Menunggu dan Mempertahankan adalah 2 hal yang paling sulit daripada Mencari.
"Ayo... aku akan mengantarkanmu pulang."
"Tidak perlu."
"Aku tidak suka dibantah, Vee."
"...."
"Kau sudah membantahku tadi dan sekarang aku tidak ingin dibantah kedua kalinya."
Veena hanya memutar bola matanya malas dan hampir pergi begitu saja meninggalkan Steve, jika pria itu tidak saja menarik tangannya dengan cukup kuat dan membuatnya dirinya berada dalam pelukan pria itu.
Astaga Jantungku!
Ya, jantungnya berdebar lagi. Perasaan hangat itu menjalari seluruh tubuhnya hingga ke pipinya.
Ini tidak baik. Sungguh ini tidak baik bagi kesehatan jantungnya jika ia terus seperti ini pada saat bersama pria itu. Ia takut pria itu akan mendengar debaran jantungnya yang tidak karuan.Jadi Ia memutuskan, "Lepaskan aku," Perintahnya yang lebih terdengar seperti gumaman. Vee mendongak dan melihat mata tajam Steve yang terasa membakar seluruh tubuhnya.
Steve merunduk kepalanya ke gadis itu dan berbisik sangat pelan didekat telinganya dengan suara serak dan penuh penekanan.
"Aku tidak mau." Steve benar-benar menekankan setiap suku katanya. Napas berat beraroma mint menerpa leher jenjang Vee dan membuatnya meremang.
Steve mengecup bahu mulus Vee sekilas dengan kecupan basah setelah itu segera menjauhkan kepalanya sebelum ia berbuat yang lebih pada gadis itu. Ia tersenyum polos pada Vee sedangkan gadis itu hanya menggeram rendah melihatnya.
"Tunggu aku dibawah....Aku akan mengambil kunci mobilku dan mengantarmu pulang."
Setelah memberi perintah itu, Steve berlalu dari hadapan Vee dan setelahnya terdengar helaan napas lega dari gadis cantik itu. Bahkan, Vee seakan baru menyadari bahwa sedari tadi ia menahan napasnya ketika berhadapan dengan Steve. Lututnya melemas. Entah tiba-tiba perasaan khawatir sedikit menyelinap di hatinya.
Ia berharap ini bukan bertanda buruk. Menggelengkan kepalanya, Ia memutuskan untuk segera turun dan menunggu pria itu agar semua kejadian apapun padanya hari ini segera berakhir dan ia dapat mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya.
***************************
"Darimana saja kau? Aku menunggumu dari tadi."
Ya Tuhan... pertanyaan itu sudah kudengar kurang lebih 7 kali sejak aku tiba di depan pintu apartemenku 10 menit yang lalu.
Veena sungguh lelah dan ia hanya ingin segera berisrirahat di kasur sederhananya dengan tenang. Setelah Steve mengantarkannya- dimana sempat ada keinginan pria itu ingin masuk ke apartemennya- Ia berhasil mengusir pria itu.
Vee melangkah masuk segera setelah yakin bahwa mobil pria itu sudah berbelok diujung jalan kawasan apartemen kumuh ini. Tidak disangkanya, terbebas dari satu masalah akan mengundang masalah lain yang sedang menantinya hari ini. Ia terpaksa mengundang Daniel untuk masuk sebagai sopan santun dan sialnya pria tidak tahu situasi itu benar-benar berpikir bahwa Vee memang mengajaknya untuk masuk.
Vee menghitung dalam hati untuk menurunkan emosinya agar lebih baik.
"Vee, kamu membuat aku khawatir. Aku sampai harus menghubungi Stefanny hanya untuk bertanya. Dan..." Daniel melirik tajam padanya, " Aku sudah menunggumu hampir 30 menit di depan apartemenmu dan kamu tau aku paling tidak bisa menunggu."
Vee menghela napas lelah. "Aku tidak memintamu menungguku, Niel," Gadis itu membalikkan tubuhnya menghadap Daniel yang berada di belakangnya, lalu melanjutkan, "...Sekarang kau sudah menemuiku, jadi, bisakah kita selesaikan ini lalu biarkan aku istirahat?" Pinta Vee. Daniel menatapnya lama seakan sedang berpikir akan sesuatu.
Tarikan lembut membawa Vee dalam satu pelukan hangat.
"Maafkan aku. Aku mengkhawatirkanmu.""...."
"Sekarang aku akan pulang dan kau pergi beristirahatlah. Kita akan membicarakan ini besok."
Daniel melepaskan pelukannya, mengusap lembut wajah lelah itu sebentar.
"See you soon, Sweety girl. Have A sweet dream."
Setelah itu hanya lambaian tangan dari Daniel dan suara pintu terdengar setelahnya. Vee segera berbalik menuju kamar mandi dan memutuskan tidur dan berharap besok ia sudah melupakan kejadian yang menimpanya hari ini.
************************
Kenyataannya Vee baru tertidur pukul 2 malam karena tubuh lelahnya tidak sejalan dengan pikirannya yang terus berputar memikirkan hal-hal yang terjadi belakangan ini setelah bertemu Steve. C'mon Vee, Stop thinking about him!
Ketika akhirnya Ia sudah berhasil untuk benar-benar terlelap, lagu Home dari Michael Bubble yang berasal dari ponselnya mengalun mengusik alam mimpinya.
Stefanny Calling...
Oh astaga Sahabatnya itu.... Vee memberengut dalam hati. Ia memutuskan mengabaikannya dan pergi ke kamar mandi.
Pantulan kaca itu memperlihatkan Vee yang kacau dengan kantung mata yang cukup terlihat di sekitar matanya.
Ini semua karena pria itu. Rasanya ia ingin berteriak dan mencaci maki Steve karena hal yang sudah dilakukan padanya.Tapi pertanyaannya adalah apa yang susah ia lakukan padaku?
Jawabannya tidak ada. Hal itu membuat Vee cukup uring-uringan, Disatu sisi Ia marah pada pria itu tanpa sebab yang tidak ia ketahui dan membuatnya memikirkan Steve terus menerus sedangkan disisi lain ia ingin menjauhkan pria itu dari pikiran -mungkin juga hidupnya.-
************************
"Kita sudah sampai Tuan."
"Benarkah?" Tatapan dari mata tua itu memandang remeh pada bangunan di depannya.
"Ya, Tuan"
Terdengar dengusan dari pria tua itu. Ia memandang sekali lagi pada bangunan itu kemudian Ia menoleh pada sopirnya.
"Tunggu disini."
Sopirnya mengangguk patuh dan Pria itu segera keluar dari mobil mewah itu dan masuk kedalam komplek apartemen kecil itu.
Pria itu menaikkan sedikit bibirnya, tersenyum datar.
Kamar 207. Ia berjalan menaiki tangga perlahan agar tubuh renta nya yang sudah memasuki usia 70 tahun ini tidak kelelahan.Ketika pria tua itu sudah berada di depan pintu bewarna coklat dengan ukiran nomor 207, Ia tidak mengetuk dan hanya memandangi sesaat pintu itu dengan tatapan tajamnya. Ada guratan kesedihan disana terlihat hanya sesaat sebelum tatapan itu kembali normal.
Ia memutuskan sebelum mengetuk dan menemui pemiliknya, ia harus melakukan sesuatu. Pria tua itu mengeluarkan ponselnya dari mantelnya dan mengetikkan beberapa kata dan mengirimnya kepada siapapun di seberang sana.
Pria tua itu berdeham sekali, membetulkan letak mantelnya dan pelan-pelan bibirnya terangkat menampilkan sebuah senyuman.
Aku menemukan dia...
Sama seperti isi pesan yang ia kirimkan beberapa saat lalu.
-27 Feb 2019-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Man
RomanceElveena Laurent Anderson. Nama yang cantik untuk gadis berparas Indah tetapi sepertinya hal tersebut berbanding terbalik dengan kehidupannya. Veena, selalu berpikir hidupnya akan biasa-biasa saja untuk gadis biasa sepertinya. Tetapi perjalanan masa...