Aku terus memandangi bimbab dan sekotak Ramyon instan bergantian, kembali menghitung uang receh yang ada ditanganku. Aku harus memilih dianta keduanya, padahal perutku terasa sangat lapar. Sejak kemarin siang aku belum memakan apapun selain air dari botol yang terus aku isi ualang secara gratis di pengisian air. Aku menghembuskan nafas berat menaruh kembali bimbab ditempatnya, beranjak untuk membayar ramyun.
Aku duduk menikmati sekotak Ramyun istan sambil melihat orang yang berlalu lalang dari kaca mini market, tidak terasa ramyon itu sudah hampir habis tapi perut ini masih terasa lapar. Aku merunduk lemas saat seseorang menyodorkan bimbab kearahku. Aku menoleh, seorang gadis menggunakan rompi dari mini market ini duduk disampingku sambil memakan bimbab yang dia sodorkan kearahku. Rambutnya diikat menjadi satu, pipinya yang penuh dengan bimbab dimulutnya membuatnya nampak cantik sekaligus imut.
"Wae?" tanya gadis itu membuyarkan lamunanku. "Jangan salah paham, aku hanya ingin membagi ini. Aku tidak akan habis memakannya sendiri" lanjut gadis itu kembali mengambil potongan bimbab yang lain dan memasukan kedalam mulutnya yang kecil sekaligus, membuat mulutnya kini kembali penuh.
Aku masih terdiam "Aku sering melihatmu memakan makanan yang sama di sini hampir setiap hari, itu sangat tidak sehat untuk anak sekolah seperti kita" ucapnya kini meminum air mineralnya. "Waktu makan siangku sudah habis. Makanlah dan jangan berpikiran yang bukan-bukan" lanjut gadis itu sebelum kembali kemeja kasir dan melayani beberapa pembeli.
Aku tersenyum melihat beberapa potong Bimbab yang ada dihadapanku, melahapnya tanpa ragu. Entah sejak kapan rasa bimbab menjadi seenak ini.
Setelah hari itu aku jadi sering datang ke mini market itu, jaraknya memang searah dengan rumahku. Terkadang aku hanya lewat untuk melihat dari jauh gadis mini market itu ketika aku tidak memiliki uang untuk membeli apapun di mini market itu.
Semakin hari aku aku semakin tertarik dengan kepribadian gadis itu, dia sering membantu orang-orang disekitarnya tanpa memandang tua atau muda. Terkadang dia harus sampai tertidur dimeja mini market karena mengerjakan tugas sekolahnya.
Meski aku tertarik dengan gadis itu, aku masih belum memiliki keberanian untuk bicara langsung atau menanyakan siapa namanya. Aku hanya seorang pengecut yang bisa melihatnya dari jauh, mengamatinya secara diam-diam.
***
Hari ini aku kembali lagi ke mini market itu untuk makan malam setelah pulang dari studio musik. Aku terpaksa harus berjalan beberapa kilo untuk menghemat uang agar bisa membelikannya Bimbab. Waktuku tepat dengan waktu istirahatnya "Ini" ucapku sambil menyodorkan Bimbab padanya ketika dia akan mengambil bimbanya di rak makanan.
"Ah kamu datang lagi hari ini" balasnya dengan wajah yang ceria. Sejujurnya keceriaannya ini terkadang menjadi penyemangat untuk hariku yang melelahkan.
"Ini. Aku tidak ingin berhutang" ulangku masih menyodorkan Bimbab kearahnya.
Dia tertawa membuatku tersipu malu "Baiklah, kita makan bersama saja" balasnya yang langsung beranjak kearah meja dekat pintu masuk, aku hanya mengekor di belakangnya.
Dia membuka bungkusan Bimbab dan melahap penuh sepotong besar. "Makanlah" ucapnya menyodorkan Bimbab yang lain kearahku. "Ah kamu juga seorang siswa" lanjutnya dengan mulut yang penuh.
"Hem"
"Kelas berapa?"
"12"
"Wah ternyata kamu lebih tua dariku. aku masih kelas 10"
"YA! Kim Hana, urus barang-barang yang baru saja datang di gudang" teriak pemilik mini market dari balik meja kasir.
