#7

59 6 0
                                    

Semenjak kejadian di Kobe, aku terus menghindar dari Yoongi. Meskipun sulit karena pekerjaanku masih berhubungan dengan dia, aku berusaha sebisa mungkin menghindari percakapan pribadi di luar pekerjaan. Aku hanya berbicara dengannya jika itu menyangkut pekerjaan dan pergi sebelum dia memulai pembicaraan lain. Aku bahkan memohon ke PD-nim untuk tidak ikut dalam tournya ke Negara lain dengan berbagai alasan. Aku tidak pernah semarah dan merasa setersinggung ini sebelumnya. Aku bukan tipe orang yang memedulikan opini orang lain terhadapku, aku juga biasanya tidak akan repot-repot menjelaskan atau membenarkan opini mereka tentangku jika itu tidak benar. Namun kali ini berbeda, ku peduli tentang opini dia terhadapku dan ketika itu yang dia pikirkan, hal itu sangat melukaiku.

Musim panas akan segera berahir, aku mulai sibuk mengurus surat-surat magangku di RS Universitas Seoul. Untunglah dengan bantuan Chin Hae dan Min Jee aku bisa menyelesaikan keperluan magangku tepat waktu. Aku berjalan santai menikmati sinar matahari yang tidak terlalu terik namun sejuk sambil sesekali menghirup udara, mengatur pernapasan dan menenangkan pikiranku. Aku perlu sering-sering melakukan ini karena steres yang aku alami belakangan ini.

"Hana-ssi" panggil suara yang terdengar familiar.

Aku menoleh ke asal suara itu, Nam Joon berlari menghampiriku, dia mengenakan jas dokter semakin membuat dia terlihat tampan dan berkarisma. "Sedang apa kamu di sini?" tanyanya ketika berada di depanku.

"Aku baru saja melengkapi surat-surat untuk magang. Kamu bekerja di sini sekarang?" tanyaku ketika melihat nama yang tertera di jas dokter tersebut, dia mengangguk.

"Ada waktu?" tanyanya, aku hanya mengangguk.

Kami duduk di sebuah café dekat RS, aku memesan es Americano dan dia Cramel Maciatto. "Hebat sekali kamu bisa bekerja di sini" ucapku sambil meminum Americanoku.

"Ah tidak juga. Ini hanya sembari menunggu pendaftaran untuk spesialis" jawabnya yang juga meminum minumannya.

"Kamu akan segera mengambil spesialis? Wah keren" ucapku kagum, dia tersipu malu dan menyunggingkan senyum, membuat lesung pipinya yang indah itu menggodaku.

"Aku ingin mengambil spesialis di luar negri" ucapnya.

"Wah. Itu sangat keren" aku selalu saja di buat kagum olehnya. Menurutku apapun yang dia ucapkan sangat berkarisma dan terlihat menajubkan. "Aku juga ingin mengambil profesiku ketika aku lulus nanti".

"Itu bagus. Kamu tau di jaman sekarang Psikolog lebih dibutuhkan dibandingkan dengan dokter" aku tertawa mendengar ucapannya.

"Kamu berencana mengambil spesialis apa?" 

"Jantung" ucapnya, wajahnya kini tampak serius. "Hidup seseorang terletak pada berdetak tidaknya jantung. Jadi menurutku jika aku bisa menyelamatkan dan menyembuhkan banyak jantung, maka aku bisa menyelamatkan banyak orang" lanjutnya, aku tersenyum. Begitu dalam dia memaknai hidup ini. "Ayo kita pergi bersama" ucapnya, kini wajahnya kembali ceria dengan lesung pipi indahnya.

"Wah aku harus menabung mati-matian untuk bisa kuliah di luar negri" godaku sambil tertawa.

"Ada beasiswa, kamu bisa mencobanya"

"Aku pikir aku tidak sepintar itu"

"Coba saja, aku akan membantumu"

Berkat Nam Joon aku bisa melupakan kekesalan dan kesedihanku, aku banyak tertawa ketika berbicara dengannya. Wawasan dan pengetahuannya yang luas membuatku menjadi banyak tau hal yang baru.

***

Hari ini harusnya mereka libur dari kegiatan rutin mereka. Tapi Yoongi mengirim pesan untuk aku tetap datang hari ini. Dia selalu saja menganggu liburanku yang sangat jarang aku dapatkan. Dorm terasa hening ketika aku masuk, mungkin karena member yang lain sedang pulang ke rumah masing-masing.
"Kenapa dia tidak pulang juga sih, aku masih tidak ingin bertemu dengannya" gerutuku. Lebih tepatnya aku masih kesal dengan apa yang dia katakan terahir kali. Tidak biasanya juga aku menyimpan kekesalan dalam waktu yang lama.

My Star : Min Yoon Gi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang