Chapter 5 | Rumah Sakit

2.7K 122 9
                                    

Chapter 5 | Rumah Sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 5 | Rumah Sakit

"TELEFON AMBULAN!" teriak Arthan dengan panik, sambil menahan kepala Gevano yang sudah banyak mengeluarkan darah. Arthan sangat tidak ingin kehilangan Gevano, teman yang sering membantunya keluar dari masalah.

"Bego si Alvaro! Tadi perjanjian nggak ada yang pakai senjata!" geram Gilang. Sementara Dion dan Daryl sibuk mencari nomor telepon untuk menghubungi ambulans di ponsel mereka.

Tubuh Arthan bergetar hebat saat ia memegangi Gevano yang tidak sadarkan diri. "Cepetan!" teriak Arthan penuh emosi, sambil terus memukul dada Gevano, mencoba membangunkan temannya dari alam bawah sadarnya.

"Than, berhenti! Si Gevano sudah kesakitan! Jangan pukul-pukul dadanya gitu, nanti nyawanya melayang!" kata Kevin, berusaha menghentikan Arthan.

"Sabar, Than. Bentar lagi ambulans datang. Jangan bikin suasana makin panas," tegas Alex sambil memegang bahu Arthan, berusaha menenangkan.

Arthan tidak peduli, terus memukul dada Gevano dengan keras. "Harusnya lo nggak usah tolongin gue, bodoh!" gumam Arthan sambil menahan air matanya. Gilang memegang bahu Arthan, berusaha menenangkan

Tak lama kemudian, ambulans tiba. Para suster dengan cepat menggotong tubuh Gevano ke dalam ambulans untuk dibawa ke rumah sakit agar mendapatkan penanganan yang lebih serius. Arthan menatap kepergian ambulans dengan wajah penuh kemarahan. "Liat aja nanti, Genior! Kalau Gevano kenapa-napa, gue bakal hancurin kalian semua!"

Gilang merangkul bahu Arthan, mencoba menenangkannya. Gilang tahu betul bahwa Arthan sedang berjuang menahan diri untuk tidak melampiaskan kemarahan dan kekesalannya.

Alvaro selamat menikmati sisa akhir hidup lo sebelum nyawa lo gue layangin.

Arthan menghempaskan kasar lengan Gilang. "Gue butuh Natalya."

"Lo harus ke rumah sakit, periksa ulang. Darah di perut lo mulai ngerembes!" Gilang menunjuk perut Arthan, di mana bercak darah mulai menembus keluar dari kaosnya.

"Gue nggak peduli!" tegas Arthan. Dengan itu, ia beranjak dari tempat kejadian. Tujuannya kini hanya satu: Natalya.

Arthan masuk ke mobilnya, melepaskan jaket kulit yang sudah ternoda darah, dan meninggalkan kaos putih yang menempel erat pada tubuhnya. Dengan penuh tekad, ia mengemudikan mobil menuju rumah Natalya.

Tengah malam, ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk.

Missed Call From Arthan

Arthan:
keluar

Natalya terbangun dari tidurnya dengan terkejut. Masih setengah mengantuk, ia melihat pesan dari Arthan dan cepat-cepat mengangkat tubuhnya. Ia beranjak dari kasurnya dan membuka pintu balkon. Matanya membulat sempurna saat melihat mobil hitam Arthan terparkir rapih didepan gerbang rumahnya.

Fidanzata (New) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang