Kawe'i

8 4 0
                                    

Aku sedang menulis cermin ketika terdengar pekikan orang-orang di depan rumah. Penasaran, kubuka jendela kamar yang menghadap ke depan.

"Ada apa ini?" tanyaku pada salah seorang member perempuan.

Ia menoleh ke arahku. "Oh, kami murka!" teriaknya, mengangkat tangan yang dikepal. Semangat sekali. "Dulu, Kawe'i seru-seru aja. Eh, waktu Momod ditambahkan, dengan soknya mereka menambahkan peraturan yang menemboki ruang para member untuk berekspresi!" Terlihat dari raut wajahnya, ia marah sekali.

Aku diam, coba mencerna kata per kata. Lalu, berujar, "Jika kau memang tak suka, gerbang out terbuka lebar."

"Sudah kuduga kau akan berkata begitu." Ia lalu melengos. Melanjutkan aksi demonstrasinya ke istana Kawe'i.

Aku tak bisa tinggal diam. Tontonan seperti ini bisa menambah referensiku untuk menulis. Kuraih mantel di gantungan, lantas menyejajarkan langkah dengan mereka.

"Hei," sapa seseorang di sebelahku. Ketika aku sedang asik melamun.

Tanpa menoleh, kusapa balik. "Hei."

"Apa kau juga murka?" tanyanya.

"Oh, enggak. Aku hanya ingin menonton." Aku menatap kaki-kakiku yang melangkah.

"Hm." Ia tak melanjutkan pembicaraan.

Kota Kawe'i memang banyak diterpa masalah. Terutama semenjak diterapkannya peraturan kontroversial; setiap member dilarang mengajak orang lain untuk mengikutinya di Halaman Kota. Halaman Kota adalah tempat terbaik untuk melakukan hal-hal semacam itu, karena semua member yang bangun, pasti ke situ.

Siapa yang menetapkan peraturan? Katanya Momod-momod baru. Entah sejak kapan mereka diangkat, aku tak tahu. Yang kutahu, Momod-momod itu adalah member juga dulunya. Alasan mereka diangkat pun, aku tak mengerti.

Tibalah aku di istana Kawe'i. Benar-benar ramai. Demonstrasi terbanyak semenjak aku tinggal di kota ini. Waw.

Aku duduk di sebuah tumpukan batu. Pagi ini akan seru. Kuraih secarik kertas di kantong, dan sebatang pensil di saku baju. Aku siap menulis.

Brak!

Pintu istana terbanting. Muncul beberapa orang yang gagah nan perkasa, apalagi dengan mantel mewahnya. Ah, aku mengenal salah satunya.

Kak En.

*Ini hanya parodi belaka. Akan dilanjutkan jika memang diperkenankan dan banyak responsnya. Cerita akan diambil dari sudut pandang saya sendiri. Tokoh diambil dari member grup KWI

Cermin dalam DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang