Hard decision

9.5K 666 25
                                    

Author's pov

Sirine ambulan dengan tempo cepat (wail 2) menandakan sedang membawa pasien darurat atau emergency yang harus segera ditangani.

Sepanjang perjalanan sirine ambulan berbunyi, menggetarkan hati menjadi pengiring duka memecah jalanan kota dimalam kelabu ini.

Tangan Shain bergetar menggenggam erat tangan Elsya yang kini terasa dingin berusaha menghantarkan kehangatan melalui sentuhan.

Tes

Tes

Air mata Shain meluncur begitu lancar, seperti hujan deras yang meninggalkan luka mendalam.

Shain lalu mengusap kasar air matanya dengan gusar. "Aku akan menghukum diriku seumur hidup jika harus kehilanganmu" monolog Shain sendu

Beruntung beberapa menit yang lalu pihak medis datang dengan tepat waktu memberi pertolongan pertama pada Elsya lalu membawanya ke dalam ambulan.

Kini Elsya sudah memakai alat bantu pernafasan serta perban yang membalut lukanya untuk menghambat darah di bagian tubuh vitalnya yaitu jantung.

Kejadian naas yang menimpa Elsya begitu mengerikan karena dada kirinya harus tertancap besi bahu jalan.

Perawat dibuat bingung tak karuan karena darah terus mengalir meski luka Elsya telah terbalut perban, membuat perawat bergidik ngeri dengan raut wajah ketakutan.

Suasana menegangkan semakin terasa, seolah udara menghilang entah kemana membuat hawa panas tercipta tanpa disadari keringat membanjiri pelipis perawat.

Perawat lalu menghubungi dokter.

Klik

"Pasien kehilangan banyak darah dokter"

'...'

"Jantungnya"

'...'

"Baik"

'...'

Klik

Panggilan terputus dengan singkat.

Perawat beralih menatap Shain dengan iba ingin menyampaikan sesuatu. "Mau tidak mau kita harus melakukan operasi" ucap perawat dengan berat hati

"Apapun kumohon.. asal nyawanya bisa terselamatkan"

Ambulan akhirnya sampai dirumah sakit.

Elsya detik itu juga dibawa menuju ruangan instalasi gawat darurat oleh pihak medis menggunakan Emergency Bed atau Brankar.

Shain dan juga Celline berjalan tergesa-gesa mengiringi Elsya yang tengah terbaring diatas brankar dengan kepanikan.

Shain hanya bisa menatap wajah pucat Elsya dengan sendu serta perasaan kacau balau yang terasa pilu.

Rasa takut yang begitu besar menyeruak keluar, melemahkan jiwa dan raga Shain yang hampir kehilangan kesadaran.

You're My Destiny Gxg ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang