Tiga Puluh

67.1K 3.1K 11
                                    

"Ah! cobaan apa lagi ini?!"

"Isk.. jangan ganggu aku" Gadis itu menangis terisak-isak kerna dua laki-laki itu mencoba untuk menyentuh nya.

"Reno. Pegang dia!" Titah laki-laki tua itu kepada seorang laki-laki yang lebih muda darinya.

"Jangan nangis sayang." Laki-laki tua itu tersenyum sinis.

"Lepasin! jangan sentuh aku!" Gadis itu meronta tidak mahu di sentuh. sedangkan orang tua itu sudah ingin membuka tali pinggang nya. Tapi sayang tindakan nya itu terhenti setelah satu tendangan nelayang ke wajah laki-laki tua itu,
mereka terdiam seketika.

"Jangan ganggu dia!" Khei berdiri di depan gadis itu, berusaha untuk melindunginya. dan dia sama sekali tidak takut meskipun lawan nya ini memiliki tubuh yang kekar, berbeda dengan tubuh nya yang.. kurus itu.

"Siapa kamu?!"

"Berani-berani nya kamu mengganggu urusan saya!" Laki-laki yang lebih tua dari Khei itu membentak lalu memukul wajah Khei sehingga mengeluarkan darah disudut bibir nya yang pecah, Khei meringis sebelum membalas dengan memukul di bahagian leher laki-laki tua itu. dan tidak di sangka hanya satu pukulan orang tua itu langsung terbaring kaku.

"Untung udah tua, kalo nggak udah gue jadiin almahrum ni orang.." Khei memutar bola matanya, lalu menyentuh bibir nya.

"Apa lo liat-liat !" bentak Khei kepada laki-laki yang bernama Reno dan setelah mendapat bentakan gratis dari Khei, Reno langsung memapah laki-laki tua yang terbaring kaku itu.

Reno menatap Khei dengan tatapan tajam, dan ia diyakini sebagai anak dari laki-laki tua itu.
"Urusan kita belum selesai!"

"Bodo amat !" Ejeknya, setelah itu dia menoleh kebelakang untuk melihat gadis itu, seperti nya dia sudah tidak nangis lagi.

"Lo nggak apa-apa?" Ucap Khei lalu gadis itu mendongak menatap nya.

Bentar.

"Lo kan cewek yang waktu itu !" Khei menatap gadis itu dengan wajah datar nya, rambut gadis ini sangat berantakan.

"Makasih udah nolongin aku." Khei menghela nafas, dia mengalihkan rambut yang menutupi wajah gadis itu, lalu diselipkan dibelakang telinga. dan setelah memperbaiki rambut gadis itu dia mahu melangkah pergi tapi sayang gadis mungil itu menghalang nya.

"Apa lagi?" Nada suara Khei sedikit kasar.

"Bibir kamu luka jadi aku mau obatin sebagai tanda terimakasih karna udah nolongin aku, ikut aku dan jangan banyak omong." Dan entah kenapa Khei menurut saja, dia mengikuti langkah gadis mungil itu. baru Khei sadar bahwa gadis ini cantik, matanya yang sipit dan kulitnya yang putih dengan rambutnya yang sebahu saja, sepertinya gadis ini cerewet.

"Lo, lo mau bawa gue kemana?" Khei cukup dibuat gugup akibat tangan nya yang digenggam oleh gadis itu.

digenggam.

"Kita mau kemana sih?"

"Kesana, soalnya disana ada jualan obat. ih bisa nggak sih kamu jangan banyak omong, itu bibir kamu makin parah kalo banyak gerak !" Entah kenapa Khei ingin menarik senyum saat melihat bibir mungil gadis itu tak berhenti mengumat-ngamit karna dia yang banyak tanya.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di satu warung kecil, gadis itu menyuruhnya duduk dibangku panjang. sementara gadis itu sedang membeli obat.

"Oke. Makasih ya mbak" setelah membayar obat yang dibelinya gadis itu tersenyum kepada si penjual, Khei hanya diam memerhati bersama wajah datarnya.

"Buka dulu penutup nya." Monolog gadis itu sendiri, dimata Khei gadis itu sangat lucu. Tapi kalau diingat lagi tentang waktu ia tercebur di sungai, marahnya kembali lagi.

"Jangan banyak gerak." Titahnya dengan wajah galak.

"Hmm." Dan hanya itu yang dibalas oleh Khei. Perlahan dia menjalankan tugas nya disekitar wajah Khei, matanya tidak lepas terhadap luka di wajah laki-laki itu. Dan saking fokus nya mereka tidak sadar bahwa tidak ada jarak lagi diantara mereka berdua.

Kedua nya sangat dekat.

"Nama aku Geisha Adelia panggil Ghei aja. kalo kamu?" telinga Khei berubah kemerehan saat mata mereka saling bertemu.

"Nama gue Khei." Geisha tersenyum, nama panggilan mereka hampir sama.

"Apa masalah lo, sampe lo mau bunuh diri waktu di sungai Land?" Aktivitas Geisha terjeda untuk seketika, dia menatap Khei lurus sebelum menjatuhkan tangan nya.

"Udah selesai." Ucap Geisha lalu tersenyum hambar.

Khei menahan tangan Geisha saat gadis itu ingin merapikan kembali obat-obatan yang dia beli.
Apa dia salah ngomong?

"Lo belum jawab pertanyaan gue." Geisha menghela napas sebelum dia menukar posisinya agar berhadapan dengan Khei.

"Waktu itu aku nggak coba bunuh diri." Geisha memandang Khei. dan Khei memandang Geisha

"Lah terus?"

"Cuma kamu nya aja yang terlalu baik, sampe narik aku keluar dari sungai." Kedua alis Khei bertautan. Membuat Geisha terkekeh, aduh manis sekali

"Aku tu kalo lagi marah, nggak mood dan patah hati ya.. nyelam di air" Geisha menatap Khei dan obat-obatan dengan silih berganti, tangan nya pula sibuk memasukkan obat-obatan kedalam kantung pelastik.

"Kok bisa ?" Sepertinya Khei tertarik tentang gadis yang bernama Geisha ini.

"Ya nggak tau, soalnya emang dari kecil kayak gitu. emang kek udah sahabatan gitu sama air" Khei menatap Geisha lurus, mencari kebenaran dibola mata gadis itu.

"Jangan liatin aku kayak gitu! serem tau!" Geisha menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan. Sementara Khei tertawa kecil dengan tingkah gadis ini.

Saat mereka saling bercanda tawa, tidak disangka ada satu perasaan tumbuh didalam hati keduanya. entah perasaan apa

Suka mungkin.

[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN

Special Woman [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang