Gadis itu menaruh bunga mawar plastik pada gundukan tanah dengan nisan bertuliskan BINTANG ANDIRA PUTRA.
"Hai kak. Apa kakak senang disana? Aku harap kakak selalu bahagia dimanapun kakak berada kini. Maaf Indi baru bisa datang sekarang. O iya, bunga itu hadiah dari Atan. Dia juga menitipkan salam buat kakak.." tutur Indi
"Ada banyak sekali yang ingin Indi ceritakan sama kakak. Tapi aku belum bisa memberitahu kakak sekarang. Kakak mau kan nunggu Indi datang lagi lalu menceritakan semuanya pada kakak. Indi yakin kakak pasti mau menunggu. Sama seperti Indi menunggu hadiah dari kak Bintang... hiks.." terang Indi parau, isakan dan getaran kini mulai terlihat.
"Kak Bintang... Indi sudah melihat hadiahnya. Terimakasih. Itu adalah hadiah terindah yang pernah Indi miliki. Sekarang, Kakak gak perlu khawatir lagi karena Indi sudah baik-baik saja. Berkat hadiah dari kakak. Terimakasih kak Bintang. Indi pamit ya, dan tunggu Indi kembali" lalu Indi beranjak pergi meninggalkan pemakaman itu.
.
.
.Davin terkejut begitu kembali dari kamar Indi. Kakaknya itu sudah tidak ada disana. Bergegas Davin turun dan langsung bertemu dengan bunda Ratna yang sedang menikmati sarapannya.
"Ayo Vin sini sarapan bareng Bunda" ajak bunda Ratna.
"Bunda liat kak Indi?" Tanya Davin cemas. Soalnya kemarin kondisi Indi sangatlah buruk dan pagi ini Davin melihat Indi sudah tidak ada dikamarnya.
"Indi pergi ke makam tadi pagi sekali. Kenapa kok tumben kamu nyariin kakakmu pagi-pagi gini"
"Oh.. gak pa-pa sih bun. Pantesan aja rumah udah sepi pagi gini biasanyakan berisik" ucap Davin ngasal,
"Huss.. kamu tuh. Jangan gitu sama kakak sendiri. Entar kalo dia pergi kamu kangen" goda bunda Ratna.
"Ih.. kagak bakal Davin kangen sama dia. Yang ada syukur deh kalo kak Indi pergi. Kan enak gak ada yang berisik" elak Davin padahal dalam hati dia juga memikirkan ucapan ibunya. Dia pasti akan sangat merindukan kakaknya jika Indi memang benar-benar akan meninggalkannya suatu saat nanti.
Haahh.. tapi syukurlah ternyata si bawel itu cuma pergi ketempat kak Bintang batin Davin lega.
"O iya Vin, lusa bunda mau ke Bandung lagi jengukin nenek. Kamu dirumah jagain kakakmu ya. Jangan gangguin dia terus " kata bunda Ratna setelah mengakhiri sarapannya.
"Iya, bunda tenang aja. Lagian bunda gak kebalik tuh, yang ada Davin terus kali yang di gangguin kak Indi" ucap Davin ketus tak terima dengan ucapan sang bunda.
"Loh.. bunda salah yaa. Bunda pikir kamu yang suka iseng" ucapnya dengan tampang polos seperti biasa saat menggoda anak-anaknya. Lalu terkekeh geli melihat wajah Davin yang kesal.
"Ngga bun. Bunda mah selalu bener kok" kata Davin malas.
.
.
.Jam dinding sudah menunjukan pukul lima sore, namun Davin belum melihat batang hidung kakaknya muncul.
sudah puluhan kali Davin menelpon Indiana, namun panggilannya selalu dialihkan.
"pergi kemana lagi sih lo kak. Bikin gue khawatir aja" ucap Davin cemas
Oke. Davin sudah tidak bisa diam lagi sekarang, segera dia menyambar kunci motor dikamarnya lalu bergegas keluar. Namun belum sempat Davin menyalakan motornya, tiba-tiba sebuah taksi berhenti di depan halaman rumahnya. Indi ?
Merasa lega setelah melihat orang yang keluar dari taksi tersebut adalah kakaknya. Davin segera menghampiri sang kakak. Meraih tangannya, lalu mendekap gadis itu dalam pelukannya.
"Lo hebat ya udah bikin gue khawatir" ucap Davin geram sekaligus lega.
" Sorry "
"Ya udah, ayo masuk" ajak Davin lalu menggandeng Indiana masuk kedalam.
.
.
."Jadi.. ABIS DARIMANA AJA LO SEHARIAN INI GUE TELPON GAK DI JAWAB. HAH ?!" murka Davin meledak
"Ish.. bisa gak tuh toa kecilin dikit, budeg nih kuping gue lama-lama denger lo teriak mulu" ucap Indi malas.
Jadi saat ini kedua kakak beradik ini tengah duduk diruang keluarga dengan tv menyala dan cemila dimeja. Suasana hati Indi sudah lebih baik setelah pergi kemakam tadi. Tapi sepertinya kini berbanding terbalik dengan sang adik. Dilihat sekilas aja udah buat bulu kuduk merinding, andai orang itu bukan Indi, mungkin udah kabur dia. Davin kalo lagi marah serem soalnya.
"Indi, Lo gak bales chat gue, gue telpon juga lo gak jawab-jawab. sedangkan lo pergi dari pagi tapi sampe sore belum juga balik rumah. Lo pikir gue bisa tenang ?" geram Davin semakin menjadi,
"Iya iya gue salah. gue minta maaf. Jadi gini, tadi tuh gue pergi ke caffe D'Luna. Lo tau kan kalo gue udah masuk kesana tuh suka lupa diri, apalagi liat kucing imut-imut, gemesin gitu. mana tahan gue" terang indi, sambil duduk bersila disofa menghadap sang adik yang sedang naik darah.
"Tapi seenggaknya lo bisa kabarin gue dulu kan?" sargas Davin masih belum terima dengan sikap kakaknya.
"Iya maaf. Lain kali gue kabarin deh"
"Serah lo deh. kesel gue"
"Idih, ngambek dia. segitu khawatirnya lo sama gue ?" goda Indi,
"Kagak. Pergi lagi aja sono. kagak bakalan gue cari" ucap Davin semakin kesal
"Duh elah.. gengsi amat sih jadi cowok. Cie yang udah khawatir, sampe tadi mau disusul segala padahal belum tau juga gue dimana. duh senengnya punya adek perhatian kek gini" tambah Indi semakin menjadi
"Sebahagia lo aja deh " ucap Davin kesal lalu melenggang pergi hendak kekamarnya
"Dih baper dia "
"Bodo amat "
"Davin "
"APA?!"
"Makasih" ucap Indi tulus dengan senyuman manisnya.
Davin hanya bergumam sedikit lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Indi bersyukur memiliki adik seperti Davin. Dia bisa menjadi sosok pelindung yang bisa di andalkan untuk Indi dan juga Ibunya.
"Aku baik-baik saja Vin, makasih lo udah jadi pelindung yang baik buat gue. Gue cuma butuh waktu aja kok, butuh waktu buat meredam rasa gue buat dia" ucap Indi lirih dengan masih menatap kearah pintu kamar Davin.
~~♡♡~~
Assalamualaikum gengs
hehhe maaf ya di part kali ini sedikit.
semoga menghibur, happy reading 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile For Me ( belum revisi )
Fiksi UmumPLAGIATOR DILARANG MENDEKAT !!! "Jika kau bintang, maka aku adalah ilalangnya" Indiana "Jika bersamamu adalah mimpi, maka jangan pernah bangunkan aku kembali" Tayler Holder ##### Cerita ini aku post sebagai ganti cerita AYANA dan SHOFIA, yg aku unp...