"Nama gue Arion Devan Adhitama, panggil aja Rion."
Mataku masih enggan menyelesaikan tatapan ku pada matanya, dan yang lebih parahnya aku sampai tidak memperhatikan saat perkenalan itu, dan siapa tadi namanya? Aku tidak tahu. Mungkin tatapan ku masih akan tak mau putus jika saja suara Mariana yang melengking itu tak mengintrupsi.
"Wahhhh.. HAI RION!!, kenalin gue Mariana!!! " ucap Mariana dengan semangat.
"Woyy biasa aja dong kenalannya gausah triak-triak juga, dasar sirine ambulan." Sungut Asep pada Mariana.
"Sudah-sudah anak-anak jangan ribut.
Kamu Rion bisa duduk disebalah Mario yang dibelakang itu,""Baik pak," ucap Rion.
"Eh tunggu tunggu pak, biar Rion sama saya aja pak," ucap Gara tiba-tiba.
"Woiii tai kuda, trus gue sama siapa? bego." Sembur Asep tak terima karena Gara mempersilahkan Rion untuk menduduki tempat miliknya.
"Bego teriak bego, ya lo sama Mario lah," sahut Tomi enteng.
"Nah itu Tomi pinter, lo emang peak Cep," jawab Gara.
"Enteng banget lo ngusir gue Gar, lo nggak inget kenangan apa aja yang udah kita laluin bersama?" Jawab Asep sambil memasang wajah dramatis.
"Najis lebay banget lo," sahut Mariana sambil tertawa.
"Woi diem lo speaker tahu bulat," sungut Asep.
"Butuh ruqyah nih anak, udah lah Cep tinggal pindah aja apa susahnya si?" Kini Gisel ikut berbicara.
"Ya gusti, Iceng jahat banget sih lo? Mentang-mentang ada yang bening lo buang gue gitu aja ya?"
"Iyalah, ngapain ngumpulin yang buluk-buluk," kontan satu kelas tertawa mendengar jawaban dari Gisel.
"Sudah-sudah, kalian ini masalah tempat duduk aja dibuat panjang, yasudah Rion kamu duduk dengan Gara dan Asep dengan Mario. Bapak tinggal dulu, sekian dari bapak," kemudian pak Safi meninggalkan Kelas.
"Yaudah kalo gitu, Kay kalo lo kangen gue, lo tinggal telpon gue aja ya kay, kita udah pisah dengan jarak yang teramat tinggi ini,"
"Lebay bego," ucap Mario, dan aku hanya menanggapi ucapan Asep dengan gelengan kepala sambil tertawa geli.
Dan lagi-lagi tanpa sengaja mataku menatap kembali mata Rion yang kini juga menatapku, aku dibuat membatu seketika karena tatapan itu, sungguh aku Rindu pada seseorang dengan sorot itu.
"Kay anterin gue ke toilet yuk," ucap Gisel. Dan lagi-lagi aku terselamatkan dari adegan tatap menatap itu.
"Iya ayo."
..........🍁...........
Saat perjalanan kembali ke kelas mengantar Gisel dari kamar mandi, Gisel tiba-tiba menanyakan sesuatu padaku, tentang yang sedari tadi aku menatap anak baru itu.
"Kay.."
"Apa?"
"Lo tadi kenapa ngeliatin si Rion mulu? Sumpah deh lo sampai nggak kedip tau gak? tumbenan sih?" Tanya Gisel padaku.
"Ha? Rion si anak baru itu?"
"Yaiyalah Kay siapa lagi?" Dari jawaban Gisel aku hanya bisa membatin, ternyata namanya Rion.
"Lo suka ya Kay sama dia? Hahaha bening sih emang dia, lumayan juga loh Kay," goda Gisel padaku.
"Apaan sih, mata dia mirip seseorang," jawabku jujur.
"Kak Nara?" Tebak Gisel.
"Hemmmm, gue rindu banget liat mata itu pas kebuka, rindu pas gue diliat sama mata itu, ya pokoknya rindu lah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ser Feliz
Teen FictionCerita ini mungkin sudah sering ditulis oleh banyak orang, dan mungkin terlihat sangan klise untuk diceritakan kembali. Tapi dicerita ini aku berusaha untuk menyampaikan apa yang terfikirkan dan menceritakan apa yang memang sudah aku rasakan. Apa in...