Prolog I

373 60 7
                                    

Petrushka menatap dirinya di cermin. Ia terus menerus mengutuk dirinya sendiri yang bisa dikatakan buruk rupa.

Boneka itu berjalan menuju jendela kamar -gudang- nya. Wajahnya mengeras saat melihat Moor dan Ballerina cantik itu.

Tangannya mengepal kuat. Setiap tawa Ballerina itu mengiris hati nya.

Moor sangat beruntung mendapatkan hati Ballerina. Andai ia setampan dan secakap Moor.

Apa daya nya, seonggok boneka lusuh yang bekerja non stop bagi sang penyihir.

Suratan takdir yang cukup kejam bukan?

©Inkkoone, 2019

Story of Ballet, Petrushka.

Repertoir Le Ballet - Under NineteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang