💖 29. berbaikan 💖

1.6K 146 10
                                    

Melihat sikap Saga yang sama sekali tidak berubah tetap cuek Dan dingin membuat Reres lelah sendiri. Dia memutuskan untuk tidur di kamar Nay malam ini. Dari pada dia melihat raut wajah Saga yang terus muram lebih baik dia memilih untuk tidak bersama suaminya.

Saga masuk ke dalam entah Dari mana. Reres bersiap untuk langsung ke luar kamar. Saga tidak menyapa sedikitpun saat Reres melewatinya. Reres pun juga tidak berniat untuk bertanya.

Setelah sampai di kamar, Nay. Dia melihat Kay yang sudah tertidur dan Nay tiba-tiba bangun saat melihat Maminya membuka pintu.

"Mami," panggil Nay. Reres menutup kembali pintunya Dan mendekat ke arah Nay.

"Nay kenapa belum tidur?" tanya Reres mendekat ke arah anaknya. Dia lantas berbaring di samping anaknya. Nay pun menggeser sedikit tubuhnya.

"Mami kenapa tidur di sini?" Bukannya menjawab Nay malah bertanya lagi kepada Maminya yang tidur bersamanya.

"Mami pengen nemenin kamu sayang," jawab Reres. Reres sengaja beralasan karna malas melihat suaminya yang terus marah padanya.

Melihat keanehan Dari sikap Maminya pun, Nay tidak percaya dengan jawaban yang dilontarkan Maminya. Lantas dia pun bertanya lagi kepada Maminya. "Mami lagi berantem sama Yayah ya?" tanyanya lagi.

Reres gelengkan kepala, "enggak nak. Nay bobo ya? Udah malem. Ade Kay aja udah bobo tuh di kamar sebelah."

"Enggak mau. Mami kenapa bobo di sini? Mami berantem ya sama Yayah?" tanya Nay lagi. Terdengar nada sedih Dari sang anak membuat Reres tidak mampu menjawabnya. Nay masih merasa bersalah karena belakangan pembahasan kedua orang tuanya masih sama.

"Nay bobo ya. Mami capek banget. Lagi pengen bobo sama, Nay. Masa enggak boleh bobo sama, Nay," ucap Maminya lagi. Dia pun mengelus kepala sang anak dengan halus. Sapuan di kening Nay membuat dirinya pun mengantuk. Reres tersenyum saat semakin lama dia semakin ngantuk.

Dia merasa bersalah juga. Ini semua sebabnya. Tapi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

***

Di sisi lain, Saga merasa Reres tidak juga kembali. Dia pun mengabaikannnya. Dia memilih menonton film saja di laptopnya. Sejam kemudian berlalu, Saga merasa bosan. Reres tidak kembali lagi ke kamarnya. Dia ingin mencari tapi gengsi. Dia berusaha untuk fokus menonton tapi tidak bisa juga.

"Arghhh bodo lah. Yang penting ada Reres." Saga yang sudah benar-benar bosan pun lebih memilih menekan egonya menghampiri Reres. Reres tidak juga kembali ke kamarnya. Padahal, dia kira hanya keluar untuk mengambil sesuatu ternyata tidak kembali.

Dia pun ke bawah untuk mencari Reres. Sampai di bawah dia ketemu dengan sang sopir.

"Pak Saga belum tidur?" tanya Pak ahyat yang melihat bosnya jam segini masih turun biasanya tidak pernah bosnya itu ke luar rumah malam begini.

"Lihat ibu enggak, Pak?" tanya Saga to the point.

"Enggak, Pak. Saya Dari tadi nonton tv di ruangan biasa tapi enggak ada yang Ke dapur. Apalagi Bu Reres," jawab pak Ahyat.

"Yaudah, terima kasih Pak" Tanpa banyak bicara Saga pun mencari ke kamar anaknya. Pasti istrinya ada bersama anak mereka.

Sampai di depan kamar Nay. Sempat terbesit untuk kembali, tapi dia tidak mau mati bosan di kamar, karena merasa kangen dengan Nay. Tanpa adanya perbincangan sebelum tidur.

Saga masuk ke dalam. Dia melihat ke dalam dan benar sang istri ada di dalam sana sedang memeluk Nay. Dia seperti mendengar bahwa Nay menangis. Dia segera menghampirinya.

"Res." Reres yang mendengar sentuhan segera menghapus air matanya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Reres pelan. Takut anak mereka terbangun Dan mendengarnya.

"Res aku minta maaf." Saga berucap lirih.

Sementara itu Reres tetap diam. Dia masih kesal dengan sikap suaminya.

"Love aku tahu aku salah. Aku kemarin enggak mau dengerin kamu. Aku udah ikutin mau kamu bahwa aku enggak pecat, Siska, Love. Sekarang kamu maafin aku ya. Dan balik lagi ke aku ya, Res," ucap Saga. Terdengar Nay sedikit terusik dengan tidurnya. Saga kemudian terdiam sesaat. Reres mengelus kepala anaknya agar anaknya kembali tertidur.

"Kamu mending tidur, Ga. Besok kerja 'kan?" tanya Reres tanpa menengok dengan suara yang sangat pelan nyaris berbisik.

"Aku enggak bisa tidur, Love. Kangen kamu. Maafin aku ya. Aku benar-benar serius minta maaf. Aku enggak nyaman sama keadaan kayak gini," ucapnya lagi.

Reres menghela napas. Dia pun tidak suka harus marah dengan Saga terlalu lama. Sama-sama saling harus runtuhkan emosi.

"Iya, Ga. Aku juga minta maaf," ucap Reres pun dengan pelan.

Saga terlihat tersenyum dia langsung saja ikut Reres tertidur di samping Reres. Dengan Nay berada di tengah. Akhirnya ia kini bisa bersama sang istri walaupun keadaan kamar gelap.

"Res biasanya kalau tidur kita ngobrol dulu tapi gaada kamu sepi," ucap Saga dengan bisik-bisik.

"Ya lagian kamu juga yang kalau aku bilangin ngeyel. Jangan egois jadi orang, Ga. Inget kalau dia kerja bukan cuma buat orang tuanya. Kalau ada tanggungan 'kan kasihan," ucap Reres lagi dan buat Saga menganggukan kepala.

"Iya aku, Res. Mulai sekarang aku bakal lebih dengerin kamu Dan enggak egois lagi sama kemauan aku. Maafin aku ya, Love," ucapnya lagi.

"Iya, Ga. Aku ngerti. Terus kamu apain Siska akhirnya?" tanya Reres yang penasaran.

"Ya gitu," jawab Saga dengan suara yang benar-benar sangat pelan. Bahkan nyaris berbisik takut membangunkan buah hati mereka. Karna Saga sangat dekat dengan Nay. Posisi Nay menghadap ke arah Reres. Reres pun mengelus kepala anaknya sehingga Nay bisa tenang.

"Gitu gimana? Kamu pecat dia?" tanyanya lagi.

"Ya enggak. Aku cuma kasih surat peringatan. Habis itu aku suruh dia enggak kerja."

"Loh, terus kerjaan kamu yang bantuin siapa?"

"Kerjaan lagi enggak terlalu banyak, Res. Aku bisa handle sendiri cuma kalau enggak mampu aku tetep minta bantuan karyawan lain. Untungnya masih bisa ada yang diandalin."

"Yaudah kalau kamu kewalahan dia suruh masuk aja. Dengan janji enggak ngelakuin kayak gitu lagi. Udah berapa hari kamu suruh dia enggak kerja?"

"Ya sejak saat itu. Tapi, yaudahlah. Aku males kalau Inget dia itu jadi kesel," ucap Saga.

"Sabar, baru juga kamu minta maaf udah mau kesel lagi?" tanya Reres.

Saga hanya terkekeh. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau istrinya mendiamkannya lagi. "Aku cuma enggak tega pas lihat darahnya, Res."

"Ya sama, aku juga. Kamu pikir kamu aja. Tapi, aku tetep berusaha tenang, enggak asal kayak kamu. Anak kita juga kan salah," ucap Reres lagi.

Kadangkala memang Reres lah yang dewasa dibandingkan Saga yang masih sering mengambek. Tapi, Reres selalu sabar kalau dia terlalu kesal, pasti ya seperti ini akan mendiamkan suaminya.

"Iya, aku tahu aku salah. Aku minta maaf." Saga mengerti ia sudah turunkan ego dan gengsi demi kebaikan keluarga kecilnya

"Yaudah ah enggak usah minta maaf terus. Yaudah ayo kita tidur aja," ucap Reres. Dia pun sudah mengantuk sehingga mengajak Saga lebih baik untuk tidur. Saga pun mengangguk menyetujuinya.

Cinta 100 Kg Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang