× BAB I ×
[ MADNESS MIND ]
10 ; AUXILIARYKesepuluh jemari Yoongi telah mendarat dengan sempurna di kedua sisi pinggul milik Acey. Diam bertengger, tanpa adanya gerakan tambahan.
Sedangkan wanita itu, masih diam dengan kedua obsidian sebiru lautan yang menatap dalam, pada kedua bulat hitam yang telah berhasil menghisap habis seluruh atensinya saat ini. Kepalanya sedikit ia naikkan untuk menatap Yoongi dengan lamat.
Jarak di antara keduanya hanya terpisahkan tiga centi meter saja. Sehingga keduanya bisa merasakan bahwa kedua napas mereka mulai memberat, dengan hasrat di dalam tubuh yang sudah mengumpul dan siap dikeluarkan.
Yoongi mendekat perlahan dengan memiringkan kepalanya ke kanan, sambil menatap labium merah muda yang sudah berhasil mendarat secara singkat beberapa saat lalu. Namun, baru saja permukaan bibir Yoongi hampir bertemu untuk merasai manisnya milik wanita itu, tubuhnya stagnan dengan rasa sakit yang tiba-tiba menjalar di dalam dadanya.
Segetir rasa sakit telah berhasil menyumpal saluran tenggorokkannya. Yoongi mendadak sulit bernapas. Dadanya naik turun dengan tempo yang berantakan.
Yoongi memejam mata, dengan sedikit tersendat kemudian ia mencoba berkata, "Apa... apa—jika aku melakukan—"
"Kau bisa lari bersama adikmu sejauh mungkin untuk sementara waktu." potong Acey pada kalimat Yoongi. "Jika tujuan Tuan Namjoon sudah berhasil, mereka pasti akan fokus pada tubuhku dan mengabaikan dirimu untuk sejenak."
Acey memberi jarak untuk mundur. Tangannya menyentuh kedua bahu milik Yoongi. Semua kalimat yang ia lontarkan dari belah bibirnya adalah penawaran bagus untuk lelaki itu saat ini. Sama-sama menguntungkan keduanya. "Walaupun, mungkin tidak lebih dari satu tahun, setidaknya kau bisa merasakan kehidupan normalmu bersama adikmu."
"Kau bisa menggunakan waktumu untuk melindungin adikmu, dan hidup bersamanya dalam keadaan yang normal tanpa harus merasa tertekan seperti ini, Yoongi."
Salah satu tangan Acey yang berada di bahu Yoongi, kemudian berpindah secara hati-hati untuk menyentuh sisi pipi milik lelaki itu. Begitu pucat juga terasa begitu dingin. Ibu jari milik Acey kemudian bergerak dengan gerakan berulang—mengelus dengan lembut pipi milik Yoongi.
Yoongi yang mendapatkan perlakuan seperti ini untuk pertama kalinya, agaknya membuat ia sedikit kebingungan walaupun sebenarnya masih ada satu perasaan yang bisa ia rasakan; bahwa wanita adalah makhluk yang sangat lembut.
Perasaannya terombang-ambing tak tentu arah. Kedua alisnya berkerut begitu Acey mendekat. Salah satu tangan yang bebas milik Acey kemudian mendarat di balik leher belakang Yoongi, untuk kemudian wanita itu tarik dan menyentuhkan dahi milik Yoongi dengannya.
Kedua napas mereka mulai memberat kembali. Terpaan aroma mint khas milik Yoongi mulai menerpa permukaan kulit Acey. Membuat wanita itu kemudian kembali meremang. "Kau... ingin merasakan kehidupan normal bersama keluargamu, bukan? Sudah waktunya untuk mengakhiri rasa kesepian yang terus menyakitimu, Yoongi," kata Acey sembari menutup kedua matanya.
Perkataannya tulus. Walaupun ia hanya bisa mengamati selama beberapa hari saja, agaknya Acey juga bisa merasakan bagaimana perasaan Yoongi yang sebenarnya. Ia sengaja tidak pernah menginterupsi, atau mengeluh bahkan membantah semua perkataan Min Yoongi. Itu karena ia ingin melihat bagaimana lelaki itu sebenarnya.
Bagaimana Min Yoongi hidup, di tengah situasi yang mencekiknya dari berbagai arah seperti ini.
Namun, rupanya Acey tak sepenuhnya bisa mengerti tentang angkara milik Min Yoongi pada dirinya, yang ternyata adalah salah satu tindak dari Yoongi yang sangat marah pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] FRACTURE TRILOGY
Fanfiction[Completed.] [Thriller/Gore] "We must find our safe place." [Sebagian cerita dihapus karena dibukukan] blackswanodile©2018