Masa kecil dan kepergian dia

12 1 0
                                    

"...karena jarak tidak akan merubah persahabatan kita."

"Eh item, kita gak mau temenan sama kamu. Kamu item, pendek, ompong lagi gigi kamu." Tanpa ampun dia mengejek si hitam.

"Farhan jahat. Jahat. Jahat." Anak yang dipanggil hitam tadi kemudian berlari meninggalkan anak yang mengejeknya-Farhan. Menghampiri anak yang sedang asyik bermain yoyo.

"Daffa, Farhan ngejek aku lagi. Aku jadi gak ditemenin buat main." Dengan isak tangis dia si anak hitam mengadu, Daffa menghentikan aksinya. Kepala bergerak menoleh ke arah bocah yang terisak itu.

"Ya udah, kamu main aja sama aku. Kita main aja yuk di rumah aku. Kamu mau?" si anak hitam mengangguk dan tersenyum girang, mereka berdua bergandengan tangan menuju rumah Daffa.

"Bu, aku main sama Ajeng ya." Daffa meminta izin ke ibunya untuk mengajak anak hitam ke kamarnya,

"Iya, nanti jangan lupa ajak Ajeng makan di sini. Ya udah sana kalian main berdua." Daffa langsung menarik si anak hitam untuk naik ke lantai atas menuju kamar Daffa.

"Kita mau main apa Daf ?"

"Gimana kalo kita main gimbot Jeng ?" usul Daffa, Si anak hitam-Ajeng nampak tidak setuju dengan usulan Daffa, "gak mau, kita main mama-papa-an aja yuk Daf, kamu jadi papanya aku jadi mamanya."

"Kamu mainnya itu mulu, yang lain Jeng." Komentar Daffa, Keduanya saling memberi usulan untuk bermain apa, namun akhirnya mereka memilih usulan yang pertama. Bermain gimbot.

"Daffa besok udah sekolah ya, nanti Ajeng gak ada temen main nya."

"Kan kita bisa tetap main, abis Daffa pulang dari sekolah kita bisa main Jeng."

Daffa lalu mengajak Ajeng untuk makan,

"Makan yang banyak ya Jeng," Ajeng mengangguk lalu tersenyum girang. Setelah selesai makan Daffa mengantar Ajeng pulang kerumahnya. Rumah Daffa tepat disamping rumah Ajeng dan berhadapan dengan rumah Farhan.

Setibanya dirumah Ajeng langsung mencari mamanya

"Assalamualaikum, ma. Ma. Mama." Muncul sosok wanita yang masih terbilang cukup muda yang tengah di cari Ajeng dari arah dapur,

"Wa'alaikumsalam, Ajeng pasti abis main dari rumah Daffa." Ajeng langsung minta di gendong Mamanya, dengan anggukan ia menjawab mamanya.

"Ma, besok Daffa sekolah. Ajeng juga mau sekolah ma." Ajeng mulai merengek,

"Tapi umur kamu belum cukup sayang."

"Pokoknya Ajeng mau sekolah, sekolah." Ajeng terus merengek kepada mamanya.

"Iya, iya besok kamu sekolah."

"Bener ma, besok Ajeng sekolah?" Mata Ajeng langsung berbinar-binar, rautnya yang semula cemberut kini berganti ceria.

Esok pagi Ajeng di antar ke Tk Mawar, Ajeng nampak senang bertemu dengan teman-temanya. Sepulang dari Tk Ajeng pergi ke rumah Daffa, namun Farhan dan temannya sudah menghadang Ajeng terlebih dahulu.

"Item ngapain ke rumah Daffa, Daffa gak mau main tau sama kamu."

"Bohong, Daffa mau kok main sama Ajeng." Bantah Ajeng,

"Gak mau item, Daffa gak mau main sama kamu." Farhan meyakinkan, raut wajah Ajeng sudah cemberut.

"Farhan jahat, jahat,"

"Item, jelek, gak punya temen. Item jelek, gak punya temen." Farhan dan teman-temannya terus mengejek Ajeng, lalu Daffa muncul untuk melerai

"Farhan!." Farhan langsung kabur saat Daffa meneriakinya, Daffa buru-buru menghampiri Ajeng yang sudah berkaca-kaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In Historia Vitae MeaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang