"Gak sarapan dulu?" Ayahku tidak pernah letih untuk menyuruhku sarapan. Kebiasaan buruk yang sering ku lakukan adalah bangun telat pada pagi hari sampai-sampai untuk sarapan saja tidak sempat.
"Duh enggak dulu deh yah. Krina lagi buru-buru."
"Udah pesen ojek online?"
"Ini Krina lagi mau pesen" Aku sambil memasang sepatu di garasi rumah.
"Astaga, Krina lupa sesuatu." Aku tiba-tiba mengingat perkataan Giatros semalam yang hendak menjemputku.
"Kenapa Krina?"
"Enggak kok yah hehe."
Aku langsung segera mengecek line dan memastikan Giatros agar tidak menjemputku karena aku sudah terlanjur memesan ojek online. Setelah mengirim pesan ke Giatros aku langsung segera menghampiri abang ojek dan langsung menuju ke kampus. Hari ini aku tepat datang ke kelas sebelum dosen masuk. Selang waktu 15 menit kelas dimulai. Aku tak melihat batang hidung manusia itu. Sebetulnya bukan Giatros saja yang belum masuk kelas. Aku enggan mengatakan jika aku cemas tapi sepertinya aku harus mencari dirinya. Pikir diriku saat itu yang langsung meminta izin ke toilet. Terdapat lima panggilan tak terjawab dan satu pesan darinya. Gue udah di depan rumah lu. Hanya satu yang terlintas di benakku. Aku hanya khawatir dia mengetuk pintu rumahku lalu berjumpa dengan ayah. Hidupku sudah tujuh belas tahun lamanya namun tidak pernah ada satu orang pun teman laki-laki yang pernah berkunjung ke rumah. Mungkin ini terjadi karena ayahku yang sedikit protektif.
"Ush wanita munggil." Bisik Giatros yang mengejutkan saat aku keluar dari toilet.
"Astaga, pagi hari gue dibikin panik sama manusia kayak lo. Kok lo gak masuk ke kelas sih malah disini?" Ujarku sambil menghela nafas.
"Lo gak ada rasa bersalah gitu?"
"Enggak."
"Gue jemput lo tapi lo main berangkat aja."
"Kan udah gue line."
"Tapi kemarin malam gue udah janji kalo gue mau jemput."
"Iya...iya... gue salah."
"Lo gak mau nembus kesalahan?"
"Udah ah jangan lama-lama ngomongnya gue mau masuk kelas." Ujarku yang semakin risih dengan perkataan Giatros.
"Nanti sore temenin gue ngeband sebagai penembus kesalahan." Sambil menarik tanganku yang hendak pergi darinya.
"Apa-apaan sih? lepasin tangan gue."
Ada beberapa pertanyaan yang sebenarnya ingin kusampaikan kepada Giatros. Namun aku harus segera masuk ke kelas. Setelah semua kelas selesai, hari ini aku tidak langsung meninggalkan ruangan. Tidak ada acara himpunan. Aku duduk di pojok ruangan sambil menggunakan earphone untuk menenangkan pikiran dan menyusun kegiatan apa yang akan aku lakukan setelah ini.
"River flows in you." Giatros menarik earphoneku sebelah kanan.
"Balikin earphone gue. Gak sopan banget sih main ambil-ambil aja." Nadaku kesal.
"Jadi apa acaramu hari ini Krina munggil? Bisa kan nemenin gue?"
Aku kebigungan menjawab pertanyaan Giatros karena biasanya aku dan teman-teman wanita di kelasku selalu bersama-sama setelah kelas selesai. Duh kalo gue bilang iya nanti gue ngomong apa ya keanak cewe. Pikirku saat itu karena aku tahu bahwa Giatros adalah sosok idola di angkatan.
"Iya gue temenin, lokasinya dimana? Biar gue kesana pake ojek."
"Bareng gue perginya Krinaaa."
"Duh gabisa gue kalo bareng lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sama
Любовные романыMengisahkan seorang mahasiswa baru yang baru patah hati karena cinta dan tak lulus di PTN favoritnya. Wanita ini tidak pernah jatuh cinta dengan pria selain teman kelasnya. Dari yang sudah sudah ia selalu jatuh cinta dengan teman satu kelas. Cinta l...