09 : Sepi

1.8K 197 37
                                    

Akhirnya Kevin bisa kembali ke rumah yang terasa sangat nyaman baginya. Dia tidak ditemani oleh siapapun kecuali Gracia. Kedua orang tuanya sudah kembali ke Banyuwangi, teman-temannya sedang sibuk persiapan untuk pertandingan di Denmark, hanya Gracia yang bisa menemaninya karena hanya perempuan itu yang tidak memiliki jadwal apapun.

Gracia mengurus Kevin dengan baik. Meski tidak bisa memasak, Gracia memesankan makanan untuk makan siang dan makan malam Kevin seharian ini. Dia juga menyediakan makanan ringan serta minuman untuk menemani Kevin yang sibuk main game atau menonton televisi. Selain itu, Gracia tidak mendebatnya sama sekali, cewek itu memilih mengalah daripada bertengkar seperti biasanya.

Satu-satunya alasan mengapa Gracia berubah seperti ini adalah keadaan Kevin yang belum pulih sepenuhnya. Kevin tahu itu, makanya Kevin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan apapun yang dia mau, termasuk membuat Gracia menjadi pembantu dadakan.

Dari tadi Kevin memerhatikan Gracia yang sedang makan di meja makan, dia sendiri berada di ruang tengah. Senyumannya terus bertengger di wajah melihat bagaimana santainya Gracia saat ini. Cewek itu sepertinya sudah mulai terbiasa tinggal bersamanya di rumah minimalis milik mereka berdua ini.

Di tengah kegiatannya memerhatikan Gracia, tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Ira. Kevin bersemangat membuka pesan tersebut. Ira mengajaknya bertemu di kafe untuk merayakan kesembuhan Kevin, tentu saja itu bersama dengan teman-teman sepermainannya.

"Ge, lo mau nganterin gue nggak?" tanya Kevin baik-baik.

"Nganterin ke mana?" tanya Gracia menoleh padanya.

Tuh kan, kalau Kevin bersikap baik-baik, maka Gracia juga akan menjawabnya baik-baik. Sepertinya sekarang Kevin mulai tahu harus bagaimana menghadapi Gracia-nya ini.

"Kafe tempat gue biasa nongkrong sama temen-temen."

"Nggak usah aneh-aneh deh, baru pulang tadi pagi udah mau nongkrong aja."

"Mereka mau ngerayain kesembuhan gue, masa gue nggak dateng." Kevin mengerucutkan bibirnya. "Apa perlu gue ngajak mereka ke sini? Biar dirayain di sini aja?"

Gracia memutar bola matanya jengah. "Lo itu baru sembuh, mending diem-diem di rumah, jangan banyak tingkah. Obatnya udah diminum belum?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Nggak mau minum obat kalau nggak dianterin!" Kevin membuang muka dari Gracia. Gelagatnya sudah seperti anak TK tidak dibelikan permen.

Gracia mengepalkan tangan lalu memukul udara, membayangkan kalau Kevin ada di depannya. Cowok ini jauh lebih merepotkan saat sakit, hanya saja dia tidak bisa melawan dalam keadaan seperti ini. Orang sakit memang berhak mendapatkan segala yang dia mau.

Dengan terpaksa Gracia cepat-cepat menghabiskan makanannya lalu mencuci piring di dapur. Setelah itu Gracia menghampiri Kevin yang masih bertahan dengan bibir mengerucut, kening berkerut, menunjukkan kalau dia sedang marah.

Gracia mendorong bahu Kevin. "Gimana caranya gue nganterin lo kalau gue nggak bisa bawa kendaraan sendiri, gimana sih lo."

Oh iya, bagaimana bisa Kevin lupa tentant itu. "Ya kan lo bisa nganterin gue naik taksi kek atau apa gitu."

"Kalau gitu lo bisa berangkat sendiri, nggak perlu ngerepotin gue segala."

"Ayolah Ge, gue lagi pingin dianterin sama lo nih. Anggap aja gue ini lagi hamil terus lagi ngidam."

Comeback (KSS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang