05 | I Can't Breath

478 15 0
                                    

"Kak Rian!"

Langkah kaki lelaki berbaju olahraga sekolah itu terhenti. Dia mengarahkan pandangan pada sosok yang memanggilnya itu. Sebuah senyum ia lukiskan di garis wajahnya yang tampan bak pangeran, hatinya sangat bahagia. Tanpa berpikir panjang, Rian menghampiri objek yang membuat hatinya berbunga-bunga.

"Kenapa, Ca?"

"Kak Rian, abis olahraga kan?" Tanya orang itu sambil menunjukkan cengiran yang terlihat konyol.

Rian terkekeh, "Emang kenapa, Cantika?"

Seketika, Caca merasakan sesuatu yang berdesir dalam tubuhnya. Entah kenapa dia selalu seperti itu tatkala Rian memanggilnya dengan sebutan "Cantika". Tapi tenang, hati Caca hanya untuk seorang Reza Ardian Gray.

"Ini, Caca bawain minum." Caca menyodorkan sebotol air mineral yang baru saja dibelinya.

"Eh?" Rian terlihat salah tingkah karena dibawakan minum oleh Caca. Tapi, sebenarnya ini yang dia harapkan. Dengan tersenyum, Rian mengambil botol itu dan segera membuka penutup botolnya. "Thanks, ya Ca?" Ucap Rian sebelum meneguk cairan bening itu.

"Iya, sama-sama." Ucap Caca yang masih menampakkan raut wajah kebahagiaan.

Rian tampak menatap bingung ke arah Caca, "Kenapa muka kamu gitu, Ca? Bahagia banget." Rian mendudukan dirinya di bangku yang sengaja diletakkan dipinggir lapangan.

"Nggak apa-apa. Lagi seneng hari ini." Caca menyengir.

"Ca." Panggil Rian.

Caca menoleh, memperlihatkan raut keheranan wajahnya. "Kenapa, kak?"

Rian tersenyum. Lalu dia mendekatkan mulutnya ke telinga gadis bergingsul itu. Seperti membisikkan sesuatu.

"Aku mencintaimu, lebih dari apapun."

Selanjutnya, Rian langsung berlari. Sementara Caca merasakan sekujur tubuhnya kaku.

"Ini mimpi atau nggak?"

*****

"Kak Davin, Kak Reza mana?"

Dua orang lelaki tampan itu menoleh, padahal hanya Davin yang dipanggil. Tetapi, temannya— Rama— juga ikut menoleh. "Ciee... Nyariin Reza ya, dedek? Reza lagi ke toilet, tungguin aja di sini."

"Kalo mau susul aja ke toilet, aman kok." Timpal Rama yang langsung dihadiahi jitakan dari Davin.

"Bego kok dipelihara sih? Temen siapa coba lo?"

"Ya temen lo lah! Emang kebegoan ini nular darimana?"

Davin menyengir. "Eh itu tuh abang Reza!" Telunjuk Davin mengarah ke seseorang yang baru datang dari arah kanan.

Caca semakin gugup dibuatnya, padahal ia ke sini hanya ingin mengajak Reza makan di kantin. Terlihat gampang kalau dipikir, tapi melakukannya itu yang harus memerlukan mental yang kuat.

"Hai abang Reza yang ganteng tapi bohong!" Ucapan Davin membuat Rama tertawa.

Reza hanya memasang wajah datar, tidak peduli akan ucapan Davin barusan. Lalu dia duduk di sebelah Rama, sepertinya dia tidak sadar atau sengaja tidak tahu bahwa ada satu Cinderella di sini. Rama mengode ke arah Davin, yang dikode pun akhirnya paham. "Ekhem! Bang Reza, itu tuh ada peri cantik kok dianggurin?"

Reza masih tetap fokus pada buku bacaannya. Sedangkan Caca tetap diam, dia terlalu malu bahkan tidak berani untuk menatap Reza. Davin menyenggol pelan lengan Rama. Rama pun bersuara, "Neng Cantik, duduk di sini dulu ya? Di samping abang Reza, oke? Kita mau cari makanan dulu, laper hehe."

"T-tapi.." Belum selesai Caca menyampaikan protesnya, manusia seblak beserta curutnya itu sudah kabur. Terpaksa, Caca harus di sini bersama Pangeran dari KUTUB!

"K-kak Reza, Caca mau—" Caca hanya menghela napas ketika Reza pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun. Tanpa pikir panjang, dia segera mengikuti Reza.

"Kak Reza! Tau nggak, hari ini caca senang banget. Karena apa? Mamah Caca akhirnya punya waktu libur sama Caca!" Caca terus mengoceh di samping Reza. Tapi Reza tidak menghiraukannya, beranggapan bahwa Caca adalah angin lalu.

"Terus, tadi papah ngirimin boneka panda ke Caca! Akhirnya boneka beruang Caca punya temen di kamar!" Sederetan orang-orang di koridor sekolah ini, menatap tak percaya ke arah Caca yang berani-beraninya mendekati pangeran sekolah. Terlebih, fans nomor satunya Reza. Siapa lagi kalau bukan Sheryl?

Oke, aku akan sedikit menceritakan tentang gadis yang bernama lengkap Sheryl Nafia ini. Dari fisik, dia memang sempurna, semua lelaki disekolah ini mengagumi kecantikan wajah yang dimiliki Sheryl, yah kecuali Reza sih. Bahkan, Davin si manusia seblak pernah menyukai Sheryl dan menyatakan perasaannya pada Sheryl. Namun, dia ditolak karena Sheryl menyukai Reza Ardian Gray. Seorang manusia yang tidak pernah mendekati lawan jenisnya. Bukan artinya Reza ini penyuka sesama jenis, tapi hanya saja dia tidak tertarik untuk masuk ke dalam ruang yang dinamakan cinta.

"Kemaren juga Kak Rian—"

"Bisa diam nggak sih?!" Tiba-tiba Reza membentak Caca. Dia mengusap wajahnya kasar. "Lo tuh bego apa gimana?! Udah jelas gue nggak suka sama lo. Ngapain lo masih ngikutin gue?" Tanya Reza dengan wajah dinginnya.

Caca menunduk, matanya sudah berkaca-kaca. Jika dia pejamkan, butiran bening itu dipastikan meluncur dari mata indahnya. "Setelah ini, jangan pernah ikutin gue. Lo nggak pantes buat gue, dasar bocah!" Reza pergi meninggalkan Caca yang sekarang jadi bahan tertawaan orang-orang. Kemudian, Sheryl menghampirinya.

"Kasihan banget sih, kamu. Mau aku hibur nggak?"

Caca tetap menunduk. "Emeng bener ya kalo lo itu bego!" Sheryl menarik rambut Caca, "Nah begini kan bagus, lo harusnya liatin orang yang ngomong sama lo!" Sheryl tertawa kecil.

Dia semakin menarik rambut Caca, sampai Caca meringis kesakitan sambil menangis. "Aduh, kasihan banget sih. Sakit ya? Sampai nangis gitu."

Sheryl memegang dagunya Caca agar Caca menatapnya. "Heh, lo dengerin gue baik-baik. Sampai kapanpun, lo nggak akan pernah dapetin Reza. Karena Reza cuma milik gue! Milik Sheryl Nafia!" Dengan dipenuhi amarah, Sheryl melepaskan tangannya dari rambutnya Caca. Lalu, dia pergi menyusul Reza.

Caca menunduk. Dia malu sekarang, malu karena banyak pasang mata yang menatapnya jijik dan ada juga yang kasihan. "Mamah, Papah, Nadilla, Caca perlu kalian. Tolongin Caca."

Perlahan Caca pergi menjauh dari tempat ini. Dia terus berjalan sampai akhirnya dia masuk ke dalam toilet. Dia menatap dirinya di kaca, "Apa Caca seburuk itu? Sampai Reza benci sama Caca?" Dengan berlinang air mata, Caca merapikan rambutnya yang sempat dijambak oleh Sheryl, setelah itu dia mencuci wajahnya. Dia menyandarkan dirinya ke dinding toilet, dadanya sesak sekali. Bahkan hampir tidak bisa bernapas. Terlalu sakit baginya dibenci oleh orang yang dia sayang. Tapi, bagaimanapun dia harus berjuang kan? Dia harus meluluhkan dinding es yang menghalanginya untuk mengambil hati Reza.

"Caca janji, dalam keadaan apapun Caca harus tetap semangat. Nggak boleh nyerah."





-----------

Si nopal si nopal anaknya bahenollll

wkwk jangan lupa vote dan komen ya teman temankuu

salam,

pramuka

Ehe ga deng wkwk

Salam,

Isma Khalizah

GELI ANJIR GUA NULIS NAMA WKWK GA PERNAH KAYAK GINI SIH GUA:v

KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang