TETAP DISINI

52 2 1
                                    

Aurora merapikan menutup koper. Ia meletakkan cincin pernikahannya di meja rias yang kini telah bersih dari peralatan dandan. Mabuk semalam membuatnya merenung. Ia akan tetap berjalan bersama Malvin. Menuruti semua perintah lelaki itu. Tapi tidak dengan memanfaatkan hubungan suci ini.

Tadi pagi ia terbangun mendapati Steven begitu tenang tidur di sofa. Steven sangat menjaga hati dan tubuhnya demi Vallery. Pria itu tidak pernah mengambil kesempatan dalam kondisi apapun. Ia akan merasa sangat berdosa bila menyakiti Steven.

Wanita itu memandang lurus ke jendela. Memandangi malam. Bintang bertaburan seakan memberikan semangat. Aurora menarik napas dalam-dalam. Ia menunggu kepulangan suaminya. Berharap memiliki kesempatan menunjukkan perasaan tulusnya sebelum mengakhiri semua sandiwara. Jantungnya berderap seakan pacuan kuda.

Aurora menoleh saat terdengar bunyi seseorang membuka pintu.

“Kamu sudah pulang?” tanya Aurora bersemangat.

“Hem” Steven tampak lelah, meletakkan tas membelakangi Aurora.

“Apakah kamu sudah makan malam?” tanya Aurora lagi.

“Tidak usah bertingkah seolah-olah kita ini suami istri” jawab Steven seperti biasa. Seperti hari-hari sebelumnya, selalu dengan nada ketus.

Aurora tertawa terbahak-bahak. Ia senang melihat sikap Steven sama seperti hari sebelumnya. Ia melirik jari manis di tangan kanan Steven. Tidak terdapat cincin kawin mereka.

“Mulai sekarang kamu bisa tidur di kasurmu lagi” kata Aurora menghampiri.

“Kamu mabuk?” tanya Steven penuh selidik.

Aurora menggeleng. Geli melihat ekspresi Steven.

“Jangan mulai” sahut Steven melepaskan kancing di pergelangannya.

Aurora kembali tertawa. Steven hanya mendengus mendengar tawa istrinya.

“Biar aku membantumu” kata Aurora memegang tangan Steven, ketika pria itu hendak melepaskan dasinya.

Steven menolak. Melihat wajah Aurora, ia membatalkannya. Mata Aurora tampak sembab.

“Untuk sekali saja” Aurora kembali bersuara, “Izinkan aku menjadi istrimu sebelum pergi”.

Mata Steven terbelalak. Ia baru menyadari ada dua koper besar di kasur. Penampilan Aurora tdak seperti biasa. Jika tiap malam Aurora selalu mengenakan baju tidur micky mouse. Malam ini Aurora memakai pakaian yang cukup rapi.

“Aku akan keluar dari rumahmu mulai malam ini” kata Aurora lagi sambil tetap melepaskan dasi.

“Apa maksudmu?” tanya Steven.

“Maafkan aku memaksakan kehendak” Aurora menunduk, “Meski kita mengawali dengan tidak baik, ku harap kita bisa berpisah baik-baik”.

Telepon berbunyi, saat Steven hendak bersuara. Ia kemudian memberikan isyarat untuk menunda sebentar. Aurora mengangguk.

“Halo, Vallery”.

Mendengar nama itu disebut. Hati Aurora mencelos. Mungkin ia salah memutuskan untuk berpamitan dengan Steven. Pria ini takkan mungkin mencarinya. Hatinya kembali terluka. Kejadian ini mengingatkannya pada masa lalu. Dimana semua orang tak ada yang mencari bahkan merindukannya. Justru menciptakan kebohongan demi menjaga harga diri mereka.

Aurora berjalan menuju koper. Benar kata Mila. Kembali hanya membuat dirinya semakin terluka. Aurora merasa dirinya tak berharga.

“Bukankah aku berulang kali mengatakan jangan telat makan?”.

The Revenge GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang