"Lantas apa yang harus aku lakukan?" Tanya ku.
"Tanya lagi pada hati mu, apa alasannya?" Aku terdiam, sebab tak ada lagi alasan selain rindu."Jika hanya obsesi karena rindumu, lebih baik diam. Jangan melangkah sedikit pun. Aku tak bisa menjamin apa yang akan terjadi jika kamu hanya berbekal rindu. Tak menutup kemungkinan akan sesuai dengan apa yang kamu inginkan, sesuai dengan apa yang kamu rencanakan, kemungkinan selalu ada. Hanya saja, gunakan logika mu jangan tinggalkan logika hanya karena rindu."
"Lantas?"
"Biarkan saja dia pergi, biarkan dia menghilang, tak lagi kau temui tak lagi kau lihat batang hidungnya sekalipun. Takdir akan menuntunmu pada jalannya. Siapa yang tahu sekarang kau susah payah hanya ingin melihat punggungnya dari kejauhan tapi tak kunjung nampak, lalu seminggu kemudian berpapasan di tengah keramaian festival tanpa pernah kau bayangkan pertemuan sedikitpun. Kamu hanya perlu percaya pada takdir."
Aku menghela, "Bagaimana dengan rindu ku?"
Dia tertawa pelan, "Rindu hanya bagian dari keegoisan sisi hati mu yang masih dipenuhi tentang dia, kurasa kamu akan mampu menguasai bagian hati yang membangkang itu. Yaa memang tak akan langsung penurut, tapi setidaknya kamu tak tenggelam dalam rasa rindu yang membutakan hati dan pikiran mu.""Aku tak mengerti,"
"Kuasai hati mu, jangan biarkan rindu yang menguasainya. Kuasai pikiranmu, jangan biarkan menjejal hanya tentang dia. Kuasai dirimu, jangan biarkan dia menguasai dirimu.""Berapa lama?"
"Memang butuh waktu, tapi semoga secepatnya. Tergangtung seberapa besar tekadmu untuk mampu menguasai dirimu sendiri.""Aku tidak yakin aku mampu,"
"Ini alasan kenapa kamu masih berkutik dalam kubangan kenangan masa lalu yang seharusnya kamu tinggalkan. Jika kamu meragukan diri mu sendiri, lantas siapa yang akan mempercayai dirimu? Karena ini kamu takut melangkah, sulit memulai langkah, dan sulit menggapai masa depan."Dia tersenyum, "Ayolah, ini hidup mu. Sayang jika hanya dipenuhi dengan masalalu, harusnya kamu bersyukur karena mampu mencapai detik ini karena kamu termasuk yang beruntung. Daripada terus murung menyesali masa lalu, akan lebih baik jika bersyukur pada apa yang terjadi detik ini. Bersyukur pada setiap detak jantung mu yang belum berhenti berdetak. Bersyukur karena masih mampu menghirup oksigen dengan kenikmatan. Bersyukurlah wahai Diri!."
Lagi lagi aku hanya terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
cerpenku
RandomKumpulan cerpen yang random, Suka silahkan baca, tidak suka silahkan abaikan. Semoga bisa jadi penawar rindu untuk aku di masa depan :)