2. TAKDIR PERTEMUAN

865 76 2
                                    

Suara aliran sungai terdengar bagai alunan musik alam yang mengiringi sepoi angin musim semi negeri Samhian. Penduduk yang sedang memetik buah-buahan saling bercengkrama sambil sesekali tertawa. Beberapa penduduk yang tergolong penyihir dengan kekuatan elemen tanah akan membajak perkebunan dan menanami kembali tanaman-tanaman pokok yang merupakan kebutuhan para penduduk Samhian. Bahkan tak jarang pula akan ditemukan para kekuatan sihir elemen air yang bekerja sama untuk menyuburkan tanah dengan membuat jalan air yang mengarah ke perkebunan. Mereka saling menjaga dan gotong royong terhadap satu sama lain. Penduduk Samhian adalah contoh kesejahteraan manusia.

Di sudut ladang yang mengarah ke jalan hutan gelap desa kecil bernama Valla, terdapat sebuah rumah kayu mungil yang tertata apik dan dipenuhi dengan aneka bunga Frein. Bunga Frein adalah bunga bakung yang mempunyai berbagai macam warna. Bunga-bunga ini ditanam karena bermanfaat sebagai pewarna alami kain. Seluruh penduduk Samhian rata-rata menanam bunga ini karena manfaat besarnya itu.

Terdengra suara derap langkah kaki terburu-buru keluar dari rumah mungil tersebut. Seorang gadis berambut hitam sekelam malam membawa sekantong anak panah dipunggungnya dan busur panah kayu hitam di tangan kirinya. Ia memeriksa pakaian berburunya dengan sedikit merapikan sisi tunik kulit yang ia kenakan sebagai penghangat ketika memasuki hutan dingin di utara sana. Ketika dirasa telah pas ia kemudian melangkahkan kaki menuruni undakan tangga kecil.

"Kanna!" panggilan seorang wanita dari dalam rumah menghentikan langkah gadis itu.

Gadis yang dipanggil Kanna menengok dengan raut wajah penuh senyum.

"Iya bu?"

"Ingat pesan ibu. Jangan pulang malam, ketika senja bergulir kau harus sudah kembali," ucap Sang Ibu dengan lembut.

"Baiklah!" sahut Kanna kemudian kembali memutar tubuhnya.

"Kanna!" panggil ibunya kembali.

"Ya bu? Ada apa lagi?"

"Kau harus selalu ingat..."

"Ya! Ya! Jangan coba-coba untuk mendekat ke jalur yang menghubungkan ke Istana. Kanna ingat semua perintah ibu, oke?" ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Sang ibu tersenyum mengangguk.

Kanna lalu membawa langkahnya kembali dengan setengah berlari. Sebelum menjelang sore hari ia harus mendapatkan buruan besar untuk dijual di pasar desa. Meski Kanna tahu hari ini akan ada pemilihan dayang untuk di boyong ke Istana kerajaan, Kanna tak berniat mengikutinya. Selain karena ia tak memiliki kemampuan sihir apapun, ibunya tak pernah mengijinkan Kanna menginjakkan kaki di tanah Istana. Hufft... Kanna menghentikan langkahnya.

Istana.

Kanna menoleh ke arah kirinya, di mana sebuah gunung tinggi menjulang seakan sebuah keagungan yang tak ada tandingan terlihat indah untuk dipandang. Puncak gunung tinggi itu terdapat istana berwarna putih yang terlihat dari desa kecil ini. Dipandang dari jarak jauh seperti ini saja terilihat kemegahan istana Raja Zarkan Tar itu. Sesungguhnya Kanna ingin sekali pergi kesana. Tidak ada wanita yang tidak menyukai keindahan, begitupun dia.

Namun apa daya. Ia tak mempunyai kekuatan sihir. Tak ada elemen apapun dalam dirinya yang menandakan kekuatan sihir itu. Sedangkan syarat menjadi dayang di istana harus mempunyai kekuatan sihir yang tinggi.

Memikirkan kembali hal ini, dengan lesu Kanna menarik pandangannya dari istana megah itu. Dewa dan dewi sepertinya tak adil memberikan nasib pada Kanna. Hanya ia dan ibunya yang tak mempunyai kekuatan sihir.

Kanna memejamkan mata lalu ketika ia membuka mata, semangat tinggi kembali menghampirinya. Tak ingin menyia-nyiakan waktu ia kembali berlari. Sesekali ia menyapa para petani ladang kapas sutra yang ditemuinya.

THE DESTINY (TAKDIR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang