Second Love

51 9 8
                                    


Kukira, kita akan selalu bersama selamanya. Setelah semua yang kita lewati, kukira cinta kita akan tetap terjalin seperti ini sampai akhir hayat. Aku akan berada di sisimu selamanya, begitu janjiku pada dirimu. Saat itu, kau menampakkan senyuman yang begitu meneduhkan hati. Kau peluk tubuhku erat dan mengangguk pelan dalam pelukanku. Lalu kau mengucapkan janji yang sama. Tidak akan meninggalkanku, akan selalu berada di sisiku selamanya. Begitu katamu. Tapi, semua yang kau ucapkan itu ternyata hanya dusta belaka. Sejak orang itu memasuki kehidupanmu, semuanya berubah. Dirimu berubah, kau seakan lupa segalanya. Bahkan janji hidup yang kau ucapkan padaku juga telah kau lupakan begitu saja. Aku menginginkanmu, kau adalah milikku. Hanya milikku seorang. Tak ada seorang pun yang bisa mengambilmu dari sisiku. Tak seorang pun.

+++

"Ohayou..." Inoo Kei memeluk tubuh ramping kekasihnya dari belakang. Shimada Manami yang sedang memotong sayuran pun menoleh dan menunjukkan senyuman terhangatnya.

"Ohayou, Kei." Balasnya, lalu dia melanjutkan memotong sayurannya. Begitulah aktivitas rutin yang terjadi di apartemen kecil ini.

Kei memperhatikan kegiatan Manami tanpa melepasakan pelukannya. "Kamu mau masak apa, sih?" tanyanya penasaran.

"Aku hari ini ingin masak sup ayam buat makan malam. Aku nanti kuliah siang jadi pulangnya mungkin sedikit terlambat, jadi aku menyiapkan bahan-bahannya dulu." Jawab Manami tanpa menghilangakn senyumannya.

Kei mengangguk-angguk mengerti. "Kei, kamu nggak kuliah?" tanya Manami.

"Aku kuliah jam sembilan." Jawab Kei.

Manami melihat jam dinding yang menunjukkan pukul delapan. Manami lalu membalikkan badannya. "Kalau begitu, kamu sarapan dulu sana! Sudah aku siapkan roti bakar dan susunya."

Kei mengerucutkan bibirnya, "Aku nggak mau makan sendiri, suapin." Pinta Kei manja.

"Iih! Apa-apa sih kamu manja deh!" Manami terkikik geli melihat ekspresi Kei.

"Ayolah..." rengek Kei. Manami tiba-tiba mempunyai sebuah ide.

Senyum misterius tersungging di bibirnya. "Baiklah, tapi tidak gratis. Ada syaratnya." Ujar Manami menggoda Kei.

"Apa syaratnya?" tanya Kei tidak sabaran.

Manami menempel-nempelkan jari telunjuknya tepat di bawah bibir tipisnya dengan wajah seperti sedang berpikir keras dia berkata, "Emm... enaknya apa, ya, syaratnya..." dia sengaja mengulur-ulur kalimatnya agar Kei makin penasaran.

Kei diam melihat gadis di depannya. Sebuah kesalahpahaman pun diterima oleh impuls otak pintar Kei. Dengan sekali gerakan, dia menarik Manami dan melumat bibir tipis gadis itu. Kei mencium Manami dengan ganas. Manami membelalakkan matanya, dia terkejut dengan perlakuan Kei yang tiba-tiba.

"Cho.." Manami berusaha bicara di tengah-tengah ciuman Kei. Tapi Kei terus menyerang bibir Manami tanpa ampun. "Chotto matte, Kei!" Akhirnya dia berhasil mendorong tubuh Kei dan melepas ciumannya.

"Nani?" Kei tampak kecewa karena penolakan Manami.

"Kamu salah paham, bukan itu maksudku. Syaratnya itu kamu harus membeli daging ayam di supermarket saat kamu pulang nanti. Hanya itu!" omel Manami.

"Eh? Jadi kamu bukan minta kucium tadi?" tanya Kei polos.

"Bukan! Tadi itu aku sedang berpikir tahu!" Manami gemas juga dengan kekasihnya ini. Dia pun pura-pura mengambek.

"Ah.. tapi kamu suka, kan?" ujar Kei jahil sambil memeluk Manami kembali.

Wajah Manami memerah malu. Walaupun Kei salahpaham tapi tak bisa dipungkiri kalau dia memang suka Kei menciumnya.

Second LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang