Kenangan tentang masa lalu yang tak mungkin bisa diulang.
Aku menghela napas. Membuang segala kenangan buruk yang sempat mampir. Meski kenangan buruk itu terlalu menyedihkan untuk diingat, seharusnya aku berterima kasih. Berkat kenangan buruk itulah aku memiliki kisah menarik.
Tidak. Seharusnya aku berterima kasih pada temanku. Berkat mereka, aku bisa mendapatkan ide seperti ini. Mungkin lebih tepatnya aku harus berterima kasih pada keburukan temanku.
Untuk kesekian kalinya aku berdiam diri. Tidak mudah untuk menulis. Merangkai kata-kata agar mudah dikenang. Agar mudah dipahami semua orang. Tepatnya, tidak ada yang mudah di dunia ini. Tidur pun menjadi susah ketika ingat tugas.
Aku mulai mengetik ketika berhasil menemukan ide. Berbagai kenangan muncul berkat sebuah emosi. Entah itu marah, rindu atau bahagia. Ide itu mengalir begitu saja. Sebuah kisah yang sejak lama ingin kuceritakan.
Namun, takut jika tak ada yang berkesan. Saat itu aku lupa, bahwa masih ada orang lain yang peduli dengan kisah sederhana ini.
Andaikan saja, aku mengetik dalam kondisi menyenangkan. Sayangnya, saat ini aku sedang mengetik di mana diriku berkipas. Panas tiada henti dan asap menjadi teman yang setia. Keinginan mandi pun tak kunjung muncul.
Aku terkekeh. Lantas bersiap-siap untuk membuka sebuah buku. Di mama aku yang akan menuangkan tinta di atas kertas putih polos itu.
Ini hanya sebuah cerita tentang masa lalu. Agar tidak lupa di masa depan. Menulis untuk dikenang. Membaca untuk mengingat. Kira-kira seperti itulah.
Awalnya ragu untuk memulai, takut tidak bisa mengakhiri. Jika sejak awal sudah berakhir, lebih mudah untuk diceritakan. Mungkin kita akan menemukan jawaban dari pertanyaan. Atau membenarkan jawaban.
Aku hanya perlu menjadi diri sendiri. Itu saja. Dengan demikian aku akan baik-baik saja.
"Ory! Mandi sana!"
Aku menatap ke sumber suara. "Sebentar, Ma! Ory harus ke masa lalu dulu!"
Kisah Oryza Sativa pun dimulai!
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird But Genius
Teen FictionAneh tapi pintar. Kupikir itu judul yang bagus untuk kisah ini. Tapi, setelah dipikir cukup lama. Kata 'pintar' itu hanya cocok untuk mereka. Tidak cocok untukku. Karena aku orang bodoh yang jujur, aku tidak ingin dibilang pintar. Ingin dibilang ane...