(Attention ; semua adegan yang terdapat dalam cerita ini tidak untuk ditiru. Semuanya hanya khayalan belaka)
◻️◻️◻️
Ajarin move on dong!◻️◻️◻️
"Cepetan anjing! Gue udah nunggu lama!"
"Ok." jawab seseorang di seberang sana.
Mayra menggeram kesal, kelakuan sahabatnya itu benar-benar selalu membuatnya naik pitam. Ia sudah terbiasa dengan itu, tapi tetap saja ia kadang geram dengan tingkah laku sahabatnya itu. "Untung lo sahabat gue, kalau nggak gue cincang lo!"
Tut tut
Panggilan dimatikan secara sepihak. Mayra menggebrak meja dengan kesal.
"Gue cincang beneran lu Cha pake katana, baru tau rasa!"
Pengunjung yang rata-rata anak muda, bergidik ngeri mendengar ucapan Mayra yang cukup keras.
Cantik tapi galak!
Kasar lagi!
Mayra mendelik tajam ke arah orang-orang yang memperhatikannya. Ia tak peduli dengan citranya di depan orang banyak—tak perlu jaim-jaim lah, dosa. Jaim, jaga image—berlalu menjaga sikap kita agar terlihat baik di depan orang lain—yang berarti membohongi orang lain. Bohong itu dosa 'kan, iya nggak?
Mayra kembali menyesap cappucino miliknya. Setidaknya dengan menyesap minuman kesukaannya ini dapat meredam kejengkelannya.
Kenapa lama sekali anak itu?
Tak lama kemudian yang ditunggu datang dengan wajah datarnya. Mayra yang tadinya akan teriak-teriak tidak jelas—kembali mengatupkan rahangnya yang sudah menganga lebar—saat Annisa duduk sambil berucap.
"Gue yang bayar."
Kalau urusan uang Mayra yang terdepan—ya, terdepan kalau ada yang traktir gitu. Mayra sendiri tak malu mengakui kalau dirinya memang mata duitan, tapi itu semua ada alasannya—ia pernah bilang ....
"Gue mata duitan bukan gue gak punya duit, tapi gue gak mau pakek duit dari orang yang gue benci. Gue gak mau duit yang gue pake—jadi bikin alasan mereka minta balas budi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Bad
General Fiction"Yang kalian lakukan salah." Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan. Started: 14 March update/seminggu dua sekali