PAHAMI

35 2 1
                                    

Aurora merasa malam ini dapat tertidur dengan lelap. Mimpi buruk mungkin takkan lagi berani menghampiri. Kenangan buruk yang Christina torehkan masih banyak sangat membekas di hatinya. Namun saat kenyataan bahwa Haryanto selalu berada di sisinya seakan mampu mengobati luka lama.

"Bagaimana makanannya, ayah?" tanya Aurora.

Hari ini Aurora dan Haryanto menikmati makan malam bersama di panti. Bu Endang dan Mila sangat senang melihat hubungan ayah anak tersebut. Dua wanita itu juga berterima kasih atas kunjungan Haryanto. Tentu kali ini tanpa sembunyi-sembunyi, karena Aurora telah mengetahui kejadian yang sebenarnya.

"Ayah hanya boleh makan satu porsi karena umur, tapi masakan Bu Endang ini benar-benar enak" kata Haryanto.

"Anda terlalu berlebihan" sahut Bu Endang tersipu.

"Bener" Mila menyetujui, "Saat saya harus bekerja di luar kota, makanan Bu Endang selalu bikin kangen".

Aurora tertawa melihat interaksi orang-orang terkasihnya. Ia berandai-andai Steven hadir untuk melengkapi kebahagiaannya. Sebuah pesan manis suaminya membuat ia berharap lebih. Steven akan memaafkan semua kesalahannya dan dapat menerima dirinya yang penuh dengan kekurangan.

Usai makan malam bersama berakhir, Aurora dan Haryanto segera pulang. Aurora tak habis-habisnya bercerita selama perjalanan. Mereka menikmati momen bersama.

"Kita sudah sampai, Terimakasih ayah" kata Aurora ceria.

Haryanto mengangguk tersenyum melihat tingkah putrinya. Tak lupa Aurora memberikan kecupan di pipi ayahnya.

"Aurora" panggil Haryanto membuka jendela mobil.

"Ada apa?" tanya Aurora menoleh.

"Jika kamu sangat mencintainya, berhentilah membohonginya" Haryanto menasihati.

Aurora mengangguk. Ia melambaikan tangan sebelum memasuki rumah. Setiap langkah memikirkan cara dan rangkaian kata yang disiapkan untuk Steven. Semua harus berakhir.

Rasa takut kehilangan Steven, muncul. Aurora tidak bisa membayangkan melewati hari-hari tanpa suaminya. Lamunannya buyar ketika terdengar seseorang mengetuk. Mata Aurora melebar dua kali lipat saat melihat sosok di balik pintu.

"Kamu tidak mengatakan apapun tentang pengunduran dirimu" kata Malvin tanpa ekspresi.

Aurora kebingungan. Sementara tanpa dipersilahkan, Malvin memasuki kamar. Pria itu duduk di sofa sambil memijat pelipisnya.

Aurora menutup pintu, "Aku bingung harus mengatakan apa padamu".

Aurora melirik takut-takut pada Malvin. Melihat wajah adik iparnya terlihat kalut, rasa iba muncul. Aurora merasa bersalah atas keputusan yang diambil secara sepihak. Setelah menghela napas, ia memberanikan diri menghampiri dan duduk di pinggir ranjang.

"Aku terkejut saat mendengarnya" kata Malvin jujur, menatap lurus Aurora.

"Aku rasa tidak ada alasan untuk menghancurkan perusahaan itu" Aurora menjelaskan, "Yang terjadi antara aku dan ayahku adalah kesalahpahaman. Kamu benar mengenai perselingkuhan mereka tapi kenyataannya tidak sesederhana itu".

"Mengapa kamu begitu mudah terperdaya?" tanya Malvin kini menyandarkan punggung.

"Ini adalah kepercayaan bukan terperdaya" jawab Aurora tegas.

"Kamu benar-benar membuangku setelah mendapatkan semua" lirih Malvin, menunduk.

Aurora terbelalak mendengar ucapan Malvin. Pria ini terlihat begitu rapuh. Apakah dia sejahat itu. Tak pernah terpikirkan olehnya mengenai perasaan Malvin.

The Revenge GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang