Tersudutkan

3 0 0
                                    

Setiap orang memiliki jalan hidup yang pasti berbeda-beda, walaupun kadang kala aku merasa iri dengan kehidupan orang lain, bukan karena kemewahan mereka namun keharmonisan sebuah keluarga yang nyaris saat ini aku tak kunjung rasakan lagi seperti terlupakan ingatan dulu tentang indahnya keluargaku, terlalu lama aku rasa kepahitan hidup ini sehingga menenggelamkan ingatan rasa kebahagiaan sebuah keluarga.

Semakin hari aku merasa tak betah berlama-lama diam di rumah, tak ada semangat yang terbangun jika aku diam di rumah, air mata seakan sudah kering terlalu sering aku meratapi kesedihan, kali ini aku mempunyai kesibukan baru yang kuharap dapat melupakan keluh kesahku di rumah, dan ternyata benar kesibukanku kali ini sangat membuatku sedikit menyenangkan, lumayanlah setidaknya kalo saya berada di luar rumah aku tidak memikirkan keadaan di rumah, yah walaupun tidak sepenuhnya aku bisa melupakan keadaan di rumah.

Bukan aku tak percaya pada orang lain untuk sekedar berbagi keluh kesahku, namun aku rasa kali ini terlalu sensitif jika aku harus beragi dengan sahabat-sahabatku, mereka bilang aku berubah, aku tak seceria dulu, tak seasyik dulu, beberapa kali ajakan main sahabatku pun sering kutolak bukan karena aku tak mau, namun aku tak banyak waktu sekedar bermain-main, aku harus mengurus adik-adikku bergantian dengan ka Sarah, aku juga harus mengikuti serangkaian kegiatan baruku, aku juga kangen bermain dengan sahabat-sahabatku, tapi tenang saja aku bersama sahabatku masih terjalin baik.

Kejadian demi kejadian aku selalu menjadi pusat perdebatan di rumah, katanya aku sudah tak peduli pada mereka, ka Sarah juga nyebelin, selalu menyangkutpautkan kegiatan baruku dengan kesalahanku, setiap aku pulang lebih lambat dari biasanya pasti aku kena semprot omelan pedas dari ka Sarah mungkin karena ka Sarah ingin aku juga bisa menjaga adik-adik bergantian, padahal sungguh kegiatan baruku ini masih dalam ranah Pendidikan bukan yang aneh-aneh namun sulit rasanya mereka bisa paham atas keinginanku dan perasaanku.

Ada salah satu kejadian yang sangat aku ingat, waktu itu ada kegiatan luar yang mengharuskan aku menghadiri acara tersebut aku sudah meminta izin ke ibu dan ayah, kebetulan acaranya di hari libur yang harusnya jadwal aku untuk menjaga adik-adikku bergantian dengan ka Sarah, akhirnya aku berangkat pada hari itu, ka Sarah sepertinya tidak tahu kalo aku akan pergi pada saat itu soalnya aku juga tidak bercerita padanya karena aku yakin pasti ka Sarah melarangku pergi dan ketika itu aku pergi sangat pagi sekali.

Aku pergi menggunakan motor ibu ya motor ibu karena ibu yang membelinya hasil keringatnya sendiri motor ayah sudah dijual dulu untuk kebutuhan hidup sebelum ibu kerja, hari mulai sore perasaan mulai bertuju pada ka Sarah, ternyata benar saja dia telefon aku pada saat itu,

Aku: hallo, ada apa ka?

Kaka: kamu masih di mana? udah sore nih, masih aja kelayapan inget jam makanya kalo main tuh, cepet pulang sekarang.

bertubi-tubi pertanyaan, omelan ka Sarah padauk yang aku juga sudah duka ini akan terjadi

Aku: aku lagi di jalan ini macet banget, iya ini juga mau pulang ka.

Kaka: yaudah cepetan jangan ke mana-mana dulu langsung ke rumah.

Aku: iya ka. sebelum aku bilang iya telefonku sudah dimatikan

Ada perasaan kesal di sana, sedikit tetesan air mata yang sejak tadi menggenang dikelopak mata bawahku akhirnya jatuh membasahi pipiku, kusapu air mata itu secepat mungkin, aku takut temanku menyadari kalo aku sedang menangis, ka Sarah akhir-akhir ini memang sedang sensitif segala sesuatu selalu saja menyalahkanku, aku juga suka terpancing emosi karena ulah ka Sarah makanya bukan hanya ibu dengan ayah yang beradu mulut di rumah tapi aku dan ka Sarah pun sering.

Sekitar jam 17.45 aku tiba di rumah entah kerasukan jin apa ka Sarah uring-uringan karena aku pulang telat, dia menangis hebat dan menyalahkanku, dia bilang dia tak pernah jalan keluar hanya untuk bersenang-senang tapi lihat Aisyah dia main sampe jam segini ayah ibu mengijinkannya, padahal emang dasar ka Sarah tak pernah mau kalo aku ajak jalan keluar ko tapi saat ini ka Sarah malah menyalahkanku, semua bingung melihat ka Sarah seperti itu, tiba-tiba ayahku marah melihat ka Sarah seperti itu, setelah ayah memarahi ka Sarah aku juga ikut kena semprot ayah, aku tak begitu berontak karena aku tahu aku juga salah karena pulang sangat sore tapi itu bukan kemauanku jalanan saat itu macet sekali, HP-ku diambil oleh ayah untuk hukuman aku pulang telat.

Pagi Senin aku biasa berangkat sekolah lebih awal karena harus mengikuti upacara bendera disekolah, HP-ku tak kunjung ayah berikan padaku, aku mau coba meminta tapi aku masih takut ayah tak akan kasih, akhirnya aku putuskan untuk berangkat sekolah saja karena aku takut telat, ku ambil kunci motor di laci bawah TV, kemudian setelah aku lihat motor ibu sudah berantakan entah apa yang ayah aku lakukan sampai rampung motor ibu di peleteli, seolah-olah tak usah ada yang lagi memakainya, dan aku yakin ini ada sangkut pautnya dengan kejadian kemarin.

Lagi-lagi aku yang salah, rasanya kalau tau akan jadinya seperti ini aku tak akan pergi kemarin, aku yang setelah melihat motor ibu di peleteli ayah aku membawa sebagian baju ganti dan perlengkapan sekolah untuk besok, aku putuskan untuk menginap saja di rumah sahabatku Nuri, karena aku takut pulang ke rumah, aku takut ayah marah lagi padaku ditambah ka Sarah yang sejak kemarin tak mau berbicara padaku.

Ayahku sepertinya mencariku ke sekolah, ibuku sebenarnya sudah tau kalo aku tidur di rumah Nuri karena aku sudah menelefon ibu ketika istirahat kerja ibu pakai Hp Nuri, dan ibu mengijinkanku dan berjanji tak akan menceritakan ini pada ayah. Namun keputusanku saat itu sepertinya salah, ayahku datang ke sekolah keesokan hari nya ketika jam sekolah, guru Bp memanggilku ke ruangannya, dan ayahku sudah sejak tadi menunggunya, tak mau pihak sekolah tau akan hal ini ayah meminta izin untuk menjemputku pulang alasannya karena mau ada urusan keluarga, aku gemetar bukan main, perasaanku tak tenang jantungku berdegub sangat kencang, ada apa ini ya Allah. Akhirnya aku pulang bersama ayah, dan kalian mau tau apa yang terjadi setelah itu? Aku mendapat sedikit siksaan dari ayah mungkin karena ayah khawatir anak perawannya tak pulang dan menginap di rumah orang lain atau memang sudah geram padaku, aku menangis hebat di dalam kamar, ayah mengurungku agar tak melakukan hal bodoh seperti itu dan hari ini aku tak boleh ke mana-mana, kakiku menggelang merah akibat pukulan lidi yang ayahku lakukan, bukan rasa sakit dikaki yang aku tangisi tapi sakit hatiku yang kian hari kian menyiksa perasaanku.

***

KHILAF - Curahan Hati AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang