18. Birthday

237 14 6
                                    

Pukul 02.23 AM

Adit : happy new year, fira. maafin aku ya selalu nyebelin dan ngga bisa nemenin chatting. aku harap kamu bisa maklumin ini. Semoga di tahun yang baru ini, aku dan kamu nggak banyak masalah, tetep langgeng dan awet sampai kapanpun, ya fir. karena aku masih pengen ngelewatin natal dan tahun berikutnya bareng-bareng sama kamu. Maaf aku selalu bikin kamu sedih, bikin kamu nangis, dan bikin kamu nunggu. Tapi kamu harus tahu kalau sebenernya aku ngga bisa berhenti mikirin kamu sesibuk apapun aku. Fira, aku sayang kamu.

Napasku tercekat, jantungku bekerja hebat, aku belum sepenuhnya bangun, dan ragaku belum sepenuhnya melekat. Mataku terpikat pada deretan huruf yang mungkin disusun Aditya semalamam agar terkesan spesial karena dikirimkan untukku pada saat tahun baru. Di sana ratusan huruf dirangkai menjadi sebuah kata-kata apik yang berhasil membuat pipiku merona malu.

Adit tidak pernah begitu denganku, apalagi mengirimkan kata-kata yang begitu membuat aku merasa spesial. Pernah beberapa kali ia mengirimiku puisi dan itu berhasil membuatku terpesona seperti detik ini. Aku hanya bingung harus merespons dengan ungkapan apa dan bagaimana.

Fira : ini beneran adit?

Fira : ini kamu kenapa tiba-tiba kaya gini?

Aku tahu tidak akan balasan karena ia tengah terlelap. Ini masih terlalu pagi dan aku tahu pasti dia baru saja menutup matanya untuk tidur. Seperti itulah keseharianku—menunggunya. Terkadang ibuku juga heran, mengapa aku bisa sampai seperti ini. Apalagi teman-temanku yang kuceritakan seluk beluk kisahku ini.

Adit : iya ini beneran aku, fir.

Adit : aku mau kamu tahu apa yang aku rasain.

* * *

Hari ini tanggal 14 Januari. Nanti sore Adit akan berangkat retret di tempat yang aku belum tahu dimana. Dia menghilang dari pandanganku sejak pagi tadi. Mungkin menghindar dariku agar aku tidak banyak bertanya. Atau mungkin memang belum waktunya untuk bertemu. Tapi, aku takut. Karena saat retret ia pasti akan bertemu dengan mantannya yang notabene adalah panitia penyelenggara kegiatan retret. Tapi aku masih tetap berusaha percaya Adit, semoga dia tidak macam-macam.

Fira : adit, berangkat jam berapa?

Delivered.

Tidak ada jawaban dari Aditya, padahal baru saja dia onlline. Aku hanya menunggu dan berdoa semoga hanya kebaikan yang akan dilimpahkan kepadanya. Dan semoga Riska tidak lupa melaporkan apa saja yang Aditya lakukan di sana. Bukannya apa-apa, tapi kalian sendiri sudah membaca kisahku di bab-bab sebelum ini 'kan? Jadi, bisa kalian simpulkan sendiri seperti apa Aditya itu. Dan kenapa aku masih mau menunggu Adit? Pertanyaan itu juga yang aku tanyakan hingga saat ini kepada diriku sendiri. Yang tahu jawabannya, bisa banget yuk komen di bawah ini dengan tagar #pedulifira.

Besok Aditya akan berulangtahun yang ke-16. Aku tidak tahu harus memberi dia apa. Aku tidak punya ide tantang barang yang bagus untuk dijadikan kado untuknya. Lagipula hari ini sampai besok pagi aku akan mengikuti kegiatan LDK Osis. Jadi, aku tidak akan sempat memberinya kado. Atau bahkan untuk mengucapkannya pada pukul 00.00, karena saat LDK penggunaan ponsel dibatasi oleh panitia. Jadi, sekarang adalah waktu-waktu terakhir aku menikmati ponselku dan menunggu Aditya membalas pesanku.

Riska : kak fira...

Fira : iya gimana ris? ntar retretnya dimana?

Riskha : di Goa Maria sana itu lho kak, lo tau kan tempatnya?

Fira : oh iya iya gue tau.

Kalau boleh jujur, aku takut Adit semakin menjauh dariku. Bukan jarak yang bisa dihitung dalam satuan kilometer. Tapi jarak yang tidak terlihat antara aku dengan Tuhanku dan dia dengan Tuhannya. Tidak ada yang bisa menjembatani itu semua. Tidak ada yang bisa menyatukan kami apapun alasannya. Karena perbedaan di antara kami bukanlah suatu jenis perbedaan yang layak dan bisa disatukan dengan mudah. Bahkan cukup mustahil untuk dapat disatukan dalam satu jalan yang benar.

SegitigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang