Knock

10 3 2
                                    

Tok. Tok. Tok.

Hm, bunyi itu lagi. Aku mengangkat kelopak mataku, lagi. Ini sudah malam keempat sejak suara itu muncul dan mengganggu mimpi basahku.

Aku membangkitkan diri. Duduk. Nampak kegelapan menyelimuti kamar metal-ku. Metal karena dindingnya banyak dipasang tengkorak-tengkorak. Jujur, aku pecinta aliran hardcore.

Tok. Tok. Tok.

Namun, suara itu tak lepas-lepas juga dari pendengaranku. Hewan macam apa sih yang bunyinya mirip pintu! Apalagi pintu yang diketuk.

Hah, pintu? Ada-ada saja. Paling-paling suara kecoak berak.

Kutelungkupkan lagi badanku. Bahkan, kepalaku ditutupi oleh bantal sekalian. Meredam bunyi aneh itu.

Tok. Tok. Tok.

Sialan. Aku keburu emosi sekarang. Kuraih tongkat baseball di ujung ruangan. Lalu aku memukul kencang lemari baju berbahan kayu di dekat jendela. Kulakukan itu berulang-ulang.

"Mampus lu!" seruku setelah pintu lemarinya hancur-lebur.

Tok. Tok. Tok.

A-apa?

"HEH! KELUAR LU CECURUT BANGSAT!" Aku menaiki ranjang dengan emosi yang tersulut-sulut. Berdiri di atasnya.

Mungkin hantu? Gak! Gak! Mana ada makhluk tolol seperti itu! Cuma si Brainly yang percaya! Pemikiran anak culun kayak dia harusnya gak masuk akal!

Kriet ...

Aku mendengar pintu terbuka.

Pintu depan rumah tepatnya.

Aku pelan-pelan menuju ke luar kamar. Mengendap-endap. Jangan-jangan maling lagi ... tak lupa tongkat baseball kugenggam erat.

Wush!

Jendela kamar tiba-tiba terbuka. Otomatis, angin dingin menusuk-nusuk punggungku.

Aku menoleh kaget.

"Pasti angin." Pikiranku coba untuk tetap berpikir positif. Dengan langkah gontai aku menutup jendela kembali.

Tok. Tok. Tok.

S-suara itu lagi ...

Kali ini terdengar lebih dekat dan jelas.

Ini bukan suara hewan mana pun.

D-dugaanku benar ...

Pintu kamarku ada yang mengetuk.

Kuakui, perasaan ngeri dan takut sudah menguasai diriku. Tak ada lagi aliran hardcore pemberani dalam jiwaku.

Tok. Tok. Tok.

Lagi!

S-sial ... aku hanya bisa berdiam diri. Kakiku terlalu lemas untuk melangkah.

"S-siapa di sana?!" Aku meneriaki 'seseorang' yang ada di luar. Tenggorokanku terasa kering selanjutnya.

Tok. Tok. Tok.

Uh, gak mungkin maling! T-tapi ..., hantu juga mustahil!

"M-mamah ...," ucapku lirih dengan suara yang bergetar. Aku hampir menangis ketakutan.

Kriet ...

Deg!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cermin dalam DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang