"Benarkah?! Kapan dia akan datang?" dengan penuh semangat eden meneriaki telinga adik semata wayangnya sampai membuat Aciel mati dalam games yang sedang ia mainkan di ponsel pintarnya.
"Ya ampun! Eden! Lihat, kau harus tanggung jawab! Akkhhh! Padahal aku sudah hampir mendekati kerajaan lawan, sia-sia aku melewati makan siangku sekarang!" dengan kesal Aciel membanting headset yang sejak tadi bertengger di kepalanya. Dia tidak membantingnya ke tempat keras. Dia hanya membanting headset itu pelan ke atas sofa, tempat Eden loncat dari baringannya karena terkejut dengan berita yang dibawakan oleh adiknya.
"Memangnya kau tidak diberitahu Kak Seyn? Padahal kau selalu menempel di sekitarnya sejak dulu" Aciel memutar kursinya untuk menghadap ke Eden. Dilihatnya kerlap-kerlip di mata Eden. Dia tidak tahu kalau kakak satu-satunya itu sangat menyukai orang yang akan datang nanti.
"Kapan kalian akan bertemu? Aku akan segera siap-siap dan ikut bersamamu!" Tanpa peduli sekitar Eden segera lompat dari sofa ruang keluarganya dan menuju kamarnya di lantai dua. Aciel yang melihatnya hanya bisa menahan amarahnya karena Eden hampir saja menginjak headset termahal yang pernah ia beli.
"Hei! Ini pertemuan antar lelaki! Kau tidak bisa ikut!" Aciel kembali berteriak. Tapi dia lupa bahwa kakaknya adalah tipe orang yang tidak peduli dengan sekitarnya. Jika dia ingin suatu hal, maka ia harus dapatkan hal itu.
"Aku hanya ingin bertemu dengan dia! Aku tidak akan ikut pertemuan aneh kalian! Tenang saja!!" balas Eden dari kamarnya.
"Ahh... terserahlah! jangan berdandan terlalu menor gadis tua!" Aciel kembali berhadapan dengan komputernya, "aku akan meninggalkanmu kalau kau terlalu lama berdandan!"
"Aku tahu adikku sayang!" balas Eden berteriak dengan nada yang kesal.
Eden masih berkutat dengan lemari pakaiannya. Sejak tadi ia berpikir, "apa tidak ada pakaian yang bagus?!" kira-kira sudah empat sampai tujuh pakaian dia keluarkan dari lemarinya. Tidak dari satu pakaian tersebut yang cocok dengan keinginannya. Dia benar-benar tidak punya ide harus menggunakan pakaian apa.
Biasanya dia akan menggunakan rok tigaperempat dan kaos berlengan panjang satu warna. Tapi kali ini dia akan bertemu dengan orang special. Tidak mungkin dia hanya menggunakan pakaian yang biasa dia pakai. Sesekali dia harus menggunakan pakaian special untuk orang special. Terutama di pertemuan awalnya setelah sekian lama.
"Ayo Eden! Gunakan otak fashionablemu itu untuk berpikir!" sekelebat bayangan segera muncul begitu Eden menutup matanya. Eden ingat bahwa orang spesialnya suka menggunakan fashion yang simple, namun tetap formal. Dengan segera ia memutuskan pakaian yang akan ia pakai. Dia tidak punya banyak waktu untuk pakaian, karena dia ingin terlihat cantik dengan polesan makeup yang baru dia pelajari beberapa waktu lalu.
Tapi begitu Eden selesai mandi dan duduk di meja riasnya, dia hanya bisa diam menatapi wajahnya.
"Ya ampun! Sejak kapan jerawat ini muncul!? Akhh! Kenapa kau muncul di waktu yang tidak tepat?!" marah Eden pada sebuah benjolan merah yang tiba-tiba muncul di dagunya. Ingin sekali Eden memecahkannya saat itu juga. Tapi Eden tidak mau jerawat itu berbekas di kulit mulusnya. Dengan amat sangat frustrasi Eden akhirnya memutuskan untuk tidak memecahkan jerawat pengganggu itu.
"Hei Nona Eden! Aku akan berangkat sebelum jam empat! Kalau kau belum turun juga aku akan segera pergi!" Aciel meneriakinya. Dalam hati Eden langsung bertanya-tanya bagaimana ia bisa siap-siap secepat itu?!
"Tunggu sebentar! Sedikit lagi aku siap!" Untuk terakhir kalinya Eden melenggak-lenggokkan tubuhnya di depan cermin panjang. Memastikan penampilannya sangat baik untuk pertemuan spesialnya.
YOU ARE READING
This Triangle
Teen FictionMereka terbiasa bertiga. Orang tua mereka pun bersahabat. Hingga benih-benih cinta diantara mereka muncul. Membuat mereka harus memutuskan siapa yang harus pergi dan siapa yang akan bertahan. Ini semua kisah hidup Eden dan dua teman kecilnya yang s...