Bagian 15

22 4 1
                                    

Cahaya yang masuk dari tirai jendelanya membuat Kania mengerjapkan matanya. Rasanya baru saja ia memejamkan mata 4 jam saat pulang dari rumah Jessy. Kania duduk dan mencoba merenggangkan otot-ototnya, senyum simpul menguasai bibirnya. Ingatan melayang ketika ia bertemu dengan Papanya.

Papanya meminta Kania untuk kembali ke rumah, tetapi Kania menolaknya. Kania akan tetap berada di luar rumah itu. Kania merasa tanpa kehadiran dirinya keluarga itu terlihat sangat bahagia. Ia menyayangi keluarganya, kebahagiaan keluarganya adalah kebahagiaannya juga.

"baiklah kalau begitu kamu boleh tinggal sendiri, tapi kamu harus tinggal di rumah kecil kita yang dulu. Bagaimana?" ucap papanya ketika Kania menyatakan penolakan untuk kembali kerumah.

"tapi kenapa, Pah? Kania bahagia kok tinggal sama mereka" ucap Kania.

"sayang, papa mengerti. Tapi apakah kamu akan terus menerus menetap disana?" ucap Krisna kembali.

Kania masih terus berpikir. Bagaimana jika ia terus merepotkan keluarga itu. Kania sadar tidak bisa ia terus menerus berada disana, mereka juga butuh waktu keluarga tanpa hadirnya orang lain walaupun mereka baik padanya.

"tapi pah, Kania bolehkan tetep kerja disana?" ucap Kania

"enggak syg, kamu harus fokus sama sekolah kamu. Pertasi kamu bagus akhir ini. Papa masih sanggup membiayai kehidupan kamu sayang" bujuk Krisna

" tapi pa, Kania bisa lupain semua masalah Kania kalau ada di sana" Krisna kembali menimbang, dan bernafas pasrah.

"ya sudah, tapi kamu jaga diri ya. Papa bakl selalu jengukin kamu kesana. Papa bangga sama kamu" ucap Krisna kemudian memeluk putrinya.

&

Kania bergegas menuju tempatnya bekerja. Dan tepat ketika ia sampai di depan restaurant Jessy baru saja turun dari taxi.

"ya tuhan ibu negara rajin banget kerjanya" ucap Jessy dengan jailnya. Kania terkekeh melihat sahabatnya yang selalu membuatnya tersenyum ini.

" udah makan?" Kania menggeleng, Jessy memutar bola matanya kemudian menarik Kania untuk masuk kedalam. Kania dan Jessy menyapa Ayah dan Ibu Jessy di depan, kemudian mereka masuk kedalam dapur dan dan menyantap apa yang bisa di makan keduanya.

" permisi Chef , apakah ada yang bisa kami makan pagi ini?" ucap Jessy dengan senyum manisnya. Chef itu hanya tersenyum manis dan mengangguk.

" tentu nona-nona duduklah di meja belakang dan sarapan kalian akan segera datang"

keduanya tersenyum dan mengucapan terimakasih pada chef pintar itu kemudian berjalan menuju belakang restaurant sebuah tempat yang memang di buat Jessy untuk menghilangkan rasa bosannya. Hamparan danau buatan dan juga hijau yang begitu asri membuat keduanya menghirup napas panjang.

"arggh... Seger banget ya, Kan?" tanya Kania ketika mereka sudah duduk bersandar menghadap ke arah hijau membentang itu. Kania mengangguk dan mencoba menyelami kesejukan itu. Kania melepaskan kaca matanya.

" Jess.. Lo gak kangen sama Sandy?" tanya Kania tiba-tiba membuat Jessy terkekeh geli.

" Pacar mana yang gak kangen sama pacarnya, Kania. Tapi gimana lagi, seandainya dia di sini juga gak mungkin kita gak ketemu. Dia pulang kampung ke Surabaya, ya gue cuma bisa ngelepas kangen lewat vidio call atau chat." ucap Jessy, Kania masih terus menatap hamparan hijau itu tanpa ia sadari pikirannya melayang ke sebuah sosok yang ia buat kecewa sebelum liburan tiba.

KACAMATA [slow.update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang