Hari ini jam pertama di sekolah adalah pelajaran olahraga. Aku tidak suka olahraga, kalau menurut orang lain olahraga itu menyehatkan tapi kalau bagiku malah sebaliknya, hanya membuat badanku sakit-sakit dan pegal
"aduh aku lupa bawa baju olahraga nih, duhh gimana yaa" kataku dengan panik
"kenapa mi? kok kayak cemas gitu? tanya Nada
"ini nad bajuku ketinggalan jadi nggak tau mau olahraga pakai apa, aku takut dihukum" jawabku dengan nada sedih
"Biasanya sih kalau nggak bawa baju palingan disuruh ke kelas doang, nggak bakal dihukum cuma nggak boleh ikut pelajaran aja" jawabnya
Akhirnya aku dan ditemani oleh teman-temanku pergi menghampiri pak Surya untuk mengabarkan bajuku yang ketinggalan.
"permisi pak, baju olahraganya Arumi ketinggalan pak, jadi gimana pak?" tanya Inei
"oh ya sudah, nggak bisa ikut pelajaran, tunggu di kelas saja nanti saya bikin kamu absen aja disini" katanya dengan tegas
Karena aku malas sendirian di dalam kelas jadi aku memilih duduk di bangku di depan kelasku. Aku tiba-tiba teringat homeschooling dulu, semuanya memang berbeda disini aku tidak bisa berbuat semauku karena sudah banyak peraturan yang mengikat tapi aku suka karena itu membuatku disiplin jadi minggu depan dan seterusnya aku nggak akan lupa membawa baju olahraga lagi. Tiba-tiba ada suara keras yang membuyarkan lamunanku...
"KELUAR KAU!!!" teriak seseorang dari lapangan parkir depan
"ngapa? cari masalah?" sahut orang dari dalam mobil
"dimana mata kau? bisa kau nyetir pakai mata sama otak? nggak nampak sama kau mobil aku sebesar ini main kau tabrak aja!"
"trus kau mau apa? siapa suruh parkir di belakang mobil aku"
"oohh mencari mati anak ni" sambil menarik kancing baju cowok satunya
Karena penasaran aku coba liat lebih dekat ke arah parkiran itu dan ternyata yang kelahi itu Fandi! Tiba-tiba 3 orang teman cowok yang lawannya Fandi tadi keluar dari dalam mobil, mereka seperti mau mengeroyok Fandi ditengah parkiran tapi seketika ada orang yang keluar dari mobil Fandi dan itu Akbar.
"mau main keroyok kalian? oke! kalian bertiga sini lawan aku!" teriak Akbar sambil menunjuk 3 orang itu
Akhirnya perkelahian pun terjadi. Aku ketakutan, aku nggak tau harus berbuat apa dan kesalnya nggak ada satupun yang ngeliat kejadian ini selain aku! Aku benar-benar takut kalau akan terjadi apa-apa dengan Fandi dan Akbar.
"udah tu bang*ad" kalimat kasar yang keluar dari mulut cowok tadi sambil mendorong bahu Fandi sampai membuat dia terjatuh
ketika cowok tadi bilang udah, semua teman-temannya juga berhenti kelahi.
"kau ganti tu mobil aku yang lecet! Awas kau" ancam Fandi sambil mencoba berdiri
"iya anj*ng nanti ku ganti"
Akhirnya si cowok tadi dan teman-temannya pergi meninggalkan parkiran itu, Fandi dan Akbar juga beranjak dari sana dan jalan menuju ke kelas. Dengan spontan aku langsung menghampiri mereka.
"ya ampun, kalian kenapa bisa kayak tadi sih?" tanyaku dengan panik
"panjang Mi kalau diceritain, lagi capek nih, mau ngadem dulu dikelas" jawab Akbar sambil memegang pipinya yang babak belur
"aduh kamu sampai berdarah gitu. Ini bersihin lukanya" kataku sambil memberikan tisu
"yah kirain mau bersihin" kata Fandi
"nggak ah, kamu bisa kok sendiri" kataku yang mendadak salting ditatap oleh Fandi
"alah kecewa nih" guraunya
Aku bukannya nggak mau bantuin mereka, aku cuma nggak terbiasa berdekatan dengan cowok apalagi memegang wajahnya, aku nggak nyaman. Setelah beberapa menit mereka istirahat di kelas baru mereka mulai bicara dan malah langsung tertawa
"hahaha sumpah tadi seru ngehantam kepala si brengsek itu" kata Akbar
"Kalau aku sih tadi kurang menikmati, perlawanannya lemah hahahahaha"
Dan mereka sibuk menertawai kejadian tadi tanpa menyadari luka di wajah masing-masing.
"ehem permisi, ada yang mau ceritain kejadian tadi nggak?" tanyaku memotong percakapan mereka berdua
"oh jadi gini, tadi tu aku parkir paling belakang jadi waktu dia datang dia main mundur aja terus padahal udah ku klakson tapi tetap mundur sampai nabrak bagian depan mobil aku, aku tau dia memang sengaja" jelas Fandi
"kok dia sengaja sih? Jahat banget! tapi kan harusnya mobil dia juga rusak bagian belakangnya, bukannya dia malah rugi?" tanyaku heran
"yah dia mah emang gitu orangnya. suka ngancurin barang orang, dia merasa kaya jadi ngancurin barang itu nggak berarti apa-apa" jawab Akbar
Jadi dari cerita mereka aku bisa ngerti kalau cowok-cowok tadi itu musuh lamanya Akbar dan Fandi makanya mereka bisa langsung berantem karena banyak hal walaupun hal yang sepele.
"oiya makasih ya Fandi kemarin udah antarin aku"
"iyaa Mi aku seneng kok bantuin kamu, tapi sekarang kamu udah baik-baik aja kan? sorry kemarin aku langsung pamit" jawab Fandi sambil tersenyum seperti biasanya
"eh tapi bukannya kemarin kata kau..." kalimat Akbar terpotong karena seperti ditatap tajam oleh Fandi seolah menyuruhnya diam
Tiba-tiba raut wajah Akbar dan Fandi berubah mencekam yang membuat aku heran dengan sikap mereka yang seakan-akan ada sesuatu penting.
"kenapa sih? tadi mau bilang apa?" desakku
"ah itu nggak ada kok nggak penting" jawab Fandi
Melihat reaksi mereka berdua aku semakin yakin kalau ada yang mereka sembunyikan, tapi mau sekeras apapun aku memaksa mereka tetap saja menghindar dan membuatnya sebagai bahan lelucon. Aku yakin ada yang sengaja ditutup-tutupi dariku.
"kalau ada guru yang tau tentang tadi gimana? kalian bisa dihukum tau karena kelahi di sekolah" tanyaku mengalihkan pembicaraan
"nggak ada yang liat kok tadi, kami kan ketutup mobil" kata Akbar menenangkanku
"kamu jangan kasih tau siapapun ya Mi, reputasiku sebagai orang paling pintar dan dikagumi disekolah bisa rusak nih" kata Fandi
"eh kalau reputasiku?" kata Akbar
"alah kamu kan reputasinya vokalis itu standar jadi ya nggak papa lah" gurau Fandi
Akbar hanya ketawa mendengar Fandi berkata begitu. Mereka sudah biasa saling mengejek dan menertawai satu sama lain, persahabatan mereka memang patut dikagumi apalagi saling membela kayak yang parkiran tadi, tapi aku masih belum mengerti tentang perkelahian tadi. Semua cowok itu emang aneh. Aku nggak mengerti cara kerja pikiran cowok. Dipukulin malah senang, kelahi dibilang hiburan. Aneh bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi's Perfect Love
RomanceCinta itu indah, tetapi tak semua cinta berjalan mulus, tak semua hati tepat berlabuh, tak semua cerita berakhir bahagia. Cinta yang mudah hanya bagi mereka yang beruntung. Aku bukan salah satunya. Cinta dan bahagiaku punya banyak warna tapi perlaha...