"Nde" balas gadis itu sopan. "Aku harus pergi, terima kasih traktirannya hari ini" ucap gadis itu sebelum pergi meninggalkanku.
Aku melihat sebuah gelang diatas meja ketika akan mengambil Bimbab untuk dimakan. Ah sepertinya milik gadis itu, batinku. Aku mengambil gelang itu, menyimpannya dan akan mengembalikannya nanti ketika waktunya tepat. Sekaligus akan aku ajak berkenalan secara resmi. Aku tersenyum sendiri memikirkan rencanaku didalam otak.
***
Selama beberpa hari aku tidak sempat untuk mampir lagi kemini market itu. Pekerjaan paruh waktuku dan kegiatanku di studio musik menyita banyak waktu dan tenagaku. Ahir-ahir ini aku mengambil cukup banyak pekerjaan paruh waktu, selain untuk membantu kedua orang tuaku membayar sewa rumah, aku juga ingin mempunyai uang lebih untuk bisa mengajak gadis itu kesuatu tempat agar bisa aku kembalikan gelangnya.
Gelang itu menjadi penyemangatku ketika aku benar-benar merasa lelah dengan pekerjaanku. Bahkan gelang itu juga banyak memberiku inspirasi dalam menciptakan lagu. Aku ingin menjadi seorang produser nantinya, karena itu hampir setiap hari aku rela pergi ke studio musik yang jaraknya cukup jauh dari rumahku.
Dan setelah dua mingguku yang cukup sibuk, hari ini aku memberanikan diri untuk pergi ke mini market itu lagi saat pulang dari studio. Hampir sepanjang jalan aku terus menyunggingkan senyum, suatu hal yang jarang sekari terjadi padaku. Langkahku menjadi ringan menuju mini market itu. Namun tidak tampak gadis itu. Mungkin dia bertugas pagi atau dia sedang ijin? batinku.
Hampir dua jam aku menunggu diseberang mini market tersebut, namun tidak juga terlihat gadis itu. Dengan sedih aku memutuskan untuk pulang dan kembali lagi besok.
Keesokan harinya aku kembali ke mini market itu lebih pagi, namun gadis itu tetap saja tidak tampak lagi di sana. Begitu juga dengan hari-hari berikutnya. Hingga ahirnya aku memutuskan untuk bertanya kepada petugas kasir di sana "Permisi, apakah gadis penjaga mini market yang sebelumnya di sini sedang ijin?" tanyaku kepada laki-laki yang masih cukup muda, mungkin dia seorang mahasiswa.
Sesaat dia berpikir mencerna ucapanku "Ah maksudmu Kim Hana? Dia sudah tidak bekerja di sini lagi" jawab laki-laki itu, membuatku sangat kecewa.
"Apa anda tau dimana tempat tinggalnya atau sekolahnya?" tanyaku masih belum menyerah.
"Aku tidak tau pasti, yang aku dengar dia pindah dari kota ini. Mungkin juga pindah sekolah, makanya dia berhenti" aku hanya membungkuk mengucapkan terima kasih sebelum keluar dari mini market itu.
Kini aku benar-benar kecewa, aku mengambil gelang itu dan dua lembar tiket untuk pertunjukan musik indie dari saku jaketku. Memandangnya dengan kecewa, mengutuk diriku sendiri karena terlalu lama untuk mendapatkan keberanian. Aku menghembuskan nafas berat, kembali memasukannya kekantong jaketku.
Padahal aku ingin mengajaknya untuk menonton pertunjukan konser band indie yang salah satu bintang tamunya akan membawakan lagu ciptaanku di sana. Aku berjalan kembali kerumah dengan langkah yang berat dan hati yang kecewa.***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_tbc_
KAMU SEDANG MEMBACA
My Star : Min Yoon Gi ✔
Romance(Finish) Aku pikir, jika aku tidak begitu mengenalnya semua akan aman. Kita hanya perlu menjadi profesional. Namun pesona seorang Min Yoon Gi sama sekali tidak bisa di hindari. Aku rasa aku mulai terjebak di dalamnya.