Chapter 12

12.9K 1.2K 71
                                    

Kulirik kembali dokter Dipta yang tersenyum kepada pegawai portal yang membukakan palang parkir.

Dokter dipta memang terkenal dengan sopan dan ramah kepada pasiennya-kecuali kepada bidannya, selalu menyunggingkan senyum kepada semua karyawan Rumah sakit-sekali lagi kecuali kepada bidannya.

Dipta akan tersenyum jika moodnya dalam batas ke-7 lapisan awan kepada kacungnya - mungkin bisa dihitung sebelah tangan terakhir kali dipta tersenyum tulus, dan akan marah-marah ketika moodnya selevel dengan inti bumi yang seringnya ngalahin sinetron kejar tayang.

Mood swingnya mengalahkan musim Pancaroba, pagi masih bisa senyum ramah siang bisa marah-marah, sore mengeluarkan segala Amarah.

"kamu ngapain?" tanyanya melihatku menutup kepala dengan snelli dipta, badanku aku pepetkan kekaca pintu mobil berharap menjadi invisible

Menurut ngana? Bisa heboh besok si Mang Ujang-penjaga parkir kalau melihat aku semobil sore-sore hujan-hujan gini ada di mobil dipta

"ini dok lagi cek sneli dokter takut ada yang kotor" kilahku

"sini jasnya" pintanya dingin
Aku menyerahkannya, dipta langsung melempar Snelli nya ke kursi belakang penumpang, tragis!

Sumpah gak enak banget semobil sama dokter dipta mending sama mamang tukang angkot, aku berdiri dipinggir jalan saja mang angkot udah senyum-senyum belum lagi kalau aku lambaikan tangan mang angkot girang mengucap syukur. Nah seberharganya itu aku dimata mang angkot.

"ambilin tissue Ra dibelakang"
Aku menjawab dengan anggukan, kuputar tubuhku mencari tissue yang berada di kursi penumpang tepat dibelakang dipta, tanganku yang tak kurang dari 70 cm menggapai-gapai tissue yang masih jauh akhirnya aku naikan lutut kananku tangan kiri kutumpukan kesenderan kursi Dipta untuk berpegangan, mobil dipta hari ini model SUV yang kursi belakangnya terlalu jauh dari kursi depan.

"nyampe ngga Ra?"

"sebentar dok, lagi usaha"
kurasakan mobil berhenti, kepalaku menatap keluar - oh lampu merah. Kugapai sekali lagi dan sampai, langsung kubalikan badanku yang bertemu langsung dengan wajah dipta yang terlampau dekat ternyata sedang melihat kebelakang.
Kaget badanku langsung kuputar tegak yang mengakibatkan kepalaku meyentuh atap panoramic roof mobil

"awwww" aku menggosok-gosok kepalaku yang terbentur, badanku langsung terhuyung kedepan kalau saja dipta tidak sigap

"hati-hati dong Ra" dipta mengungkungku tangan kanannya menyentuh pinggiran kursi sebelah jendela tempat duduku, tubuhku yang ada diantara tangan dipta dan senderan kursi serta wajahnya yang dekat membuatku tegang "kalau jatuh gimana" tatap nya khawatir

Mulutku seakan ditempeli power glue mataku terkesiap, wangi musk dari parfum dipta menyeruak di indra penciumanku yang masih tercium meskipun mampet oleh ingus, suara klakson dibelakang membuat tangan dipta beralih ke persneling mobil.

Aku meraup nafas tamak duduk dan membenahi tas laptop serta sebundel kertas HVS dan sebotol air mineral yang tinggal setengahnya

"dok?"

"hm" jawab dipta yang fokus kedepan tanpa melirik ku sambil melap cucuran air hujan yang ada dirambut serta mukanya dengan tissue

"dok nanti boleh konsul revisi SOP tidak? Sudah selesai di revisi yang kurang-kurangnya tinggal dilihat sama dokter" tanyaku was-was semoga dia tidak ingat dan marah-marah karna kejadian melayangnya alat tadi siang

"hmmm" jawabnya
Apa tuh hmm doang

"gimana maksudnya dok?" tanyaku gemas

"kamu ko tumben gak bawa motor?" tanyanya mengalihkan pembicaraan

"oh, soalnya takut hujan sorenya, kan sekarang musim hujan" kilahku padahal malam harinya aku habis meriang ala goyang pantura

"terus kenapa ngga dijemput lagi tadi bukannya dianterin, malah naik kendaraan online" selidiknya, ini si dipta ko jadi kaya ibu-ibu komplek yang tiap harinya nanyain aku kawin sih

"soalnya Ibra tadi lembur dadakan dok" jawab ku sekenanya

"who the hell Ibra ?" matanya menoleh tajam ke arahku
Ko kasar sih! "brother" jawabku judes tak menatapnya, kesal juga ngeladenin si dipta macem anak ABG yang lagi PMS.

Sungguh inginku sopan tapi kenapa sih mood swingnya ngga dijeda dulu, wathdahell !

"adik ?" tanya dipta membeo seakan-akan kita sedang berada dalam kontes debat translate google

"iya dok Ibra adik saya" jawabku lelah

Kulirik Dipta dengan ekor mataku, dipta mengumpat wow dokter Pradipta Erlangga Fahlevi yang shaleh mengumpat kemudian mendengus dan menyugar rambutnya kasar yang memang sudah tidak rapih.

Gerakan tangannya yang tidak terduga merebut air mineral yang aku pegang diatas tumpukan tas laptopku
"minta" Dipta membuka tutup botolnya dengan kedua tangan dan buru-buru satu tangan kanannya memegang kembali kemudi dan satu tangan kirinya memegang botol yang dia minum sampai tandas "cape hati saya dari tadi" sambil melirikku dan menyerahkan botol kosong yang tutupnya masih dipegang ditangan kanannya

Oh ternyata sekarang kalau cape minum bukan istirahat, oke baik!

"dok kayanya saya flu deh dok"

"udah minum obat?" tanyanya sambil menyerahkan tutup botol berwarna biru

Aku melongo "bukan, itu minumnya bekas aku loh dok tadi juga minumnya gak pake sedotan, kayanya virus nya juga udah berkembang biak disitu" jelasku

Dipta menatapku lekat kemudian menyunggingkan senyuman setipis pantyliner "gak apa-apa biar so sweet"
Kutautkan kedua alisku, ini si dokter dipta yang ranking 1 duta kebersihan bukan sih? ko malah senyum-senyum gitu berbagi air ludah, dan apa barusan so sweet katanya so cheesy gela!

"turun gih, apa mau ikut kerumah saya?"

"hah?" aku melirik ke kanan dan kekiri oh sudah sampai "makasih ya dok, dokter mau masuk dulu" sungguh ini hanya basa basi busuk pencitraan untuk menghormati yang lebih tinggi jabatan dan gajihnya dibandingkan kita.

"gak usah, saya tahu kamu juga gak niat nawarinnya" hell ya - bener banget!

"oh" aku siap membuka pintu sebelum tangan dipta menahan tangan kananku

"HP kamu, apa saya bawa aja ya ?"

"oh iya siniin dok HP saya" pintaku

Dipta menyerhkan HP ku yang aku ambil tidak sabaran

"sekali lagi makasih ya dok, hati-hati" senyumku tulus didepan kaca mobil dipta yang setengah terbuka, karena lama tidak ada jawabab aku berencana untuk pergi menuju pagar rumah

"welcome princess" sayup-sayup aku mendengar dipta berbicara kubalikan tubuhku kembali ingin bertanya tapi kaca mobil dipta sudah dinaikan keatas dan mobil dipta sudah hilang dibelokan depan rumahku

Aku korek-korek kedua telingaku sambil berjalan menuju pintu

***

Aku mencari-cari HP yang tadi aku masukan ke dalam tas. Terlalu banyak sampah sampai aku mengeluarkan semua isi tasku barulah aku menemukan benda pipih berwarna hitam ini.

Sepulangnya tadi dari RS aku langsung tidur sebentar sampai adzan maghrib tenagaku sudah habis terkuras hanya berdekatan dengan dipta.

Kutekan lock button kemudian memasukan kode sandi, layar langsung menyuguhkan aplikasi grab yang tadi sore aku buka, mataku menatap heran pada icon order yang terdapat 1 notifkasi disebelah icon home.

-Pembatalan orderan jam 16.23-

--------------

Ada sedikit revisi di chapter 9, maafkan aku yang labil dan sering lupa. Makasih kalian 😘

CITO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang