Di dalam sebuah apartemen mewah terlihat Hanzo sedang menjambak rambut Yuka. Yuka meringgis kesakitan hingga air matanya mengenang menahan rasa sakit.
"Berani sekali kau diam-diam merekam saat kita bercinta dan menyebarkannya!" wajah Hanzo tampak mengerikan karena sangat marah.
"M...maafkan aku Hanzo." wajah Yuka yang sudah penuh airmata.
"Kau ingin memerasku. Hah!!" Tidak puas hanya menjambak, Hanzo lalu mencekik Yuka dengan kedua tangannya hingga urat -urat wajah Yuka menonjol lalu dengan cepat Hanzo menghempaskan tubuh Yuka ke lantai.
Yuka langsung terbatuk-batuk sambil memegang lehernya yang perih dan memerah. Menghirup udara sebanyak mungkin untuk membantu pernafasannya yang tersendat-sendat.
"Kau sangat menjijikkan!!" Hanzo menatap bengis kearah Yuka.
"Aku tahu hukuman apa yang pantas untukmu.""Sasaki!!" panggil Hanzo dengan keras. Tampak pria tinggi kekar memakai setelan jas hitam berlari kearah Hanzo.
"Bawa dia sekarang ke tempat Hayato-san." perintah Hanzo pada anak buahnya.
"Kumohon Hanzo...jangan bawa aku ketempat itu...maafkan aku Hanzo." Yuka menangis sambil memegang sebelah kaki Hanzo memohon agar Hanzo berubah pikiran.
"Bukankah kau ingin mendapatkan uang? Kau bisa mendapatkannya di sana!"
Kedua pengawal Hanzo sudah menarik Yuka lalu menyeretnya keluar.
"Kumohon Hanzo...tolong aku...Hanzoo...lepaskan aku...lepaskan!!" teriak Yuka di sela tangisannya, namun Hanzo tidak bergeming.
Lalu Ryu masuk bersamaan dengan di seretnya Yuka oleh kedua pengawal Hanzo. Ryu melirik Yuka sebentar sambil melangkah kearah Hanzo.
"Sepertinya kau sedang sibuk." Ryu langsung duduk di sofa.
Hanzo menuangkan minuman ke dalam dua gelas kristal dan yang satunya diberikan pada Ryu.
"Hanya menyingkirkan parasit."
ujar Hanzo masih menyiratkan kemarahan."Kemana pengawalmu membawanya...?"
"Ketempat Hayato-san." ujar Hanzo dengan ekspresi dingin.
"Hayato-san?...wow...kau menjadikannya pelacur." Ryu sedikit terkejut. Hayato-san adalah pemilik rumah pelacuran yang ada di Tokyo.
Rumah pelacuran yang khusus untuk para gay saja. Jika sudah menjadi pelacur di sana maka akan susah untuk melepaskan diri. Karena Hayato-san terkenal sangat kejam.
"Beruntung aku tidak membunuhnya." Hanzo mendengus lalu meneguk kembali minumannya.
Ryu sangat mengenal Hanzo. Jika ada yang berani mengambil keuntungan di belakangnya atau menghianatinya, Hanzo akan menghancurkan orang tersebut.
Termasuk Yuka yang selama ini hanya mainan atau pemuas nafsu Hanzo. Selama masih di pakai oleh Hanzo, segala kebutuhan Yuka akan di penuhi. Bagi Hanzo harus ada timbal balik selama hidup di dunia ini.
"Jadi, ada apa kau datang kemari?" Hanzo menatap intens sahabatnya itu.
"Aku ingin mengajakmu ke bar yang biasa kita datangi tapi sepertinya suasana hatimu sedang buruk. Mungkin di malam lain saja." Ryu berdiri.
"Hubungi aku kalau kau mau mengajakku ke sana. Aku pergi dulu."
Hanzo hanya menanggapi sahabatnya itu dengan tatapan dingin lalu menegak minumannya sampai habis.
****
****Beberapa hari kemudian
Sambil terus menangis, Izu lari sekencang mungkin setelah mendapat telefon dari tetangganya yang mengatakan bahwa nenek Sumire pingsan setelah Masao datang ke rumah.
Setelah sampai di tepi jalan besar, Izu menghentikan sebuah taksi agar membawanya ke rumah sakit tempat nenek Sumire di rawat.
Sesampainya di rumah sakit dengan buru-buru Izu membayar ongkos taksi lalu berlari ke dalam rumah sakit menanyakan pada resepsionis di ruang mana nenek Sumire di rawat.
Dengan perasaan cemas Izu melihat ke kanan dan ke kiri untuk melihat tulisan ICU. Akhirnya Izu tiba di ruangan ICU
yang terletak di ujung sebelah kanan di blok A.Perawat hanya mengizinkan Izu melihat sebentar nenek Sumire.
Izu berjalan pelan mendekati nenek Sumire sambil menyeka airmatanya. Perasaan Izu bercampur aduk antara sedih, cemas dan juga marah.Nenek Sumire terbaring lemah. Alat bantu pernafasan menutupi hidung dan mulutnya. Sementara di tangannya tertanam jarum infus.
Airmata Izu mengalir lagi di pipinya tapi tidak ada sedikitpun isak tangis yang keluar dari mulut mungilnya.
Izu memegang tangan nenek Sumire dan menggengamnya dengan kedua tangannya.
"Nenek..." panggil Izu pelan namun nenek Sumire masih menutup matanya karena nenek Sumire masih belum sadar.
"Nenek..." panggi Izu sekali lagi dan kali ini Izu tidak bisa menahannya lagi. Tangis Izupun pecah.
¤¤¤¤
¤¤¤¤Setelah keluar dari ruangan dokter, Izu merasa sekujur tubuhnya lemas. Izu juga terkejut sekaligus bingung.
Dokter mengatakan jika nenek Sumire mengalami serangan jantung yang membuat nenek Sumire kehilangan kesadaran.
Ternyata selama ini nenek Sumire punya penyakit jantung namun tidak pernah mengatakannya pada Izu.
Izu jadi berpikir kalau nenek Sumire menyembunyikan penyakitnya selama ini karena tidak ingin menyusahkan Izu.
Dokter menyarankan agar nenek Sumire dioperasi paling lambat lusa dilakukan karena kondisi nenek Sumire yang tampaknya sangat parah.
Tapi Izu tidak dapat memberi kepastian pada dokter karena biaya untuk operasi jantung sangatlah mahal dan Izu tidak punya uang.
Masih dilanda kebingungan, Izu berpikir siapa yang dapat menolongnya meminjamkan uang padanya.
Dia tidak mungkin meminjam pada bosnya karena dia baru bekerja di sana.
Izu menatap handphone, dia baru ingat jika dia belum meminta ijin pada bosnya jika dia tidak bisa masuk kerja malam ini.
Izu langsung menghubungi Shino.
"Halo Shino...ini aku Izu.""Izu...kau dimana? Kenapa kau belum datang. Bos mencarimu dari tadi."
"Shino...aku minta tolong padamu. Katakan pada bos kalau aku minta ijin tidak masuk kerja karena nenekku sedang sakit."
"Iya...aku akan mengatakannya. Bagaimana keadaan nenekmu?"
"Penyakit jantung nenekku kambuh. Nenekku tadi jatuh pingsan dan sampai sekarang belum sadar. Sekarang nenek sedang di rawat di rumah sakit."
"Ya Tuhan...semoga nenekmu segera sadar dan cepat pulih." ujar Shino merasa prihatin.
"Tapi Shino..." Izu merasa ragu untuk mengatakan pada Shino.
"Ada apa Izu...ada lagi yang ingin kau katakan."
"Shino...nenekku harus di operasi karena itu aku perlu biaya. Aku tidak punya uang. Dan aku tidak tahu dari mana mendapatkan biayanya." Izu kembali menangis. Izu sangat takut jika dia akan kehilangan nenek Sumire.
"Izu...jangan menangis. Kau harus bersabar." Shino jadi sedih karena dia tidak dapat menolong temannya.
Tanpa Shino sadari ada seseorang yang mendengar pembicaraannya.
Setelah Shino selesai berbicara dengan Izu di telefon, seseorang menepuk bahunya.
"Tuan Ryu..." ujar Shino terkejut.
"Aku tahu siapa yang dapat menolong Izu." ujar Ryu menatap Shino serius.
---------------------