Satu,

6 1 0
                                    

Aphrodite berjalan pelan di koridor rumah sakit, bunyi ketukan heelsnya terasa menggema di lantai itu. Ia melihat jam tangannya dan waktu menunjukan pukul 7.45 pagi. Lalu ia mempercepat jalannya dan memasuki sebuah ruangan.

Ia mengambil jas putih yang tersampir di bangkunya, lalu memakainya. Ia sangat cantik. Dengan baju kemeja berwarna pastel dan rok span hitam selutut serta dibalut dengan jas putih kebanggannya. Dan jangan lupa dikakinya terdapat heels yang sangat mewah dan elegan. Rambut hitam yang terurai dan menambah kecantikannya.

Lalu ia duduk di bangku kebesaraannya itu dan mengecek data data pasien yang masuk saat malam, karena ia tidak bekerja sampai malam hanya batas jam 7 saja. Sisanya bawahannya yang handle.

Ketika sedang serius melihat data-data pasien ada yang mengetuk pintu ruangannya.

Tok...tok...tok

"Ya masuk," ucapnya anggun.

"Pagi mba," sapa seorang pegawai yang memakai baju seperti perawat itu.

"Pagi lin,"

"Mba, ini ada obat yang habis di rawat inap dan di rawat jalan, kebetulan di gudang juga sudah tinggal satu box dan pemakaian obat ini sangat di perlukan, apa boleh saya mereturn obatnya?" Ucap Lina dengan cepat dan jelas.

"Ya, minta saja 4 dus obat itu dan beberapa obat yang akan habis, dan cek juga obat narkotika dan psikotropika apakah masih banyak stoknya."

"Baik mba, yasudah mba ini tanda tangan agar nanti jam 10 sudah ada barangnya"

Lalu Aphrodite menanda tangani surat pembelian barang tersebut dan Lina sang pegawai apotik rumah sakit itu segera keluar dari ruangan Aphrodite.

Ya Aphrodite adalah seorang Apoteker.
Kepala Apoteker di Rumah Sakit Cinta Ibu. Dan mengapa Ia di panggil mba? Karena Ia belum menikah dan belum mau memikirkan itu padahal umurnya sudah cukup untuk menikah. Walau baru 26 tahun.

Tiba tiba ada yang mengetuk pintu ruangan Aphrodite dengan tergesa gesa. Lalu seseorang itu langsung saja masuk, membuat Aphrodite terheran. Karena biasanya asistennya ini tidak pernah sepanik ini. Dan lihat mukanya sangat pucat.

"Ada apa Fan? Kamu kok panik begitu?" Tanya Aphrodite sambil berdiri dari duduknya, satu kelemahan Aphrodite ketika melihat orang panik ia akan lebih panik.

"Mba yaampun mba! Gawat mba!"

"Gawat kenapa? Kamu jangan bikin saya panik juga dong"

"Aduh mba itu, keluarga Pak Pradipta"

"Kenapa dengan keluarga itu?"

"Nenek dari keluarga Pradipta salah minum obat, dan sekarang katanya pingsan dan cucunya sekarang mengamuk di depan"

"Kenapa mengamuk?"

"Katanya rumah sakit ini ga becus lah, kasih obat aja sampai salah. Dan mba yang disalahin karena mba apoteker disini dan dia bilang apotekernya cuma makan gaji buta, cuma leha leha aja"

"Tunggu, Pradipta? Apakah Dirga?"

"Iyaa mba, itu cucunya bu Rose"

Aphrodite langsung keluar dari ruangannya dan menuju tempat keributan tersebut.

"Mana yang mau tanggung jawab? Mana Apoteker itu? Ngasih obat aja sampe salah, apa jangan jangan dia jadi apoteker nyogok?" Teriak laki laki itu kepada semua orang yang melihatnya. Ia sudah di amankan namun selalu melepaskan diri.

"Mana apotekernya?" Teriaknya lagi.

"Saya pak, ada perlu apa? Mengapa anda ribut ribut dirumah sakit? Disini yang sakit bukan hanya nenek anda saja, banyak pasien lain yang mungkin sakitnya lebih parah dari pada nenek anda, dan mereka butuh ketenangan bukannya kegaduhan seperti ini" ucap Aphrodite dengan lemah lembut.

Lelaki tersebut yang bernama Dirga tampak kaget melihat dengan siapa ia berbicara, mantannya yang masih sangat ia cintai.

Namun Dirga tetap Dirga emosinya tidak pernah bisa di bendung.

"Oh kamu, kenapa kamu memberi nenekku obat yang salah?" Tanyanya yang mulai melembut.

Dan terdengar cibiran orang orang mengenai Dirga, ya karena ketika disuguhi wanita cantik langsung terdiam.

"Maaf, mungkin itu kesalahan kami karena ceroboh tapi boleh kita lihat apa yang nenekmu itu minum?" Ucap Aphrodite lembut padahal hatinya sangat kesal mengapa bertemu dengan orang ini lagi.

Lalu Dirga mengarahkan Aphrodite, 1 orang pegawai apotik dan beberapa perawat menuju kamar inap neneknya. Lalu ia menunjukan obat yang diberi oleh pegawai itu.

"Ah ini, hanya menyebabkan ngantuk saja. Nenek mu tidak kenapa kenapa. Sebaiknya jika kami sedang memberi tahu bahwa persediaan obat yang biasa habis, kamu dengarkan jangan sibuk sendiri. Obat ini sama saja khasiatnya dengan obat yang nenekmu minum" ucap Aphrodite panjang lebar.

"Ah begitu ya?"

"Iyaa, jadi sekarang nenekmu hanya tidur jadi tidak perlu berteriak teriak seperti tadi"

"Maaf dit," ucap Dirga.

"Ya" jawab Aphrodite cuek dan berjalan keluar dan diikuti pegawai apotik itu.

"Mba, maafin saya. Saya ga becus" ucapnya pelan.

"Sudah tidak apa apa. Lagi pula kamu tidak salah Sal,"

"Tapi mba, gara gara saya mba jadi dimarahin sama orang itu" ucap Salsha lagi.

"Ga apa apa Sal, dia emang begitu. Sudah sana kamu balik kerja, jam segini pasien banyak yang harus ambil obat lagi"

"Ah iya, siap mba," lalu Salsha sang pegawai berjalan ke arah ruangannya yang sepertinya kedatangannya sudah di tunggu oleh teman temannya di dalam sana.

Aphrodite pun berjalan ke arah ruangannya, tanpa ia sangka ketika ia masuk seseorang dalam hidupnya dulu melewati ruangannya. Dan hanya aroma parfum mereka berdua yang tercium masuk ke indra penciuman mereka.

"Will?" Tanya nya dalam hati.


-B e r s a m b u n g 🌻 -

Bogor, 4 maret 2019.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WilliamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang