SURAT STEVEN

54 2 1
                                    

Seseorang mengatakan padaku untuk menumpahkan semua perasaan dalam buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang mengatakan padaku untuk menumpahkan semua perasaan dalam buku. Menurutnya, aku adalah orang kaku dan tidak suka berbagi kepada orang lain. Aku menurutinya. Kuharap buku ini tak hilang atau lebih parah, dia menemukannya.

Aku menyukaimu, Aurora. Seperti punguk yang selalu merindukan bulan. Bagai bunga matahari yang hanya memandangi surya. Duniaku seakan-akan berporos pada pesonamu. Perasaan sayang, takut dan rindu hadir bersamaan saat mata kita bertemu. Kehadiranmu seperti angina segar bertiup menerpa wajah.

Sejak ciuman pertama kita, segalanya terasa berbeda. Meski kuakui rasa benci terhadapmu tak menghilang. Perlu kau tahu saat ciuman itu berakhir, ingin sekali kukatakan kau begitu mempesona. Namun ego menolaknya. Lidahku kembali mengucapkan hal buruk.

Aku menyukai pemandangan dirimu. Setiap malam mengamati setiap lekuk wajahmu. Membayangkan jemari ini menulusuri kulit halusmu. Aku selalu senang bila malam tiba. Namun aku pun sedih. Mengapa kau selalu gelisah dalam tidur. Apa yang terjadi? Apakah ada sesuatu yang menyakitkan hingga mengganggu mimpi?

Tahukah kau? Senyumanmu selalu mencerahkan hari. Bahkan mendung akan selalu tampak berwarna dengan kehadiranmu. Keceriaan dan tingkahmu yang lucu selalu sukses menghibur.

Manakah dirimu yang sebenarnya? Ketakutan dalam tidur seakan lemah atau tangguh dengan senyuman indah.

Berulang kali aku memiliki kesempatan untuk mencium keningmu dalam tidur. Hal itu selalu urung kulakukan. Aku berharap dapat menciummu saat tersadar. Menatap kedua kelopak matamu. Saat itu terjadi, kuingin kau menyadari betapa hati ini memujamu.

Saat kau menangis. Ingin rasanya ku rengkuh tubuhmu. Menenangkanmu. Mengelus rambut panjangmu. Menepuk pelan punggungmu. Aku sadar. Bukan aku yang kau inginkan untuk menghiburmu.

Aku selalu diam menghadapimu. Selalu kebingungan menentukan sikap. Memilih kata. Memasang ekspresi.

Terimakasih mencintaiku. Terima kasih menjadikanku pendamping hidupmu. Terima kasih membuatku berpikir kita ditakdirkan bersama.

Aku harap bisa mengatakannya meski hanya sekali.

The Revenge GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang