#19

1.3K 223 88
                                    

Ini bener-bener sebulan hahaha, semoga gak lupa sama cerita ini ya

.

Seorang petugas polisi memukul meja dengan map ketika Sehun masih tidak mau menjawab saat dimintai keterangan untuk menunjukkan data diri.

"Apa kau tidak mau bicara? Katakan, siapa namamu dan berapa nomor kartu pendudukmu?" petugas itu kembali bertanya dengan nada jengkel. Pekerjaannya sudah menumpuk di kantornya, dia sudah tidak tidur selama dua hari karena menangani kasus lain. Dan kasus perkelahian yang sepele seperti ini hanya menambah pekerjaan lain yang tidak ada habisnya.

Pria yang duduk disebelah Sehun dan menjadi korban hanya duduk dengan santai. Dia menggunakan tissue untuk mengelap debu kotor di jas dan celananya. Beberapa kali dia melirik Sehun tapi sedikitpun dia tidak menunjukkan rasa bersalah atas tindakan Sehun yang seharusnya beralasan. Tatapan orang itu ketika melihat Sehun selalu ada pada level untuk merendahkan.

"Maaf, apa saya bisa pergi sekarang? Saya sudah menelpon pengacara dan dia akan datang dalam 10 menit," kata pria itu, mencoba untuk bernegosisi kepada petugas polisi.

Petugas polisi merasa segan setelah sebelumnya mengetahui nama serta latar belakangnya. Dia mulai berbicara dengan cara sopan ketika bertatapan langsung. "Tuan Kim, mohon maaf, anda tidak bisa pergi kecuali pengacara anda sudah tiba. Selain itu, anak ini belum memberikan keterangan."

"Ini sebenarnya bukan masalah besar. Aku mengenal orang ini."

"Anda mengenalnya?" polisi itu melirik Sehun sebentar sebelum melanjutkan. "Tapi, tetap saja. Anak ini sudah membuat kesalahan dan memang sepantasnya mendapatkan hukuman dari tindakannya yang tidak beralasan."

Sehun disebelahnya menarik sudut bibirnya dan tersenyum masam dengan cara angkuh. Tentu saja orang itu membuat kesalahan, kalau tidak kenapa Sehun harus repot-repot membuang tenaga untuk menghajarnya?

"Sayangnya, tidak ada hukum yang bisa menjebloskannya ke penjara sekalipun aku mengatakan apa itu alasannya. Karena itu aku menghukum dengan caraku," kata Sehun. Dia menatap petugas polisi tanpa rasa takut, lalu kearah pria di sebelahnya tanpa menunjukkan rasa bersalah.

"Kau sudah bisa bicara sekarang?" petugas polisi itu menyindir, sekali lagi menunjukan tatapan jengkel dengan sikap Sehun yang tidak tahu aturan.

"Oh Sehun...."

Seruan itu berasal dari seorang wanita yang setengah berlari masuk ke kantor dan terkejut ketika melihat dua orang itu duduk berhadapan dengan petugas polisi.

"Irene ...." Pria didekat Sehun menggumamkan namanya. Dan Sehun yang duduk disebelahnya hanya mengepalkan tangan dan mencoba menahan diri.

"Nona apa anda mengenal orang ini? Apa anda walinya?" petugas itu menunjuk Sehun.

"Ya, namaku Bae Joo Hyun," katanya, melirik pria di sebelah Sehun sebentar dan tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat, tapi Joo Hyun segera melihat kembali kearah petugas polisi lalu berkata, "aku walinya."

"Jadi anda adalah walinya. Kalau begitu bisakah anda membantu kami? Anak ini menolak untuk memberikan keterangan. Jadi namanya adalah Oh Sehun?"

"Yoon Sehun." Joo Hyun meralat, karena dia tahu dalam kertu penduduk nama Sehun hanya mengikuti ayahnya saja.

"Yoon Sehun. Baiklah. Lalu, Tuan Kim mengatakan bahwa beliau mengenal orang ini, apakah anda juga mengenalnya?"

"Dia adalah tunanganku," Tuan Kim yang menjawab. Dan wajah petugas polisi itu sedikit terkejut menerima banyak informasi yang sangat kebetulan ini.

.

.

.

Sejak tadi kaki Lee Seul masih sedikit gemetar. Mulai dari perkelahian sampai dia tiba di kantor polisi, dia masih belum juga menenangkan diri karena rasa takut yang tiba-tiba menyerang logikanya. Dia berpikir bahwa kerusuhan seperti itu bukanlah tempatnya, selain itu Lee Seul terbayang-bayang oleh masa lalu yang membawanya ke kantor polisi.

✔ Host Club #2 - The Golden TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang