"Hati-hati Kak Fiya, nanti kita kekurangan cewek bening," ucap Momod di sebelah Kak Fiya. Ah, itu Bang Ron. Si playboy yang pandai memikat perhatian perempuan.
Kak Fiya menilik tajam. Tak setuju.
"A-ah ... maksudnya, serahin aja mereka kepadaku." Bang Ron turun ke bawah. Berusaha menghindar.
Mendarat sempurna di antara Member yang sebagian besarnya adalah perempuan. Melihat sekeliling, lalu berkedip manja. "Halo, Ladies!"
"KYAA!" Perempuan berteriak histeris. "BANG RON!" Seketika melingkari Momod playboy tersebut. Cukup membuat lelaki menyingkir. Adegan yang menjijikkan bagiku.
Sementara itu, Momod yang lain melangkah ke dalam. Kondisi selalu kondusif jika Bang Ron turun tangan. "Kau tak masuk?" Kak Fiya bertanya kepada satu Momod yang lain.
Kak Diah menggeleng. "Aku ingin membisukan beberapa provokator dulu."
Menurutku, dialah Momod yang paling misterius. Namanya saja cukup untuk membingungkanku, "Laki-laki atau perempuan."
"Kau?" Kali ini Kak Fiya bertanya pada Kak El, Momod yang mencetuskan 'cubit ginjal bukanlah hal yang luar biasa'.
"Duluan," balas Kak El singkat, lantas menghilang. Paling-paling bertapa di gua suci. Boleh jadi, ia sedang badmood. Gegara baper sama sebuah karya orang.
Tiga Momod kembali ke dalam. Untung, yang masuk ialah yang 'terseram'. Jadi, jantungku bisa dipompa lebih lambat lagi.
Aku segera menulis apa yang harus ditulis. Ini mode diam, harus kugunakan sebaik mungkin.
"Kau penulis?" Orang di sebelahku bertanya. Tampak alisnya bertaut heran.
"Memang kenapa?"
"Hanya menulis tak akan membuat derajatmu naik," komentarnya sinis. Tudung mantelnya dinaikkan. "Mengapa kau memilih menulis?"
"Aku cuma ingin berkarya. Terlihat sepele, 'kan?" Aku menunduk. Malu.
Cetuk!
Bang Ron yang sedang menggombal jatuh menyeret tanah. Sesuatu menghantam pelipisnya dengan telak.
"Hehe," kekeh orang di sebelahku.
Aku tersentak. Menoleh, "K-kau ...."
*Ini hanya parodi belaka. Akan dilanjutkan jika memang diperkenankan dan banyak responsnya. Cerita akan diambil dari sudut pandang saya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin dalam Diri
RandomMerupakan kumpulan cerita mini yang saya buat dengan dinamika yang berbeda-beda di dalam alurnya. One shot, one kill! "Nak, dulu ... kiamat pernah terjadi sekali ketika Bapak muda," ucapku memecah sunyi di ruangan 4 × 4 meter. Remaja di depanku meng...