Lelaki bersurai hitam dengan mata sipit berjalan sangat cepat. Ia terlihat terburu buru karena harus menghadiri meeting.
Langkah panjangnya mengantar ia kedalam lift menuju ruang meeting, ia menggunakan setelan jas berwarna hitam dengan white suit yang terlihat begitu rapih.Kim Jiwon, ia merupakan CEO di perusahaan terbesar yang didirikan oleh ayahnya, dulu ia sempat menolak permintaan sang ayah karena menurutnya menjadi CEO adalah pekerjaan yang sangat berat. Jangankan bertanggung jawab memegang perusahaan, menggunakan pakaian rapih seperti sekarang saja ia terpaksa karena sang ayah dan jika saja client yang akan meeting bersamanya bukan orang yang sangat ingin ayahnya ajak kerjasama, pasti ia tak harus berlaku formal seperti ini.
Lelaki yang satu ini memang bernama asli Jiwon, Kim Jiwon. Namun temannya, banyak yang memanggilnya Bobby.
Setelah sampai, ia langsung masuk ke ruang meeting, semua yang sedang menunggu Bobby berdiri dan membungkuk padanya lalu semua duduk kembali. Ia mempersiapkan semuanya untuk dipresentasikan. Kemudian Bobby berjalan ke depan, mempresentasikan segala sesuatu tentang perusahaan, tawaran kerjasama dan tentang keuntungan kerjasama antar perusahaan dengan client ayahnya.
"Bagaimana, apakah anda bersedia bekerjasama dengan perusahaan ini?" tanya Bobby.
"Begini, saya mendengar bahwa saham di perusahaan anda sedang menurun?"
"Ya, saham memang sedang menurun. Dan-"
"Saya menolak bekerjasama."
Belum sempat menyelesaikan ucapannya Bobby terkejut mendengar client sang ayah menolak penawarannya.
"Maksudnya anda menolak penawaran saya?"
"Saya juga mendengar jika salah satu karyawan disini membocorkan tentang strategi perusahaan ini kepada perusahaan saingan?"
"Bagaiamana bisa saya bekerjasama dengan perusahaan yang sudah bocor strategi. Hal itu hanya akan menguntungkan para pesaing diluar sana." lanjutnya.
Setelah itu client tersebut membungkuk pada Bobby dan berjalan keluar ruangan.
Bobby membatu ditempat, ia mengeraskan rahangnya mendengar bisikan bisikan karyawan lain yang ada didalam ruangan. Dan tanpa sepatah katapun ia pergi meninggalkan ruangan, untuk menemui sang ayah.
Ia berjalan sangat cepat, tak memperdulikan sapaan karyawan sekitar. Sekarang Bobby hanya ingin segera bertemu ayahnya, sudah itu saja.Sesampainya diruangan sang ayah, tanpa mengetuk pintu ia langsung masuk.
"Pah, client menolak kerjasama dengan kita." ucapnya.
Sedangkan sang ayah membelalakan matanya terkejut.
"Kenapa? Apa presentasi kamu tadi kurang?" tanya ayahnya yang langsung mendapat gelengan oleh anaknya.
"Client papah gak mau kerjasama karena saham perusahaan ini menurun drastis, dan karena masalah bocornya strategi perusahaan ke perusahaan saingan." sambil mendudukan dirinya pada sofa ruangan.
Ayahnya menghela nafas. Karena masalah yang dibuat oleh karyawannya, client sampai tak mau bekerjasama. Jika dibiarkan seperti itu maka perusahaan ini akan bangkrut nantinya, karena saham akan terus menurun setiap harinya.
"Jiwon, kamu urus masalah ini. Papah percayakan semuanya sama kamu."
Sedangkan Bobby menatap sang ayah dengan tatapan bingung, dan membuat ekspresi menolak seakan berkata. "No, pah. Please."
Ayahnya berdiri menghampiri Bobby, menepuk bahu putranya seraya berkata. "Can you make me proud, son?"
Bobby pasrah. Ia tak bisa menolak sang ayah jika sudah seperti ini, ia hanya ingin membanggakan sang ayah sekarang.
Ia keluar dari ruangan sang ayah, berjalan sembari memikirkan cara menyelesaikan masalah yang ayahnya percayakan padanya.
Kemudian ia duduk, berkutat dengan laptop dan dokumen yang datang terus menerus tak ada habisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity; Bobsoo [Completed]
FanfictionHanya karena kebetulan yang menyenangkan, sebuah perjuangan dan sebuah perasaan akhirnya mendapat pengakuan. Start : [01.04.2019] End : [16.10.2019]