Hai hai.....! 🙌
Anybody miss me?
Nope? Okay, entar saya minta Salma lagi aja yang nyapa kalian kalau nggak ada yang kangen 😏So, gimana?
Salma jadi tuan rumah yang baik nggak?
Apa tetep ngeselin? 😜Ya, sudahlah.
Mari lanjutkan kekesalan kalian sama Abrar dan Salma 😁Happy reading 😙
Savika ingin tertawa melihat akting dibuat-buat sepupunya. Bagaimana bisa ia berjalan terpincang-pincang saat berada di sekolah, sementara di rumah bisa berlarian. Benar-benar seperti melihat drama di televisi. Dan yang lebih lucu lagi, ada saja orang bodoh yang memercayai aktingnya. Abrar salah satunya.
Savika sudah mendengar kejadian sebenarnya dari Ervika. Ia yakin jatuhnya Salma memang disengaja dan sepupunya itu jelas tak terluka sedikit pun. Bodohnya Abrar, mau-mau saja diakali Salma dan bersedia diminta mengantar ke mana-mana. Kalau toh semisal Salma benar-benar terluka, itu bukan tanggung jawab Abrar dan ia tak harus menuruti semua permintaan Salma. Salma jatuh dengan sendirinya, jadi apa pun yang terjadi merupakan tanggung jawabnya sendiri.
Entah Abrar terlalu bodoh atau terlalu baik, Savika tidak paham. Dua hari berlalu sejak hari di mana ia memergoki Abrar dan hingga kini Savika hanya diam. Dan hal itu membuat Salma semakin bebas bergelayut pada Abrar.
Mengenai itu, Salma memang sudah terang-terangan melancarkan perang padanya. Beberapa saat setelah Abrar mengantar Salma, Savika pulang diantar temannya. Seperti kebiasaan Salma saat ingin berbicara dengan Savika, sepupunya itu sudah menunggu di kamar. Sebenarnya, saat Abrar mengantar Salma pulang, Salma berharap Savika sudah di rumah dan melihat mereka. Dengan begitu, Savika pasti akan merasa kalah telak. Sayangnya, Savika masih berada di kafe bersama temannya. Terpaksa Salma harus berbicara langsung dengan Savika.
Singkatnya, Salma berkata akan merebut Abrar darinya. Tak hanya itu, Salma juga bilang kalau sebenarnya Abrar sudah mengejarnya sejak kelas sepuluh. Itulah sebabnya saat ini Abrar begitu mudah menuruti keinginannya.
Savika tidak ingin percaya dan menganggap itu hanya bualan Salma untuk menjatuhkannya. Namun, melihat betapa lemahnya Abrar saat berhadapan dengan Salma bahkan dengan bodohnya memercayai Salma, Savika sulit untuk tidak percaya. Dan saat ia bertanya pada Ervika, tetangga Abrar itu membenarkan.
"Tapi itu dulu," Ervika menambahkan. "Sekarang kan dia pacar lo."
Perkataan Ervika sama sekali tak bisa membuat perasaan Savika jadi lebih baik. Melihat betapa Abrar memanjakan Salma dan memilih mengabaikannya, bagaimana bisa Savika berpikir jika Abrar sudah tak menyukai Salma. Abrar juga tidak mencoba menjelaskan kejadian tempo hari. Meski Savika sudah tahu dari Ervika, tetap saja ia ingin mendengarnya langsung dari Abrar. Tapi apa? Abrar malah sibuk sendiri dengan Salma, seakan ia lupa masih punya pacar yang tengah salah paham.
Atau sebenarnya Savika tidak salah paham?
Apalagi saat itu Salma juga sempat membahas tentang surat cinta yang ia terima dari Abrar. Katanya itu sebenarnya bukan untuknya. Savika meyakinkan diri jika itu hanya karangan Salma untuk menjatuhkannya-Salma sudah terbiasa dan sangat pandai melakukan itu. Tapi Savika juga tidak tahu kebenarannya. Ia tak mungkin menanyakan mengenai itu pada Ervika yang notabene terlibat di dalamnya jika menurut pengakuan Salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
April Fool
Teen FictionPas April Mop, gue berniat ngerjain temen kecil gue, Ervika. Gue menulis surat cinta dan meminta Gavin, sahabat gue buat ngasih pernyataan cinta gue ke Ervika. Entah gimana, surat itu malah sampai ke anak baru yang bernama Savika. Cewek itu dengan m...