LUKA

45 2 1
                                    

Evan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Ia sedari tadi berusaha menghubungi Steven. Tapi tak mendapatkan jawaban dari pihak sana. Ia telah memerintahkan Ethan untuk mencari Aurora di kediaman Hendri. Perasaannya mengatakan sesuatu buruk sedang terjadi. Saat Mila melaporkan Aurora dijemput seseorang karena mendapatkan kabar Steven mengalami kecelakaan. Evan tidak bisa menghubungi sang kakak. Aurora tergesa-gesa meninggalkan panti hingga lupa membawa telepon selulernya.

Jika kabar itu benar, mengapa tak ada di pemberitaan. Sebelum memutuskan mendatangi gedung Pikantu Group, ia sudah memeriksa berita di dunia maya. Hasilnya nihil. Saat ini Evan juga meminta bantuan orang-orang kepercayaannya mengenai kabar tersebut, untuk memastikan apakah Pikantu Group tak ingin musibah itu diketahui banyak orang.

Evan dibuat tercengang saat mendapati Steven berbicara dengan Genta keluar dari gedung Pikantu Group. Pria itu tampak segar bugar, meski penampilan kusutnya Evan abaikan. Kenyataan Steven baik-baik saja, menguatkan dugaan Evan. Sesuatu sedang terjadi. Ia memarkir motor sembarangan lalu menghampiri Evan.

“Ada apa?” tanya Steven heran melihat Evan di hadapannya.

“Ada hal yang ingin aku tanyakan” kata Evan melirik Genta.

Steven mengerti maksud Evan. Ia meminta Genta untuk menjaga jarak sejenak.

“Kakakku mendapatkan kabar kalau kamu mengalami kecelakaan” kata Evan saat Genta menjauh.

“Katakan padanya aku baik-baik saja” kata Steven malas.

“Itu yang aku harapkan” kata Evan menahan emosi melihat sikap Steven mengesalkan, “Tapi katanya orangmu menjemput kakakku”.

“Bagaimana bisa aku menjemputnya? Aku bahkan tak tahu dia berada dimana”.

Evan dapat mengetahui Steven mengatakan sebenarnya.

“Sial” umpat Evan.

Steven merasa sesuatu sedang terjadi. Ini pertama kali, ia mendapati seorang Evan Svarga Haryanto meluapkan emosi. Tiba-tiba telepon seluler Evan berdering.

“Halo. Iya Ethan. Aku sudah menduganya ia tidak ada di sana” Steven diam menguping pembicaraan Evan, “Steven juga tidak tahu. Dia tidak bohong, bahkan dia tidak tahu dimana Kakak berada. Tidak mungkin dia. Apa kamu yakin? Baiklah”.

“Antarkan aku ke ruangan Malvin” pinta Evan.

“Oh ya benar. Bisa saja mereka saat ini sedang berduaan” kata Steven.

“Cepat” kata Evan tegas memaksa Steven menuruti.

Steven mengantar Evan menuju ruangan Malvin. Genta pun mengikuti meski harus menjaga jarak.

“Apa Malvin ada di ruangannya?” tanya Evan pada Sherly.

“Tidak. Dia keluar beberapa menit yang lalu” jelas Sherly.

“Kemana?”.

“Dia tidak perlu berpamitan dengan saya untuk pergi kemanapun” jawab Sherly memandang Evan tak suka.

“Apa ada yang mencurigakan?” Evan menginterogasi.

“Mencurigakan? Maksudnya?” tanya Sherly tak mengerti.

“Kamu bisa pergi” perintah Steven dituruti wanita berambut keriting tersebut.

“Dimana biasanya Malvin pergi?” tanya Evan.

“Entahlah. Mungkin kita bisa mengecek dari gambar yang aku tunjukkan kemarin untuk mengetahui dimana saja mereka menghabiskan waktu bersama” kata Steven santai dalam hatinya yang panas.

The Revenge GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang