Brak!
Pintu istana terbanting. Muncul beberapa orang yang gagah nan perkasa, apalagi dengan mantel mewahnya. Ah, aku mengenal salah satunya.
Kak En. Dia muncul dengan raut khasnya. Datar nan menakutkan. Terkadang bisa senyum, tapi tetap saja seram. Memang, semua Momod ketika di luar istana dan bertemu Member-member-nya, selalu bertampang serius, tak terkecuali Momod satu ini. Apalagi dengan mantel merah gagahnya.
Aku menenggak saliva.
Teriakan penuh amarah langsung terdengar kencang semenjak munculnya keenam makhluk menyeramkan itu. Aku merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Momod-momod itu terlihat murka dalam diam.
"Apa sebaiknya aku pulang saja?"
"Jangan!" Tiba-tiba, seseorang menghampiriku. Menyambar omonganku barusan.
"Kenapa?" Aku kembali cuek. Membuang muka. Kendati terkaget-kaget.
"Lihat apa yang akan Momod itu lakukan." Ia menunjuk salah se-Momod di sebelah Kak En. Momod itu tampak mulai mengayun-ayunkan tongkatnya.
Dia sedang melakukan mantra. Kak Tiran. Bahaya. Seseorang dalam bahaya!
Blar!
Terlambat. O-orang itu--diduga provokator--lenyap. Tongkat Kak Tiran barusan mengeluarkan semacam cahaya, lalu mengarah ke salah seorang di sana. Dan seketika ... menghilang.
Kekuatan yang luar biasa.
Sesaat, suasana hening. Pastilah. Semuanya kebingungan, melanjutkan atau tidak.
"Peraturan tetaplah peraturan!" ucap Kak Tiran tak kencang, tapi tegas. Memecah keheningan.
"YANG GAK SUKA SILAHKAN PERGI! GERBANG OUT TERBUKA LEBAR!" Kak En berbicara lantang. Membuat ngeri siapa pun yang mendengarnya.
"GAK AKAN!" Dibalas oleh orang-orang di sana. Bodoh. Itu sikap yang salah.
Lalu, mantra diucap oleh satu Momod. Kali ini Kak Fiya. Ia membalut badannya bukan dengan mantel layaknya penyihir, melainkan hanya menggunakan baju zirah berbahan dasar logam, mungkin. Lengkap dengan helmnya. Aku pun tak mengerti kenapa. Berbeda mungkin kesukaannya.
Kak Fiya mengarahkan tongkatnya ke mereka. Mataku terpejam.
Blar!
Cahaya yang muncul lebih besar. Uh, debu bertebaran seketika. Dia mengeluarkan sihirnya dalam skala besar. Edan. Bisa-bisa semua orang lenyap.
Namun, tak diduga. Bola bening pelindung melindungi mereka--para demonstran. Tak ada yang lenyap.
"Hati-hati Kak Fiya, nanti kita kekurangan cewek bening," ucap Momod di sebelah Kak Fiya. Ah, itu Bang Ron. Si playboy yang pandai memikat perhatian perempuan.
Kak Fiya menilik tajam. Tak setuju.
"A-ah ... maksudnya, serahin aja mereka kepadaku." Bang Ron turun ke bawah. Berusaha menghindar.
Tuh kan, mereka seram.
*Ini hanya parodi belaka. Akan dilanjutkan jika memang diperkenankan dan banyak responsnya. Cerita akan diambil dari sudut pandang saya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin dalam Diri
RandomMerupakan kumpulan cerita mini yang saya buat dengan dinamika yang berbeda-beda di dalam alurnya. One shot, one kill! "Nak, dulu ... kiamat pernah terjadi sekali ketika Bapak muda," ucapku memecah sunyi di ruangan 4 × 4 meter. Remaja di depanku meng...