Bab 5.2

39 8 13
                                    

Maret, 2018

"Selamat ulang tahun." Aku dikejutkan oleh kedatangan lelaki yang tiba-tiba saja sudah berdiri, menghadang jalanku.

Ya... Dia Genta.

Datang ke kampusku tiba-tiba, menghadang jalanku di koridor kampus, mengucapkan selamat dengan percaya diri, tanpa membawa sebuah kue tart, sebungkus kado, ataupun satu bucket rangkaian bunga.

Aku menatapnya dengan mengeryitkan keningku dalam. "Maaf, sepertinya Anda salah orang, saya tidak berulang tahun tuh."

Setelah mengucapkan itu, aku langsung bergegas pergi meninggalkan Genta yang masih berdiri pada tempatnya. Dapat kudengar, dia tengah terkekeh pelan.

Aku tahu, setelah ini dia pasti akan mengejar, dan berjalan beriringan menyamai langkahku.

"Anggap saja setiap bulan adalah ulang tahunmu," jelasnya ketika tubuh tinggi tegapnya, sudah berjalan di sebelahku.

Aku memutar bola mataku malas, menatapnya dengan pandangan yang seolah mengatakan kau mabuk, ya? Dasar gila.

Sekali lagi, aku mendengar suara tawa renyah dari mulutnya. "Bukankah menyenangkan? Untuk hari ini, kamu bisa menjadi putri Jasmine, dan aku jadi jin penunggu lampu ajaib milik Aladin. Ayo buat permintaan, pasti akan aku kabulkan."

"Kamu sedang menyogok agar aku tidak marah lagi, ya?" Lagi-lagi, aku mendengar Genta tertawa. Tawa yang menenangkan, memberikan sensasi hangat pada relung hatiku.

Kenyataannya, aku memang tengah merajuk karena satu dan lain hal yang tidak bisa aku jelaskan. Yang pasti, Genta itu menyebalkan.

"Anggap saja begitu."

"Dasar curang!"

"Ayolah, tidak ada aturan yang melarang untuk seperti itu kan?"

Aku menghela napas kasar, membuang muka ke arah lain, dan menggigit pipi bagian dalam berusaha untuk tidak tersenyum, melihat tingkah manisnya Genta.

"Baiklah, Jin biru. Aku mau makan pecel ayam depan kampus terlebih dulu, setelah itu belikan aku satu cup ice cream yang besar serta satu kotak coklat dengan beragam varian."

"Serius? Gigimu bisa rusak jika terus begitu."

"Terserah aku, tadi kamu bilang apapun akan aku kabulkan. Jadi... turuti saja."

"Baiklah, as your wish your majesty... tapi, kamu sudah gak marah kan?"

"Siapa bilang? Masih tuh"

"Hei... Kenapa begitu?"

"Kata maafmu, aku belum mendengarnya, tuan."

"Astaga... Maafkan aku."

"Apa?" tanyaku mencoba mempermainkannya.

"Maafkan aku, Ra."

"Aku tidak mendengarnya."

"MAAFKAN AKU, AIRA SENA," teriak Genta yang mengundang perhatian mahasiswa/i lain yang tengah berlalu lalang.

Sontak saja aku memelototkan mata, menatapnya dengan garang dan memukuli lengan atasnya karena membuat malu.

Tapi, bukannya mengaduh kesakitan, dia malah tertawa terbahak-bahak. Lihatlah, Genta itu memang wujud nyata dari si tuan menyebalkan.

***

Kilas balik kenangan itu, seolah terus menggerogoti hatiku yang tengah dilanda rindu.

Bagaimana tidak? Genta itu sosok yang mudah dicintai. Karena sifat dan sikapnya yang sulit ditebak, dan pembawaanya yang cukup dewasa... terkadang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang