"Foni, kau masih tidak percaya denganku?"
Aku berdiri membelakangi Keane. Tak habis pikir kenapa ia begitu bersikeras menahanku untuk pergi.
"Aku sudah tidak bisa membuka hati lagi dengan siapapun, Keane."
Keane berjalan dan berdiri dihadapanku. Kedua tangannya memegang bahuku kuat. Dan menatapku tajam.
"Aku tanya sekali lagi, kau masih tidak yakin padaku? Setelah semua yang kulakukan ini padamu?"
Aku pun memandang balik mata bulat besar Keane. Tatapan pemuda itu begitu sendu.
Ya, aku tahu benar Keane tidak berbohong akan perasaannya.
Aku pun tak munafik mulai merasakan ketertarikan pada Keane. Pemuda yang akhir-akhir ini selalu menemaniku. Selalu ada untukku. Selalu berusaha melindungiku. Selalu ada disampingku. Selalu mencoba mendengarkan ceritaku. Dan selalu bersedia menawarkan bahunya untuk menjadi sandaranku
Aku jelas tahu sebesar apa rasa sayang Keane untukku.
Namun, rasa takut akan masa laluku lebih kuat mengkungkung diri ini.
Perasaan tidak yakin masih menyelimutiku. Aku takut akan ditinggalkan lagi. Aku takut kehilangan lagi. Aku telah merasakan trauma yang teramat dalam. Dan tak ingin hal menyesakkan itu terulang kembali.
Ingatan bagaimana aku mati-matian melawan depresi beberapa bulan lalu kembali berputar dalam memori ini.
Bagaimana aku berjuang menolak rasa sakit yang teramat sangat pada hati dan tubuh ini. Bagaimana aku berusaha keras menghempaskan sebuah pemikiran untuk mengakhiri semuanya.
Sendiri. Gelap. Kelam. Tak ada satu pun orang yang tahu bagaimana isi pikiranku. Dan sehancur apa perasaan pada hati terdalam ini.
Aku berusaha keras mengentaskan perasaan kalut itu hanya seorang diri.
Dan akhirnya aku dapat bertahan sampai hari ini, hingga tanpa sadar betapa kuatnya aku menahan semua sendirian.
"Maafkan aku, Keane..."
Keane menunduk lesu, tangannya terkulai lemas dari bahuku.
"Inilah mengapa aku tidak segera memintamu menjadi milikku. Kenapa aku begitu bersikeras selalu ada disisimu. Akan tetapi nyatanya aku pun hanya bisa membuatmu sedih kan?"
Aku menggeleng pelan, "Bukan seperti itu, Keane." Lantas menatap sendu Keane yang masih menunduk dalam.
"Keane... bukan kau yang salah. Aku tahu bagaimana usahamu meyakinkanku selama ini. Sungguh."
Keane sedikit mengangkat kepalanya. Berusaha menarik ujung bibirnya, membentuk senyuman lemah meresponku.
"Keane, dengarkan aku." Aku memegang erat baju dibagian lengannya. "Kau sangat baik padaku, Keane. Dan aku merasa tidak pantas menerima perlakuan baikmu itu. Aku tidak berhak mendapat perlakuan istimewa seperti ini lagi dari lelaki manapun. Aku pun tidak bisa lagi. Kau tahu kan kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Scene (EXO D.O/Kyungsoo, BTS Jin/Seokjin)
Romance'Aku hanya seorang gadis biasa yang tidak berhak bahagia lagi.' -Symphony