bab 1

5 0 0
                                    

Kala itu umurku menginjak 20 tahun. Saat itu aku ingin merayakan ulang tahunku sendirian dengan pergi memanjakan diri ke tempat yang sangat ku ingini sejak dahulu kala. Keinginan untuk mewujudkan mimpi tersebut pun akan segera tercapai, aku telah cukup lama menabung untuk itu. Venice, Italia adalah tempat dimana orang berkata bahwa kota ini adalah kota yang termasuk dalam kategori kota romansa di seluruh dunia. Aku mendapat penerbangan pukul 00.15 WIB, pukul set 11 malam setelah berpamitan dengan keluargaku, aku memasuki taxi yang akan mengantarku ke bandara. Aku masih punya waktu satu jam sebelum penerbanganku, aku duduk diam di sebuah café yang ada di bandara sambil membaca novel yang telah kupersiapkan.

Ketika aku sedang membaca novel di sudut ruangan, seorang wanita datang menghampiri dengan membawa kopi ditangannya. Kemudia ia berkata, "Bolehkah aku ikut duduk disini". Memang ruangan disini sangatlah penuh. Aku pun mulai berkata, "Oh tentu saja". Wanita itu pun tersenyum manis dan mengucapkan terima kasih padaku. Kami tidak berkomunikasi lagi setelah itu. Kemudian, departure announcement berbunyi. Kami berdua lekas pergi meninggalkan kedai kopi tersebut.

Aku lupa berkenalan dan dan mengucapkan selamat tinggal. Pada saat aku masuk ke dalam pesawat yang akan membawaku ke Venice, bangku di sebelahku masih kosong. Agar tidak terlalu tegang dan mual di dalam pesawat, aku memutuskan untuk menggunakan earphone dan mulai mendengarkan lagu yang biasa aku dengar. Tak lama setelah itu, ada seorang wanita yang duduk di sebelahku. Awalnya aku menghiraukannya. kemudian ketika aku melihat bangku sebelahku, ternyata ia adalah wanita yang tadi aku temui di kedai kopi tadi.

Dengan spontan dan lantang aku berkata, "Kamu".

Wanita tersebut pun membalasnya dengan senyuman yang indah dan berkata, "Wah ternyata aku kembali satu bangku denganmu ya, haha".

"Aku tak menyangka bahwa kita bisa kembali bertemu dan duduk bersebelahan", jawabku dengan nada yang kaget. Aku kembali berkata, "Oh iya, kita belum berkenalan yah, perkenalkan namaku Leo".

"Salam kenal Leo. Perkenalkan juga namaku Stefani", jawab Stefani dengan suaranya yang lembut.

Tak lama kemudian pramugari yang ada di dalam pesawat itu, mulai mengumumkan bahwa 5 menit lagi kita akan mulai lepas landas. Aku yang jadi senyum-senyum sendiri karena membayangkan pertemuan pertamaku dengan Stefani saat itu. Tanpa sadar aku pun mulai jatuh dalam lamunan dan pesawat pun mulai lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta. Waktu menunjukan pukul setengah 12 malam, aku pun memutuskan untuk tidur saja. Sekitar pukul 5 pagi, aku pun mulai terbangun. Ketika aku terbangun, aku pun terkaget-kaget karena Stefani yang tertidur di dalam pundak ku dengan hangat. Aku pun membiarkan Stefani tetap tidur dalam pundak ku karena aku tak ingin membangunkannya. Tak lama kemudian Stefani pun terbangun dan kaget karena ia tertidur di pundak ku.

"Wahh leoooo, aku sangat minta maaf" dengan mukanya yang memerah karena tersipu malu.

"tak apa kok, mungkin kamu terlalu lelah dan kurang nyaman sepanjang perjalanan". Tuturku sambil tersenyum dan sambil mencuri pandang indah parasnya.

"kamu sudah terbangun cukup lama leo?". Tanyanya dengan penasaran

"aku sudah bangun dari setengah jam yang lalu". Jawabku dengan tingkah laku yang sok cool di depannya haha

"Stefani,kamu lucu ya ketika kamu sedang tidur". Godaku sambil tertawa kecil.

"ahh masa sih?". Tanyanya sambil malu-malu.

"lah, beneran kok. Kamu terlihat manis dan lucu saat tertidur". Jawabku sambil mengambil novel yang ada di tas kecilku.

"Stefani, kamu suka baca novelkah? Tanyaku padanya.

"aku suka membaca novel bergenre romance". jawabnya dengan penuh semangat.

"nih, aku punya novel yang bagus untukmu". Sambil memberikan novel yang tadi aku ambil dari tas kecilku.

"Cinta di bulan April, hemm judulnya menarik ya leo. Akan kubaca sambil perjalanan nanti". Jawab Stefani sambil memandang novel yang kuberi.

"ceritanya cukup menarik kok, mungkin kamu akan suka jalan ceritanya". Tuturku dengan nada yang menggoda.

Kami kembali terdiam dan saling membaca novel masing-masing. Sekali-sekali aku mulai mencuri pandang kepadanya. Meskipun kau tak tahu apakah Stefani akan sadar saat itu, karena ia sedang focus membaca novel yang tadi aku beri. Jantung yang mulai tak beraturan membuatku terus menjaga image ku di dekatnya. Tanpa sadar Stefani melirik ke arahku dan mulai berkata.

"Ada apa le?". Tanya Stefani kepadaku

"kamu manis". Dengan tatapan yang serius ke arahnya

"wehhh? Manis?". Tanyanya dengan tatapan yang lugu ke arahku

" iya, kamu manis". Jawabku semakin tegas

"ahh kamu ngaco kali le". Jawab Stefani sambil tersenyum kepadaku.

Kami berdua saling bertatapan cukup lama tanpa mengeluarkan satu patah katapun. Tiba-tiba pramugari pesawat mengumumkan bahwa kami sebentar lagi akan sampai ke tujuan. Kami pun mulai memalingkan wajah ke arh yang berlawanan sambil tersipu malu. Aku yang mulai membereskan dan mengecheck barang-barangku agar tidak tertinggal. Aku yang melihat ke jendela pesawat memandang suasana pemandangan keindahan venice dari jendela pesawat.

"Stefani, coba lihat". Panggilku sambil menarik tangannya yang mungil
Stefani terdiam karena terkejut ketika aku menarik tangan mungilnya.

"ehh, maaf-maaf". Aku yang langsung melepaskan tangannya

"iya gapapa le, kenapa le tadi manggil?". Jawab Stefani

"coba liat ini pemandangan venice dari atas sini". Tuturku sambil menunjuk ke arah jendela.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love In VeniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang