"Selamat pagi, Kaw─"
Rasanya bagai tersambar petir di siang bolong. Lucas terkejut bukan kepalang ketika Mark hanya melengos tanpa menoleh sekalipun mendengar sapaannya.
Hei, bukankah pertemanan mereka sudah naik beberapa level? Kenapa jadi balik gini lagi? Lucas tidak habis pikir.
Ia mulai memikirkan beberapa skenario kenapa Mark cuek terhadap kehadirannya lagi hingga akhirnya Lucas ingat kejadian beberapa hari silam. Dia menghela napas berat, menyerah.
Mungkin Mark butuh waktu sendiri, pikirnya berusaha lapang dada sebagai sahabat yang baik. Ia pun akhirnya memutuskan untuk memindahkan ranselnya yang semula ada di samping kursi Mark ke samping tempat duduk Woojin.
"Lah ngapain lo pindah ke sini?" Si pemuda bergingsul terlihat tidak rela ketika Lucas mendudukkan badan raksasanya.
"Pengen aja."
"Lo ..." Woojin memicingkan mata dengan curiga. " ... mau ngutang ya?"
Lucas tersedak ludahnya sendiri. "EMANG APA SALAHNYA GUE DUDUK DI SEBELAH LO?"
"YA ANEH. BIASANYA LO NGEBET DUDUK DI SEBELAHNYA MARK."
"BACOT LO, MONYET."
×××
Sudah sekian lama sejak terakhir kali Lucas merasa galau. Aneh, jantungnya berdetak normal namun ada sesuatu yang mengganjal di dadanya selama beberapa jam terakhir.Penyebabnya tentu saja masih sama, Mark tetap menghindarinya dan Lucas tidak tahu harus berbuat apa.
Iya, Lucas si Pencari Masalah Ulung bisa galau hanya gara-gara dicuekin sama temennya.
Diliriknya bangku tempat Mark duduk. Tidak seperti biasa, meja pemuda blasteran Canada itu sudah bersih dari peralatan, padahal guru mereka belum ada lima menit meninggalkan ruangan.
Memandang kesempatan, Lucas buru-buru berdiri dan menghampirinya.
"Mark."
Si pemilik nama melonjak di tempat, matanya bergulir tidak nyaman antara tasnya dan Lucas.
"Apa?" Untuk pertama kalinya setelah beberapa hari, akhirnya Mark mau memandang dan membalas sapaannya. Bilang Lucas alay, namun jujur dia agak lega mendengarnya.
"Pulang bareng gue ya?" ujarnya dengan nada yang lebih condong ke ajakan daripada permintaan.
Hening beberapa saat sebelum Mark menyahut lagi, "Gue bisa pulang sendiri, Cas. Nggak usah repot-repot."
"Nggak pernah gue repot gara-gara nebengin anak orang pulang. Sumpah gapapa bareng gue aja, Mark. Gue traktir deh."
Sepertinya bukan Mark saja yang terdiam gara-gara kalimat terakhir yang ditolantarkannya. Maklum, Lucas dan menawari traktiran ke temannya adalah hal yang sangat langka.
Tidak ingin jadi pusat perhatian lebih jauh, akhirnya Mark mengiyakan ajakan Lucas tanpa suara. Pemuda jangkung itu membantu Mark memasukkan sisa alat tulisnya lalu mereka pun meninggalkan ruangan tanpa menoleh sedikit pun.
Sesaat setelah keluar kelas, terdengar bunyi chat masuk dari ponsel Lucas. Penasaran, dia mengambilnya dari saku celana.
Ternyata dari Woojin.
Woojin
Lo berantem sama Mark?
Anying kaku amat udah kaya berantem sama pacar
Semoga cepet kelar broWoojin anjing. Ingin rasanya dia menonjok si pemuda bergingsul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaimashí ─lucas, mark。
Fanfiction〔𝙤𝙣 𝙜𝙤𝙞𝙣𝙜〕 Dimana Lucas termotivasi untuk mengganggu Mark agar bisa melihat ekspresi kesalnya, ft. nct's lucas/mark. ⓒ2018, prodsung。