"Maaf Shonya, tapi sepertinya saya tidak bisa melanjutkan ini." Kata Dan tak enak hati melihat Shonya yang kecewa."Dean kamu janji mau kasih aku kesempatan untuk merebut hati mu."
"Tapi saya sudah pernah bilang, itu akan mustahil. Karena hati saya cuma buat satu orang."
"Wanita tadi?" Ucap Shonya tak terima.
Dean menganggukan kepala nya dan mengucapkan maaf. Lalu meninggalkan Shonya begitu saja.
"Kejadian seperti dulu terulang lagi kan." Sesal Dean di dalam hati nya teringat Erin dulu pernah berada di posisi Shonya. Tapi Dean harus tegas, karena Shonya tidak akan bisa menggantikan Erin. Si wanita agresif tetapi tidak berprilaku murahan.
Dean mengikuti arah langkah Erin yang pergi meninggalkan nya tadi mencari keberadaan Erin dan keponakan cantik nya itu.
*****
Erin mengutuk dirinya, kenapa harus bertemu Dean dan pacar nya itu lagi. Mana ada Bunda Dean lagi di sana.
Erin berjalan dengan lesu dan satu tangan setia membimbing tangan mungil Naya.
Baru saja hendak membuka pintu ruangan tempat kakak nya di rawat dengan sebelah tangan membimbing tangan Naya. Erin di kejutkan dengan kedatangan Dean tiba-tiba. Dean terlihat ngos-ngosan seperti habis berlari.
"Kenapa?" Heran Erin menaikan satu alisnya.
Tapi bukannya menjawab Dean malah memeluk tubuh Erin secara tiba-tiba membuat tubuh Erin menegang.
"Mama." Ucap Naya membuat Dean melepaskan pelukannya dari Erin.
"Hi sayang siapa namamu?" Tanya Dean berjongkok mesejajarkan tubuhnya dengan Naya.
"Naya, om siapa kok peluk-peluk Mama Naya sih?"
"Om Dean. Teman nya Mama, panggil aja Papa ok." Perintah Dean membuat mata Erin melotot memperhatikan interaksi mereka.
"Papa?" Ucap Naya ragu. Dean tersenyum menganggukan kepalanya.
"Hore Naya punya Papa." Teriak Naya girang, Dean tersenyum mengacak rambut Naya dengan gemas.
Tanpa Dean sadari Erin sangat syok melihat dan mendengar itu semua.
"Apa-apaan ini?" Akhirnya Erin mengeluarkan suara.
Bukannya menjawab pertanyaan Erin. Dean malah mengangkat Naya kegendongan nya dan tanpa memperdulikan pertanyaan dan ekspresi Erin, Dean membawa Naya masuk ke dalam kamar rawat Bunda Naya yang tak lain adalah kakak nya Erin Rina.
Erin yang melihat tingkah Dean jadi melongo.
"Dia kesambet setan mana?" Ucap Erin pelan membuat Dean terkekeh yang sudah berada di dalam."Ini Bunda kamu?" Tanya Dean pada Naya yang masih di gendong nya.
"Iya, tapi Bunda gak pernah bangun-bangun Pa. Apa jangan-jangan Bunda lagi nunggu pangeran ya Pa baru bisa bangun, seperti cerita putri tidur yang sering Nenek cerita'in?" Ucap polos Naya membuat Dean dan Erin di sana tak tau harus tertawa ataupun bersedih saat itu.
"Bunda bukan nunggu pangeran, tapi menunggu Naya buat doa'in bunda agar cepat sembuh dan bisa bangun lagi melihat Naya." Jawab Dean, sedangkan Erin terdiam di depan pintu.
"Tapi Naya setiap hari doa'in Bunda kok." Jawab Naya lagi dengan polos.
"Berarti Bunda minta Naya berdoa lebih sering dari biasanya." Kata Dean di angguki Naya dengan patuh.
"Naya sini sama Mama." Ucap Erin mengambil alih Naya tapi Dean malah mempererat dekapannya pada Naya.
"Kenapa?" Tanya Dean datar.
"Ngapain anda di sini, siniin Naya." Ucap Erin terus berusaha mengambil Naya dari gendongan Dean.
"Mama kenapa? Naya kan cuma di gendong Papa." Ucap Naya yang bingung melihat tingkah Erin.
"Naya jangan panggil dia Papa. Dia bukan Papa kamu."
"Tapi Naya pengen punya Papa." Ucap Naya memeluk leher Dean dan itu membuat Erin mematung mendengarnya.
"Aku mau bawa Naya sebentar." Izin Dean.
"Kemana? Gak boleh." Jawab Erin cepat.
"Cuma ke kantin aja, pelit banget sih." Kata Dean meninggalkan Erin di ruangan itu begitu saja.
Erin yang di tinggalkan begitu saja jadi heran melihat perubahan yang di tunjukan Dean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Salah Perempuan Yang NGEJAR ???
Rastgele"Awas aja kalau dia udah Jatuh Cinta balik sama Gue, GUE BALAS." Erin. "Ya Tuhan kapan saya lepas dari makhluk yang satu itu."Dean