Proud Pats

1.9K 261 92
                                    

"Maaf, apa anda sudah membuat janji sebelumnya?"

Jihoon mengerjap dan terdiam, kemudian menggeleng pada akhirnya, "Belum. Apakah harus? Aku hanya mampir untuk mengantarkan ini."

Ia menunjuk paperbag yang dibawanya dan menatap pegawai wanita berpenampilan sangat rapi di belakang meja front-office itu dengan kalem.

"Maaf, saat ini agak sedikit sulit untuk menemuinya tanpa janji lebih dulu."

Jihoon memiringkan kepalanya bingung, namun kemudian mengangguk maklum.

"Kalau begitu aku tidak perlu bertemu dengannya. Tolong berikan ini padanya saja di jam makan siang."

"Baik."

Jihoon mengangguk, merespons gesture si pegawai yang setengah menunduk sambil mengucapkan salam pamit.

Baru berjalan menjauh beberapa langkah, Jihoon kembali berhenti karena mendengar namanya dipanggil.

"Jihoon-ssi?"

Jihoon menoleh dan melihat Woojin, asisten Daniel yang baru saja berjalan keluar dari ruangan direktur.

Jihoon menunduk kecil dan tersenyum.

"Mau bertemu bos?"

"Tadinya. Tapi sepertinya... suasananya sedang tidak memungkinkan, jadi aku hanya menitipkan makan siangnya saja kemudian pergi lagi."

Woojin melirik meja front-office lalu pintu ruangan Daniel bergantian, lalu kembali melihat Jihoon.

"Ya, suasananya agak mencekam. Pagi ini bos sudah dua kali memarahi orang." katanya lalu tertawa pelan.

Jihoon tersenyum. Alih-alih seram, ia justru gemas membayangkan Daniel memarahi orang lalu menggerutu sendiri di belakang.

"Tenang saja, suasana hatinya akan kembali baik dengan cepat. Bertahanlah sebentar." ujar Jihoon lalu terkekeh.

Woojin mengangguk, "Tapi omong-omong kau boleh masuk saja. Kupikir justru dia perlu melihatmu agar suasana hatinya membaik dengan cepat."

Pria itu melihat jam tangannya lalu menambahkan, "Lagipula sudah waktunya istirahat."

Jihoon mempertimbangkan sejenak sebelum mengangguk. Kalau memang izinnya sudah dijamin Woojin, ia tidak punya alasan lagi untuk menolak.

+++

Woojin mengetuk daun pintu ruang direktur dua kali, "Bos?"

"Masuk." Daniel menjawab ketus tanpa melihat. Ia sibuk dengan beberapa laporan di meja dengan dahi mengerut serius. Raut wajahnya masam, dasinya berantakan walaupun jasnya masih terpasang dengan rapi.

Woojin memberi isyarat pada Jihoon untuk masuk.

Maka Jihoon melangkah masuk tanpa bersuara, mengambil waktu untuk mengamati seisi ruangan Daniel yang baru pertama kali ia datangi sementara Woojin menutup pintu meninggalkan Jihoon di dalam.

"Apa?" Daniel kembali bertanya ketus tanpa melihat dan Jihoon tersenyum sendiri karenanya.

"Hanya ingin melihatmu, sajangnim. Aku kangen."

Seketika pandangan Daniel beralih dari poin-poin penting pada laporan yang sedang dibacanya. Ia melihat Jihoon dan hampir menjatuhkan rahangnya karena syok(?).

Jihoon mengangkat paperbag yang ia bawa, "Delivery, Sir. Sudah waktunya istirahat."

Daniel tertawa senang, dengan instan.

Ia tertawa semakin lebar ketika bangkit dari kursinya dan mendekat pada Jihoon dengan kedua tangan terentang. Matanya menyipit dan Jihoon tidak cukup imun untuk tidak tertular tawa manis itu.

Sweet Gestures [NielWink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang