bagian 14

27 6 0
                                    

Kania masih sibuk membersihkan meja di restaurant milik papa Jessy. Sejak hari minggu setelah pembagian Rapot Jessy dan kedua orang tuanya pergi ke Bogor tempat kelahiran ayah Jessy. Kania yang sudah diizinkan untuk berkerja disana langsung dengan senang hati. Ini adalah hari ke-3 Kania bekerja disini. Ia akan bekerja dari pukul 7 pagi hingga pukul 9 malam. Keadaan restaurant ini terbilang cukup ramai, apalagi di situasi liburan seperti ini. Nuansa hangat yang di berikan di ruangan ini tentu membuatnya menjadi semakin menarik setelah masakan yang diresep oleh kedua orang tua Jessy yang begitu lezat.

Kania mengerjakan apa saja yang ia bisa kerjakan. Menyapu, mencuci piring hingga menjadi waitress bahkan kadang tenaganya diperlukan di resepsionis jika ada suatu hal. Pekerja disini sama ramahnya dengan kedua Orang tua Jessy. Bahkan sang Chef yang berada di balik makanan lezat itu tak tanggung-tanggung mengajari Kania untuk masak. Banyak ilmu yang ia dapat raih di masa liburannya ini.

"Kania, mbak boleh minta tolong? Antarkan ke meja Nomor 8 ya? Mbak kebelet pipis nih" Kania terkekeh geli kemudian mengangguk sopan.

Aroma expresso langsung menusuk ke hidungnya. Ia cukup heran apa yang dinikmati pencinta kopi ini selain rasa pahit yang begitu menyengat. Kania memperhatikan lelaki paruh baya yang berada di meja Nomor 8. Samar-samar ia melihat dua lelaki itu. Namun sayang ia tak dapat melihatnya dengan jelas. Kania berjalan mendekati meja tersebut, sepertinya pria yang duduk menghadapnya menyadari kedatangannya dan membereskan berkas-berkas yang memenuhi meja itu.

" silakan pak, ini minuman pesenan bapak" ucapnya sambil meletakkan Expresso dan white coffee itu.

"Ka... Kan.. Kani...a?" Kania menoleh saat namanya disebut. Kania sampai hampir menjatuhkan nampan yang ia genggam ia sedikit berjalan mundur.

" Pa... Papa.. " ucap Kania terbata. Krisna menatap nanar anak yang begitu ia rindukan. Krisna berdiri dan berusaha memeluk anaknya tetapi Kania menolak dengan sedikit melangkah kebelakang.

" maaf pak, saya harus kembali kebelakang" Kania langsung berjalan cepat kearah dapur dan menutup pintu dengan kencang. Syukurlah keadaan dapur cukup sepi hanya seorang chef yang terkejut dengan apa yang baru saja Kania lakukan.

"ada apa Kania?" Kania menoleh pada Chef yang biasa dipanggil Chef Darma. Kania berusaha menormalkan dirinya dan mengatakan tidak ada yang salah. Lewat dapur ia dapat melihat Papanya yang berusaha menawar pada resepsionis untuk bisa masuk kedapur hingga ia pun pergi dengan wajah kecewa.

"maafin Kania, pa. Maafin Kania yang belum siap dengan semuanya" ucapnya. Air mata pun terus mengalir dari matanya ia pun pergi ke kamar mandi dan melepaskan semuanya sendiri.

&

Tiga hari sudah insident bertemu papa itu, sudah tiga hari pula papanya sering menghampirinya kesini di jam istirahat walaupun tetap saja hasilnya nihil. Jessy pun kemarin sudah pulang dari Bogor, dan Kania dibuat bingung bagaimana cara menjelaskan kepada sahabatnya ini.

" gak bisa, Jess... gue belum siap!" ucap Kania dengan pasrah sementara Jessy menatap Kania dengan geram.

" Kania! Kapan lo mau dewasa kalo lo selalu lari tanpa mau menghadapi masa lalu lo itu!" Jessy berusaha menahan amarahnya, bukannya ia tidak mengerti tetapi ia hanya tidak ingin temannya ini terlaru larut dengan kehidupan kelamnya dulu. Kania menunduk lemah, selepas kemudian Rafa ayah Jessy datang menghampiri Kania. Bliau mendekat kemudian menggapai bahu Kania.

"om sudah mendengar semuanya dari Papamu Kania. Terjadi sebuah kesalahpahaman diantara keluarga kamu, nak. Semakin kamu menghindar seperti ini masalah tidak akan seleai dedang cepat. Nak, orang tua kamu semakin tua... mereka sangat memerlukan kehadiran semua anaknya untuk menemani hari tua mereka. keluarlah nak, Papa kamu sama urig-urigannya dengan kamu" ucap Rafa. Kania hanya mengangguk lemah, Rafa dan Jessy tersenyum simpul kemudian membiarkan Kania keluar menghampiri Papanya.

KACAMATA [slow.update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang