Chapter 5

115 44 3
                                    

“Kebahagiaanmu kebahagiaanku. Dukamu dukaku. Tapi, sakitku bukan sakitmu.” Sandi.

###

10 hari berlalu. Aisy sudah bisa berjalan kembali tanpa bantuan tongkat. Semenjak kejadian itu Aisy tidak mau bertemu ataupun mengenal Sandi lagi. Baginya Sandi hanyalah musafir cintanya yang telah pergi. Dia hanya singgah sesaat dalam hati Aisy. Setelah itu tidak ada nama Sandi tertoreh di hati Aisy. Siapa Sandi? Aisy tidak mengenalnya lagi.

Aisy termenung menatap ke luar jendela kelasnya. Melihat anak-anak kelas XII tapi bukan kelas Sandi sedang berolahraga. Mata cokelat Aisy berkaca-kaca. Satu detik kemudian. Sebutir air bening keluar dari matanya. Meluncur di pipi mulusnya. Aisy mengusap air mata itu dan beralih ke guru yang sedang menjelaskan materi. Tapi, Aisy masih tetap tidak bisa fokus dengan pelajaran yang diajarkan.

Sekitar 45 menit pembelajaran berlangsung. Murid-murid yang lain sudah beranjak pergi dari tempat duduk masing-masing. Di kelas hanya ada Aisy dan kedua sahabatnya.

“Ke kantin, yuk.” Ajak Hesty.

“Kalian berdua aja.” Kata Aisy seraya meletakkan bukunya di laci.

“Kenapa?”

“Dia lagi gak enak badan.” Yang menjawab bukan Aisy tapi Metha.

“Lo sakit.” Hesty menempelkan punggung tangannya di kepala Aisy. Normal. Tidak terlalu panas.

“Gue gak pa-pa, Hes.”

Mereka tidak jadi makan di kantin. Mereka memakan makanan buatan Bi Nah, asisten rumah tangga Aisy. Makanan buatan Bi Nah selalu enak. Metha ketagihan hingga dia habiskan semua tanpa tersisa. Aisy hanya memakan 2 potong kue putu itu dan Hesty hanya memakan 3 potong. Selebihnya dihabiskan Metha. Aisy melihat seorang cewek berdiri di ambang pintu. Dia berjalan mendekati mereka.

“Kak Mira ngapain kesini?” tanya Aisy.

“Entar pulang sekolah pulang bareng gue, ya.” Aisy melihat kedua sahabatnya sebelum menentukan jawaban.

“Gue tunggu sepulang sekolah di gerbang.” Aisy mengangguk.

“Gue ke kelas dulu, ya.” Mira kembali ke kelasnya.

Seperti janjinya, dia menunggu Mira di depan pintu gerbang. Sendirian. Metha dan Hesty sudah pulang terlebih dahulu. Sekitar 2 menitan Aisy menunggu kedatangan Mira. Tetapi, dia tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Apa Mira lupa? Atau dia masih ada urusan lain yang harus diselesaikan. Kakinya terasa pegal lama-lama berdiri. Terlebih di bawah terik matahari seperti sekarang ini.

“Udah lama nunggunya.” Seorang dari belakang Aisy menepuk pundaknya.

“Sekitar 2 menitan.”

“Sorry, tadi gue harus ngurus masalah kebaya buat wisuda. Lo mau minum?” Mira menawarkan air mineral yang dibawanya.

“Gak usah, Mir. Makasih.”

Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat di depa mereka. Mobil sedan itu milik Dhomas dan dia duduk di jok sopir. Dhomas menurunkan kaca jendela mobilnya.

“Cepet, naik.” Perintah Dhomas.

Aisy dan Mira masuk ke dalam mobil Dhomas. Mobil itu melesat. Entah mau pergi kemana. Aisy duduk di kursi belakang sendirian. Mira duduk di sebelah Dhomas. Mereka berpegangan tangan. Mereka bermesraan di hadapan Aisy. Aisy tidak mau melihat keromantisan mereka. Dia pun meminta Dhomas menghentikan laju mobilnya.

“Ada apa?”

“Gue mau beli buku.”

“Sendirian.” Aisy mengangguk.

RENDEZVOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang