PILIHAN

58 3 1
                                    

Aurora mendengarkan seksama penjelasan dari beberapa tim kreatif. Ada beberapa istilah yang membuatnya mengernyit. Beruntung posisinya membuat tidak berpikir Aurora tak memahami. Justru hal ini mendorong mereka menjelaskan dan merencanakan perbaikan jika terpilih.

"Terimakasih presentasi hari ini. Saya harap keputusan yang diambil takkan menurunkan kinerja kalian" ucap Aurora berusaha bijak.

Aurora menghela napas panjang saat keluar dari ruangan. Ia memang boneka yang tampak sibuk dan bekerja keras. Padahal semua keputusan tidak berasal darinya.

"ETHAN" panggil Aurora riang saat melihat Ethan datang ke kantor.

"Wah... Kelihatannya kamu sangat sibuk, sampai-sampai tidak pernah menghubungi adikmu ini lagi" sindir Ethan.

"Aku akan makan siang dengan adikku" kata Aurora kepada sekretarisnya.

"Baik Bu, satu jam lagi kita akan survey lapangan" kata Nia mengingatkan.

Aurora mengangguk.

"Hari ini kita akan makan apa?" tanya Ethan manja.

"Bagaimana kita makan bakmi kesukaanmu" tawar Aurora langsung menggandeng lengan adiknya.

Ethan pura-pura bersorak kegirangan mendengar pilihan Aurora.

"Aku tidak pernah melihatmu dan Evan di kantor maupun rapat" kata Aurora sambil menunggu pesanan.

"Aku tidak pernah bekerja di perusahaan papa" jelas Ethan, "Aku lebih tertarik mengembangkan hobiku yaitu makan. Jadi sejak SMA aku sudah mengelola restoran di Singapura".

"Kenapa di Singapura?" tanya Aurora keheranan.

"Karena dulu aku sekolah di Singapura. Papa menyuruhku untuk sekolah dan berbisnis di sana. Jangan kau pikir hanya kau yang tidak diharapkan di rumah itu’’ kata Ethan bercanda.

Aurora hanya mengangguk berpura-pura setuju, "Evan?".

"Entahlah tapi aku tidak yakin. Dia sepertinya jarang ke kantor sejak kakak muncul di rapat itu" kata Ethan.

"Apa dia merasa tersaingi?" tanya Aurora tidak yakin.

Ethan mengangkat bahu, "Dari dulu aku tidak pernah akrab dengannya".

"Sebentar" Aurora mendengarkan ada pesan masuk di telepon selulernya.

"Dari siapa?" Ethan heran melihat reaksi Aurora begitu senang mendapatkan pesan dan senyum sendiri saat membacanya.

"Tidak dari siapa-siapa" jawab Aurora sambil mengetik.                           

Ethan mengerutkan dahi. Aurora seperti menjawab, "Tentu, dari seseorang yang terpenting dalam hidupku".

"Malvin?" tebak Ethan.

"Kenapa dia harus menghubungiku?" tanya Aurora sebal, sambil meletakkan alat komunikasi tersebut di meja.

Percakapan mereka tertunda oleh kedatangan pelayan. Mereka meletakkan beberapa hidangan di meja. Tak lupa bersikap ramah sesuai peraturan. Selama itu, Ethan mengamati Aurora.

"Kapan kau akan memroses perceraian?" tanya Ethan membuat Aurora tersedak es teh, "Jangan bilang kau tidak akan bercerai".

"Beri aku waktu" pinta Aurora.

Aurora yakin suatu saat perpisahan itu akan terjadi. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang mau dibohongi. Apalagi begitu banyak kebohongan yang diberikan kepada suaminya. Namun sebelum semua terjadi ia ingin mencicipi sedikit kebahagiaan.

"Aku mengenalmu dengan sangat baik, jadi jangan coba-coba berbohong" Ethan memperingatkan.

"Aku dan Steven sepakat memberikan satu kesempatan untuk pernikahan ini" Aurora mengaku.

The Revenge GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang