2

406 85 12
                                    

Btw, ternyata di part 1 masih ada nama Umji ya, hehe maaf aku kurang teliti nulisnya




"Yewon aku turut berduka cita atas meninggalnya ibumu. Maaf aku tidak bisa hadir kemarin."

Tn. Im Dongman yang baru saja pulang dari Jepang mulai membuka suara di meja makan. Ya, kali ini keluarga Im ditambah Yewon sedang makan malam bersama.

"Tidak apa-apa Tuan. Saya yang justru berterimakasih karena kebaikan anda dan eomma."

"Bukahkah itu tidak adil? Kau memanggil istriku eomma tapi memanggil ku tuan."

"Eh?"

"Kau harus memanggilnya appa sayang!" Ny. Im menyahut sambil tersenyum cerah.

"Ah i-iya appa." Jawab Yewon pelan dengan malu-malu.

Changkyun sendiri yang duduk di sebelah Yewon hanya cuek mengabaikan pembicaraan orang tuanya dan Yewon. Hal yang sama sekali tidak penting menurutnya.

"Oh iya! Kau kuliah Yewon?"

"Iya appa. Tahun ini masuk semester empat."

"Jurusan apa yang kau ambil?"

"Fashion Design appa."

"Kau persis seperti ibumu."

"Aku selesai."

Yewon yang baru saja membuka mulutnya untuk menjawab Tn. Im langsung terhenti karena Changkyun memotongnya.

"Yak Changkyun-ah! Kenapa buru-buru?"

"Aku ada pekerjaan." Changkyun segera pergi dari ruang makan karena dirinya sudah malas mendengar ocehan orang tuanya.

"Dia itu bisa tidak sih sopan sedikit? Ada Yewon disini." Omel Tn. Im.

"Sudahlah sayang! Kau seperti tidak hafal Changkyun saja." Ny. Im mencoba menenangkan suaminya.

"Benar appa. Aku juga tidak masalah."

"Kuharap kalian bisa akrab nanti."

Yewon hanya tersenyum canggung menanggapi Tn. Im. Tapi dalam hati meringis berpikir kalau hal itu tidak akan mungkin terjadi.

"Lebih baik kita lanjutkan obrolan tadi. Kau berencana meneruskan jejak ibumu?"

"Ah iya appa. Sebenarnya, aku bahkan tidak berniat kuliah karena kondisi keuangan kami saat itu. Tapi eomma terus mendorongku untuk mengambil kuliah. Ia bilang ini juga impian appa  untuk membuat putrinya mengenyam pendidikan sampai tinggi. Jadi akhirnya aku setuju dan mendaftar beasiswa. Beruntungnya aku lolos."

 "Kau tidak hanya beruntung Yewon, tapi kau memang berbakat." Ucap Ny. Im sambil mengelus kepala Yewon sayang.

"Terimakasih eomma. Ah iya, ada yang ingin kutanyakan. Bagaimana kalian bisa mengenal orang tuaku?"

Tn. Im menghela nafas sejenak sebelum bercerita.

"Aku dan ayahmu Kim Chungil sudah bersahabat sejak kuliah. Kami ini benar-benar dekat layaknya saudara. Apa saja kami lakukan berdua. Senang berdua, susah berdua, sampai membangun mimpi berdua. Tapi status kami sangat berbeda. Ayahmu itu putra dari keluarga konglomerat. Sedangkan aku hanya orang biasa. Chungil tidak pernah mempermasalahkan status kami, tapi sebaliknya keluarganya sedikit menentang. Bagi mereka golongan kami sangat tidak sepadan. Tapi setidaknya mereka tidak melakukan apa pun untuk memisahkan kami. Sampai suatu ketika, aku dan Chungil bertemu Yoojung ibumu di kafe tempat kerjaku. Yoojung adalah teman asrama Hyejun yang notabene kekasihku. Tanpa diduga itu jadi awal mula ayahmu jatuh cinta dengan ibumu. Setelah pertemuan itu orang tua mu jadi sering keluar bersama dan memutuskan berkencan. Chungil bahkan berniat melamar Yoojung setelah wisuda. Tapi niatan itu sirna saat Chungil sudah dijodohkan. Kakek nenekmu tau hubungan keduanya dan mereka sangat tidak setuju. Yoojung hanya anak dari seorang kurir barang dulu. Apapun dilakukan oleh keluarga ayahmu demi memisahkan keduanya. Tapi ayahmu itu keras kepala, ia tak gentar sedikitpun mempertahankan ibumu. Sampai akhirnya mereka kabur untuk menikah bersama. Chungil meninggalkan semua kehidupan mewahnya demi Yoojung dan memulai hidup baru di rumah kontrakan kecil. "

Winter warmthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang